KOMPAS.com - Menari menjadikan perjalanan hidup Citra Natasya penuh warna. Ia selalu mengawali hari dengan menari. Dengan tari, ia bahkan menjadi duta budaya.
"Saya suka rambut panjang. Tidak pernah dipotong pendek. Kecantikan dan kekuatan perempuan juga dari rambutnya,' kata Citra (22), sang penari itu.
Ah, rambutnya itu memang menambah pesona diri Citra. Apalagi saat ia menari. Rambutnya yang hitam panjang tergerai bebas. Sesekali ia menyibaknya dalam sebuah gerakan elegan. Rambutnya pun ikut menari. Itu mengapa Citra tak pernah sekalipun mengecat rambutnya, meluruskan, ataupun mengeritingnya.
Kehalusan gerak Citra sebagai penari tertangkap ketika kami bertemu Citra di Ampera Six Commercial Building, Kemang, Jakarta Selatan. Jari-jari tangannya lentik. Mengenakan busana merah muda cerah, kulit putih Citra bersinar di bawah atap kaca gedung.
Sejak kecil Citra memang suka menari. Namun, ia baru serius menggeluti tari tradisional ketika masuk SMA Negeri 6 Jakarta. "Sekarang sudah tujuh tahun saya menari. Saya dulu pernah belajar balet, tari kontemporer, tetapi sekarang fokus pada tari-tari tradisional," ujarnya.
Duta budaya
Tari telah mengantarkan Citra terbang sebagai duta budaya Indonesia ke sejumlah negara, seperti Turki, Polandia, dan Korea Selatan. Ia mengikuti kompetisi dan festival tari di negara-negara itu yang diadakan International Council of Organizations of Folklore Festivals and Folk Arts (CIOFF) yang bernaung di bawah Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan PBB (UNESCO). Ia menarikan tari piring, tortor, saman, tari Sunda Bajidor Kahot, sampai tari Tifa Papua.
Citra pertama kali menjadi duta CIOFF Indonesia pada 2006 ketika mengikuti kompetisi tari bersama teman-temannya dari SMA Negeri 6 Jakarta. Saat kuliah di Universitas Pelita Harapan (UPH), Jakarta, Citra bersama grup mewakili Indonesia dalam kompetisi tari di Polandia.
Di Turki, Indonesia mendapat penghargaan Best Costume. Di Polandia, grup tari Indonesia menyabet gelar Best Instruments. Pada Oktober 2012 lalu, Citra mengikuti festival tari internasional di Korea Selatan bersama kelompok tari mahasiswa Universitas Padjadjaran, Bandung, yang diikuti sekitar 50 negara.
Penampilan Indonesia, kata Citra, selalu dinantikan. Ragam tari Nusantara yang ditampilkan membuat kagum penonton. Bahkan, pada akhir penampilan sering kali penonton meminta mereka menari lagi.
Melihat kemampuan Citra menari, CIOFF Indonesia memintanya menjadi pelatih tari bagi calon-calon duta bangsa. Ia kini aktif melatih para pelajar dan mahasiswa dari beberapa sekolah dan universitas di Jakarta yang akan dikirim mengikuti kompetisi dan festival tari tahunan yang diadakan CIOFF.
Citra melatih tari setiap Sabtu dan Minggu, antara lain di SMPN 115 Jakarta, SMP Al Azhar Pusat, Universitas Prasetya Mulya, dan Universitas Multimedia Nusantara. "Tanggung jawabnya sudah pasti lebih berat sebagai pelatih dibandingkan menjadi peserta," ujarnya.
Menari itu menyenangkan
Citra menemukan keasyikan menari. Keragaman gerakan tubuh dalam setiap jenis tarian tradisional mulai dari lembut hingga dinamis membuatnya jatuh hati. Apalagi setiap jenis tari tradisional memiliki busana dan musik yang indah dan unik. "Menari itu menyenangkan. Semua elemen tari adalah satu kesatuan seni yang luar biasa," ucapnya.
Lenggak-lenggok tubuh diiringi ritme musik yang tercipta dari perpaduan aneka alat musik tradisional bagaikan mantra yang membuatnya bergerak, menari. Tari, bagi Citra, bukan hanya seni gerak, melainkan juga seni peran. "Seni peran ada dalam seni tari. Kita tidak bisa menarikan tarian perang dengan ekspresi ganjen. Kita harus menjiwai tarian supaya ekspresinya tepat," katanya.
Menari telah menyatu dalam diri Citra. Bukan sekadar sebagai hobi, tari memberinya pelajaran hidup yang menuntun setiap langkahnya hingga kini. "Menari itu sebuah perjalanan yang tidak gampang. Ada kegigihan, sabar, kerja keras, dan disiplin. Susah, lho, menghafal gerakan-gerakan tari," ujarnya.
Nilai-nilai itu dirasakan kian mendewasakan Citra dalam usianya yang terbilang masih muda. Karena itu, ia terus ingin menggeluti seni tari di antara aktivitas kerjanya yang relatif menyita waktu sebagai manajer komunikasi pemasaran. Melatih menari dirasakannya sebagai penyegaran diri sehingga semakin membuatnya bersemangat. Meski waktu untuk istirahat ataupun berkumpul bersama orangtua di setiap akhir pekan terkurangi, Citra melakoninya dengan gembira.
"Saya mengajar tari secara profesional. Jadi, ini hobi yang menghasilkan," ujar Citra yang lulus dengan predikat cum laude di UPH.
Bersama pelatih lainnya, ia bertanggung jawab mempersiapkan peserta didik sebagai duta-duta budaya yang mengemban misi mengharumkan nama bangsa dalam gelaran CIOFF di banyak negara. "Ada kebanggaan sendiri bisa mengharumkan nama negara, baik dulu sebagai peserta maupun pelatih," ucapnya.
Tari mengawali beragam aktivitas Citra sekarang. Ia kini aktif dalam Indonesia Youth Conference, yakni wadah bagi anak muda berbagi ide dan meningkatkan kepedulian pada berbagai persoalan terkini. Citra juga menjadi mentor di Young On Top Campus Ambassador, yakni komunitas yang terdiri atas duta kampus sejumlah universitas yang bertujuan menginspirasi anak muda meraih sukses di usia muda. Padatnya kegiatan membuat orangtuanya mengkhawatirkan kesehatannya.
"Capek sih, tetapi saya menikmati mengerjakannya," kata Citra.
Perempuan itu indah
Bagi Citra, menjalani beragam aktivitas membuat hidupnya kian berwarna. Ia kini bersiap-siap mewujudkan cita-citanya, yaitu melahirkan HOPE yang merupakan singkatan dari House of Perempuan yang akan dikenalkan resmi kepada publik pada 7 Juli mendatang. "Ini sebuah organisasi sosial untuk pemberdayaan perempuan," ujarnya.
Melalui HOPE yang dibentuk bersama teman-teman lamanya, Citra ingin terlibat langsung memajukan kaum perempuan. Menurut dia, hingga kini masih ada hambatan kultural bagi sebagian perempuan untuk meraih mimpi mereka. Namun, gadis ini memiliki moto hidup "lakukan apa pun dengan maksimal".
"Ini untuk pemberdayaan perempuan karena perempuan itu begitu indah. Biar perempuan lebih mencintai diri dan potensinya tanpa harus berlawanan dengan laki-laki atau suami. Sebab, kadang perempuan lupa perempuan itu begitu berharga. Jika punya bakat, kenapa tidak diasah. Bisa berkarya, berprestasi bagi dirinya, keluarga, dan bahkan bangsanya," ujarnya.
Dalam aktivitasnya, HOPE akan memberikan dukungan pelayanan kesehatan dan pendidikan bagi perempuan hingga ke desa-desa. Melalui organisasi ini Citra berharap dapat bertindak nyata dan tak sekadar berkata-kata. "Agar perempuan memiliki harapan hidup lebih tinggi. Merasa berharga sebagai perempuan," katanya.
Citra Natasya
• Lahir: Jakarta, 16 Juli 1990
• Pendidikan:
- SD Pembangunan Jaya Bintaro (1996-2002)
- SMP Labschool Kebayoran (2002-2005)
- SMA Negeri 6 Jakarta (2005-2008)
- Universitas Pelita Harapan (2008-2012)
• Karir: Marketing Communication Manager PT KapanLagi Dot Com Networks
• Aktivitas:
- Penulis buku "Young On Top Campus Ambassador"
- Pemenang favorit Fun Fearless Female (Majalah Cosmopolitan, 2011)
- Marketeers 100 Youth Women Netizen (100 orang berpengaruh dalam masa depan Indonesia dari Marketeers) tahun 2011
- Youth Representative CIOFF Indonesia - Penari dan pelatih di CIOFF Indonesia
- Pendiri House of Perempuan
(Erwin Edhi Prasetya)
Baca juga:
Ratna Somantri: Sebarkan Gairah Minum Teh
Lucia Kusumawardani: Melayani lewat Paduan Suara
Sarah Widyanti: Pilot yang Mantan "SPG"
Novia Gracia, Dokter yang Gemar Bertualang
Thata Joyce Sigar: Saya Bukan "Indon"
Sumber: Kompas Cetak
Editor :
Dini