Kompas.com - Olahraga sangat dianjurkan untuk menjaga tubuh tetap sehat dan aktif. Namun, tidak semua jenis latihan cocok untuk setiap orang. Olahraga seharusnya disesuaikan dengan kondisi fungsional tubuh.
Pada orang yang sehat, mungkin tak perlu ada kekhawatiran dalam melakukan berbagai jenis latihan. Tetapi untuk orang yang pernah kena serangan jantung, menderita diabetes, atau kegemukan, durasi dan frekuensi latihannya harus disesuaikan.
"Olahraga harus dilakukan oleh orang yang sehat atau sedang menderita penyakit tertentu. Bahkan olahraga harus menjadi bagian yang penting dalam terapi pengobatan pasien," kata Dr.Benedict Tan, Direktur Changi Sport Medicine Centre, di Jakarta (4/3/13).
Misalnya saja untuk pasien asma. Pada sebagian orang olahraga justru bisa mencetuskan serangan asma. Tetapi penelitian menunjukkan aktif secara fisik akan membuat serangan asma menjadi lebih jarang. Selain itu olahraga yang tepat juga akan membuat pasien asma menjaga berat badan, meningkatkan sistem imun, dan lebih berenergi.
Sayangnya, menurut Tan, meski dokter menyebutkan pada pasien tentang pentingnya olahraga tapi tidak semua dokter bisa memberikan "resep" yang tepat mengenai regimen olahraga yang sesuai dengan kondisi tiap pasien sehingga olahraga itu sendiri bisa bekerja seperti halnya obat.
"Kebanyakan dokter tidak yakin untuk memberikan regimen olahraga yang tepat sehingga mereka merekomendasikan pasien untuk datang ke pelatih olahraga. Di lain pihak, pelatih olahraga di pusat kebugaran tidak mau melatih pasien yang punya riwayat penyakit," katanya.
Sebuah inisiatif global bertajuk Exercise is Medicine (EIM) diciptakan untuk mendorong para dokter atau penyedia layanan kesehatan untuk memasukkan olahraga sebagai bagian dari resep para pasien mereka.
EIM diluncurkan pertama kali oleh American College of Sport Medicine. Inisiatif yang sudah dijalankan di 34 negara ini dilakukan dengan melatih para dokter agar bisa memberikan "resep" olahraga yang tepat pada pasien mereka. Selain itu dilatih pula para pelatih olahraga atau terapis fisioterapi untuk bisa menerjemahkan regimen olahraga dari dokter.
Di Asia Tenggara, inisiatif EIM sudah berjalan di Singapura selama dua tahun. Di negari Singa tersebut, menurut Tan sudah ada tiga rumah sakit yang menerapkan inisiatif ini.
"Kami bekerja sama dengan berbagai dokter spesialis, mulai dari ahli kanker, jantung, sampai departemen psikiatri karena olahraga terbukti bisa mengurangi risiko depresi dan demensia," katanya.
Di Indonesia, EIM baru akan diperkenalkan. Inisiatif ini difasilitasi oleh Coco Cola Indonesia. "Salah satu komitmen kami adalah mendorong perilaku hidup yang aktif dan seimbang. Dengan rutin berolahraga seseorang akan sehat dan akhirnya menjadi bahagia. Ini sejalan dengan misi Coca Cola, membuat orang bahagia," kata Titi Sadarini, Director Corporate Affair and Communications Director Coca Cola Indonesia dalam kesempatan yang sama.