Kompas.com - Kontrasepsi masih dianggap urusan wanita, padahal pria pun harusnya peduli pada penggunaan kontrasepsi. Kepedulian dan dukungan pria terhadap kontrasepsi akan memperkecil kemungkinan kehamilan tak terencana yang dapat meningkatkan risiko angka kematian ibu.
Sekretaris Asosiasi Pendidikan Kebidanan Indonesia (AIPKIND) Yetty Irawan mengatakan, salah satu faktor risiko dari kematian ibu saat atau setelah proses melahirkan yaitu persiapan kehamilan yang tidak baik. Kondisi tersebut kebanyakan karena kehamilan yang tak direncakan.
"Dengan kontrasepsi, maka kehamilan tak terencana dapat dicegah," ungkapnya dalam konferensi pers Kongres I AIPKIND: Peningkatan Kompetensi Bidan untuk Mengatasi Diparitas Status Kesehatan Masyarakat di Jakarta, Jumat (12/4/2013).
Sayangnya, jumlah pemakaian kontrasepsi masih rendah di kalangan pria. Data dari Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) tahun 2012 mengatakan, ada 34,3 juta peserta KB aktif wanita, dan 1,4 juta peserta KB aktif pria.
"Laki-laki juga perperan dalam kesuksesan mencegah kehamilan tak terencana. Maka diharapkan laki-laki juga mau melakukan kontrasepsi," imbuh Yetty.
Kurangnya kepedulian pria untuk melakukan kontrasepsi disebabkan karena belum cukupnya informasi seputar kontrasepsi pria. Menurut Yetty, di sinilah peran bidan dibutuhkan. "Sebagai pemberi layanan medis, bidan juga perlu memberikan informasi kesehatan, termasuk kontrasepsi pria," tuturnya.
"Diskusi antara bidan dengan pasangan suami-istri akan dapat menentukan jenis kontrasepsi apa yang paling tepat untuk pasangan. Karena setiap pasangan memiliki kecocokan alat kontrasepsi yang berbeda," papar Yetty.
Adapun jenis alat kontrasepsi untuk wanita antara lain pil KB, suntikan, intrauterin device (IUD), implan, dan tubektomi. Sedangkan untuk pria yaitu kondom dan vesektomi.