KOMPAS.com - Tanpa disadari, masyarakat di desa dan kota punya ketergantungan yang tinggi akan penggunaan plastik. Misalnya, kantong plastik untuk membawa kantung belanjaan, atau plastik kemasan makanan atau minuman. Di satu sisi, plastik-plastik ini memiliki banyak kegunaan dalam hidup sehari-hari. Di sisi lain, plastik juga akan menghasilkan efek negatif berupa limbah plastik yang sudah tak terpakai.
Plastik (terutama kantong plastik) sulit hancur di tanah, dan baru bisa diuraikan tanah dalam waktu yang sangat lama, yaitu sekitar 200-400 tahun. Akibatnya selama proses penguraian ini beragam zat kimia yang ada di dalamnya akan mencemari tanah. Buruknya, sampah ini juga tak bisa dibakar. Hasil pembakaran sampah mengandung racun kimia berbahaya yang bisa menyebabkan penyakit saluran pernafasan dan kanker paru-paru.
Sebagai bentuk keprihatinan akan bahaya sampah plastik ini, anak-anak muda di Bandung membentuk Gerakan Diet Kantong Plastik. "Komunitas ini terbentuk sebagai sarana untuk mengingatkan masyarakat akan bahaya sampah plastik, sehingga mereka bisa lebih bijak saat menggunakannya sehari-hari," ungkap Rahyang Nusantara, salah satu aktivis Gerakan Diet Kantong Plastik kepada Kompas Female beberapa waktu lalu di Jakarta.
Meski berfokus untuk mengurangi penggunaan plastik, namun komunitas ini tidak berarti antiplastik. Para anggotanya menyadari, bagaimana pun juga plastik tetap dibutuhkan. Namun, sebisa mungkin plastik harus dikurangi penggunaannya dan juga digunakan dengan bijak. Contohnya, mengganti kantong kresek untuk belanja dengan kantong kain yang bisa dipakai berkali-kali, dan mengganti kantong kresek dengan kardus ketika berbelanja dalam jumlah banyak. Jika hanya berbelanja satu produk saja tidak perlu dibungkus plastik.
"Kalau belanjaannya cuma satu kan bisa langsung dimasukkan ke dalam tas, tanpa perlu dibungkus. Jika terpaksa menggunakan kantong plastik, simpan kembali sebaik-baiknya agar bisa digunakan selama mungkin," sarannya.
Petisi kantong plastik
Sampah plastik adalah masalah besar yang mencemari lingkungan, namun siklus penggunaannya ternyata sangat tinggi. Untuk menekan jumlah sampah plastik, komunitas ini mengadakan serangkaian aktivitas seperti bergabung dengan kampanye lingkungan di seluruh Indonesia.
"Saat Earth Hour (23 Maret) dan Hari Bumi (22 April) kami bergabung dengan kampanye Green Month dari The Body Shop untuk membagikan tas reuseable sebagai alternatif pengganti kantong plastik saat belanja," tambahnya.
Beberapa aktivitas lingkungan lain yang sempat dilakukan Rahyang dan kawan-kawannya ini sudah membuakanh hasil berupa disahkannya Peraturan Daerah No 18 tahun 2008 yang mengatur tentang pengelolaan sampah termasuk sampah plastik di Bandung.
"Karena masih tinggal di Bandung, kami melihat bahwa pengelolaan sampah ini belum ada aturannya. Maka kami mendesak pemerintah kota Bandung untuk mengatur masalah sampah ini agar kota menjadi bersih, dan orang Bandung lebih bijak dalam mengelola sampah," ungkap pria berkacamata ini.
Selain itu, target ke depannya Gerakan Diet Kantong Plastik ini juga berencana untuk membuat petisi nasional yang mengatur tentang penggunaan plastik belanja di supermarket. Ia mengungkapkan bahwa, supermarket adalah penyumbang terbesar beredarnya kantong plastik di masyarakat, dan parahnya sumber masalah lingkungan ini dibagikan secara gratis kepada pembeli.
Agar masyarakat lebih bijak memakai plastik, mereka ingin menyerukan agar supermarket tidak memberikan kantong plastik secara gratis kepada pelanggannya. Dan ketika supermarket tidak lagi memberikan kantong plastik gratis, diharapkan pelanggan akan berpikir ulang untuk membeli kantong plastik dan memilih untuk membawa tas sendiri dari rumah.
Hal ini pastinya tidak akan merugikan pihak supermarket, karena justru mereka bisa berhemat dengan tidak mengeluarkan dana ekstra untuk memproduksi kantong plastik. Rahyang menambahkan bahwa setiap tahunnya, supermarket bisa menghabiskan lebih dari Rp 500 juta hanya untuk membeli kantong plastik untuk enam cabangnya. Meski bisnis supermarket cukup menguntungkan, sayangnya pelaku ritel belum tergerak untuk mengurangi sampah plastik.
"Selama ini penggunaan plastik masih berlebihan, karena tidak ada aturan resmi yang mengatur penggunaannya. Semoga dengan petisi kebijakan untuk tidak memberi kantong plastik gratis, maka sampah plastik bisa berkurang. Yang paling penting adalah meningkatkan kesadaran masyarakat untuk lebih bijak dalam menggunakan plastik," tutupnya.
Editor :
Dini