KOMPAS.com - Jika Anda berniat memperbaiki bagian-bagian tubuh, seperti memancungkan hidung atau memperbesar payudara, berhati-hatilah terhadap tawaran suntik silikon cair. Silikon cair adalah zat berbahaya karena sebenarnya zat ini dipakai untuk mesin industri.
Dijelaskan oleh dr.Irena Sakura Rini, Sp.BP, silikon cair adalah silikon yang memiliki bermacam rantai kimia. Pengunannya hanya terbatas pada mesin, bukan untuk tubuh.
"Silikon memang dipakai dalam bedah plastik, tetapi silikon khusus untuk kedokteran. Bukan dalam bentuk cair," katanya dalam acara media edukasi yang diadakan oleh Perhimpunan Dokter Spesialis Bedah Plastik, Rekonstruksi dan Estetik Indonesia (PERAPI), di Jakarta, Kamis (2/5/13).
Penggunaan silikon dalam dunia bedah plastik misalnya dalam implan payudara, hidung, atau mengganti bagian-bagian lutut yang cedera agar pasien bisa berjalan lagi.
Ia menjelaskan, meski sudah sering disampaikan di media, namun masih banyak masyarakat yang tidak memahami bahaya suntik silikon.
"Dalam empat bulan terakhir ini saya kembali menemukan kasus suntikan silikon cair pada penis," kata dokter yang akrab disapa Ira ini.
Ditambahkan olehnya, dalam penelitian terhadap contoh silikon cair yang pernah dilakukan para dokter di PERAPI, ternyata diketahui bahwa beberapa cairan silikon tersebut ternyata adalah minyak goreng, bahkan oli.
"Sangat susah mengeluarkan silikon cair dari tubuh. Kalau sudah terjadi sangat sulit memperbaiki bagian tubuh yang sudah terlanjur rusak itu," katanya.
Jika silikon cair disuntikkan ke dalam tubuh lama-kelamaan akan menggumpal dan tertarik ke bawah karena pengaruh grativasi. "Banyak pasien yang disuntik silikon cair di hidung, lama-lama bentuk hidungnya jadi aneh karena silikonnya turun dan menggelambir," katanya.
Suntik silikon cair dalam jumlah besar juga bisa menyebabkan kematian. "Jangan tergoda dengan iming-iming suntik silikon murah," kata dokter yang menjadi sekjen PERAPI ini.
Untuk pasien yang berminat melakukan bedah plastik, Ira menyarankan agar melakukannya di tempat yang aman dengan dokter yang memiliki kualifikasi bedah plastik.
"Berhati-hatilah terhadap dokter yang mengaku spesilisasi estetika. Lebih baik pilih dokter bedah plastik untuk menghindari komplikasi yang tidak diinginkan," katanya.