KOMPAS.com - Menonton TV bagaikan mengonsumsi gula, jika terlalu banyak bisa berbahaya. Para ahli juga merekomendasikan agar anak tidak menonton televisi lebih dari dua jam setiap hari, bahkan anak yang berusia kurang dari dua tahun tidak dianjurkan menonton TV sama sekali.
Beberapa penelitian menunjukkan, makin banyak waktu yang dihabiskan di depan TV, makin besar risiko kegemukan. Hal itu bukan hanya berlaku bagi orang dewasa tapi juga anak-anak. Psikolog Ratih Ibrahim bahkan mengatakan terlalu banyak menonton membuat anak jadi pembosan. Hal ini dikarenakan cahaya yang terang dari layar TV membuat kehidupan nyata terlihat lebih suram.
Meski begitu, sebenarnya beberapa program di TV bisa dijadikan sumber pelajaran bagi anak. Jadi tidak ada salahnya memberikan izin bagi si kecil untuk menyaksikan acara-acara yang bersifat mendidik.
Berikut beberapa kiat untuk memonitor kegiatan menonton TV anak.
1. Batasi waktunya
Tidak lebih dari dua jam perhari. Jika anak sudah terlanjur ketagihan nonton, maka kurangilah waktu menontonnya secara bertahap. Hindari meletakkan TV di kamar dan mematikan TV setiap waktu makan tiba.
2. Dampingi
Dengan mendampinginya langsung, orangtua dapat memberikan pendidikan yang lebih efektif pada anak. Terutama bagi tayangan-tayangan yang tidak boleh mereka tonton. Anak juga akan menangkap pesan bahwa apa yang sedang mereka lakukan penting bagi orangtuanya karena Anda menyempatkan diri untuk mendampinginya.
3. Letakkan TV di tempat yang tidak nyaman
Satu alasan mengapa orang betah berlama-lama menonton TV adalah suasana menonton yang dibuat nyaman. Maka cobalah ubah suasana menonton TV menjadi tidak nyaman. Seperti di tempat yang ramai, sempit, dan terpencil.
4. Pilih tayangan yang tenang
Selain membatasi waktu menonton, tayangan yang ditonton juga perlu jadi perhatian. Tayangan yang tenang dengan tempo yang lambat akan memberikan kesempatan bagi anak untuk berpikir. Kartun petualangan atau action yang penuh kekerasan akan membingungkan anak, bahkan mempengaruhi perilaku anak menjadi lebih agresif. Begitu pula dengan tayangan menyeramkan. Sebaiknya, pilihlah tayangan yang penuh interaksi yang menginspirasi anak untuk membuat suara, mengucapkan kata, bernyanyi, dan menari.
5. Tontonlah tayangannya, bukan TV-nya.
Daripada membiarkan anak Anda duduk dan menonton tayangan apapun di TV, lebih baik susunlah tayangan yang anak akan tonton. Dan matikan TV langsung setelah tayangan selesai. Hindari kebiasaan menjadikan TV sebagai suara latar di rumah.