TANYA :
Dear dokter.. Saya ingin bertanya, apakah cinta itu salah satu penyakit jiwa? Karena saya mulai berfikir seperti itu. Bagaimana kita mengaitkan antara logika juga perasaan untuk menetralisir cinta. Karena dalam keadaan sadar menggunakan logika, saya bisa menilai jika pasangan saya sekarang memiliki karakter yang sangat berbeda dengan saya, sehingga seringkali muncul konflik. Dan dengan posisi saya sebagai perempuan, akhirnya hanya bisa menangis. Dia bahkan tak memahami alasan saya menangis. Karena setiap masalah tentang dia yang saya keluhkan, dia tak merasa.
Sebenarnya saya tau, karakter orang adalah bawaan. Tapi seringkali saya berharap cinta bisa melembutkan hatinya yang keras. Saya sangat lelah dok, seperti di lingkaran setan. Berkali-kali menangis karena sifatnya yang keras, seakan saya tak ada. Tapi dengan "bodoh"nya saya hanya diam, karena saya lebih takut memikirkan kehilangan dia. Sedangkan saya menyadari dengannya saya hanya akan selalu bermain dengan kesedihan. Saya hampir merasa cinta itu telah menjadi penyakit di hati saya. Apakah yang salah adalah point of view saya dok? Bagaimana saya bisa lebih menjernihkan fikiran saya, agar bisa lebih menilai dia? Mohon jawabannya dok..
(Suci Karomah, 22, Tegal)
JAWAB :
Suci yang baik ,
Apa yang dialami Suci banyak juga terjadi pada perempuan lain. Masalah berkaitan dengan cinta dan hubungan antara manusia memang tidak semudah yang dibayangkan. Hubungan manusia bukan seperti suatu hitung-hitungan matematika yang pasti tetapi banyak hal-hal yang saling terkait antara satu sama lain.
Namun saya melihat bahwa EMPATI adalah dasar dari hubungan manusia yang baik, antara siapapun itu. Empati akan membuat pasangan kita mempunyai rasa mawas diri terhadap diri sendiri dan juga orang lain. Jika saling empati terjadi antara Suci dan pasangan, maka apa yang dialami Suci mungkin tidak akan terjadi.
Cinta seharusnya menjadi suatu kekuatan yang memberikan orang yang memilikinya kemampuan untuk menjadi lebih baik dan bukan sebaliknya. Di lain pihak juga perlu ada introspeksi diri apakah yang kita sudah lakukan juga sudah didasari oleh empati. Semoga bisa membantu.
Salam Sehat Jiwa