Tubuh Bugar, Penyakit Enggan Datang

LifeStyle - Kompas
http://4skripsi.blogspot.com/
Tubuh Bugar, Penyakit Enggan Datang
Mar 4th 2013, 10:07

Kompas.com - Menjaga kebugaran dan kesehatan memang identik dengan olahraga. Berbagai studi ilmiah juga menunjukkan sederet manfaat olahraga bagi tubuh. Namun, olahraga belum menjadi kebutuhan sebagian besar orang.

Alasan klasik yang disampaikan mengapa orang enggan berolahraga teratur adalah malas dan tak punya waktu. Alasan itu bisa saja masuk akal. Tetapi gaya hidup sedentari alias tidak aktif secara fisik sangat berbahaya. Bukan hanya mendatangkan penyakit, tetapi juga risiko kematian.

Dalam sebuah penelitan yang dilakukan WHO tahun 2014, diketahui tidak aktif secara fisik menduduki peringkat keempat sebagai penyebab kematian global. Tidak berolahraga dianggap lebih berbahaya ketimbang kolesterol tinggi, kegemukan, atau penggunaan alkohol.

"Tak berolahraga kini dianggap penyakit. Tidak aktif secara fisik juga terkait dengan berbagai penyakit kronik dan komplikasi penyakit, mulai dari obesitas, diabetes, dan kanker," kata Dr.Benedict Tan, Direktur Medik The Singapore Sports Medicine Center di Jakarta (4/3/13).

Di Singapura, menurut Tan, hampir 40 persen penduduknya tidak aktif atau berolahraga kurang dari satu kali dalam seminggu. "Bandingkan dengan penduduk di negara-negara Skandinavia yang 70 persennya berolahraga lebih dari tiga kali dalam seminggu," katanya.

Bagaimana dengan di Indonesia? Belum diketahui dengan pasti, namun dalam sebuah polling yang dilakukan Kompas tahun lalu diketahui sekitar 13 persen responden setidaknya berolahraga tiga kali dalam seminggu dengan intensitas lebih dari 20 menit setiap latihan.

Menurut Tan, untuk menjaga kebugaran dan mencegah penyakit olahraga yang disarankan adalah 150 menit setiap minggu atau 30 menit setiap hari, lima kali dalam seminggu.

"Olahraga yang dilakukan secara rutin setiap hari lebih baik karena ada manfaat kumulatif jika dibandingkan dengan olahraga seminggu sekali tetapi durasinya lebih lama," papar Ketua Satuan Tugas Nasional Exercise is Medicine Singapore ini.

Berbagai penelitian terus dilakukan mengenai manfaat olahraga dalam pencegahan sekaligus pengobatan penyakit. Tetapi bukti-bukti ilmiah itu ternyata tidak juga meningkatkan populasi orang yang berolahraga.

Memang saat ini banyak digelar berbagai perlombaan olahraga, seperti lari 10 Km atau lari marathon yang kini sedang tren. Namun Tan berpendapat perlombaan seperti itu hanya membuat orang yang sudah aktif berolahraga menjadi semakin aktif.

"Populasi yang menjadi target, yakni orang yang tidak berolahraga, justru tidak terangkul," katanya.

Untuk mendorong lebih banyak orang berolahraga, Tan mengungkapkan pentingnya mengedukasi masyarakat akan pentingnya olahraga dan apa konsekuensinya jika tak berolahraga. "Sebenarnya dokter bisa menjadi penggerak karena kebanyakan pasien masih menuruti kata dokter," imbuhnya.

Selain melakukan pemeriksaan kesehatan seperti mengukur tensi darah atau menimbang berat badan, seharusnya setiap pasien yang akan berobat juga ditanya frekuensinya berolahraga. Kemudian dokter bisa merekomendasikan jenis latihan yang harus dilakukan pasien sesuai dengan kondisi tubuhnya.

Tan menambahkan, orang sehat dan orang yang sedang menderita penyakit tetap perlu berolahraga. "Olahraga yang terprogram dan sesuai kondisi pasien bisa menjadi terapi penyakit. Tentu saja pasien hipertensi dan pasien nyeri pinggang memiliki program latihan yang berbeda," kata dokter yang aktif berkampanye pentingnya Exercise is Medicine ini.

Efektivitas terapi olahraga dalam pencegahan dan pengobatan penyakit tersebut harus diimbangi dengan perubahan gaya hidup. "Meski kita olahraga di gym satu jam setiap hari tetapi gaya hidupnya tetap sedentari maka sia-sia saja. Setiap hari kita juga harus terus aktif bergerak," katanya.

You are receiving this email because you subscribed to this feed at blogtrottr.com.

If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe from this feed, or manage all your subscriptions
Next Post Previous Post