KOMPAS.com - Perayaan pernikahan menjadi momen berharga bagi pasangan yang memutuskan berumah tangga. Semestinya, pernikahan menjadi momen yang sarat privasi, mewakili perasaan atau keinginan pribadi pasangan. Namun pada kenyataannya, banyak pasangan yang mau tak mau harus menjalani sejumlah ritual atau aturan umum dalam pesta pernikahan.
Anda dan pasangan boleh saja menjalani perayaan pernikahan sesuai harapan dan keinginan personal. Bukan harus mengikuti aturan tertentu atau aturan umum yang kebanyakan dijalani calon pengantin. Anda boleh saja menciptakan aturan main sendiri dalam merayakan momen istimewa hubungan berpasangan. Tentu saja ini adalah pilihan. Anda bebas memilih mengikuti aturan umum atau melanggarnya.
Beberapa aturan yang bisa Anda langgar di antaranya:
1. Bahasa formal dalam undangan.
Undangan pernikahan umumnya memiliki format khusus, terkesan formal. Ada beberapa pilihan bahasa undangan memang, namun kebanyakan tipenya sama. Undangan pernikahan pada umumnya memiliki format khas yang kaku.
Bagi Anda yang ingin memberikan sentuhan berbeda pada undangan pernikahan, sah saja. Anda tak perlu memesan undangan pernikahan yang lazim. Anda bisa mengundang kerabat, kolega dengan undangan yang berbeda dari umumnya. Menggunakan bahasa nonformal, menunjukkan kehangatan dan keakraban. Atau Anda punya format khusus untuk undangan pernikahan, yang berbeda dari biasanya.
2. Kerudung gaun pengantin internasional.
Gaun pengantin juga pilihan personal, mewakili konsep pernikahan. Anda tak harus memakai gaun pengantin atau kebaya. Anda boleh saja menciptakan busana pengantin yang unik. Untuk yang memilih gaun pengantin konsep internasional, busana pengantin tak harus dengan kerudung klasik yang menutupi wajah bagian depan, menunggu pengantin pria membukanya saat mengucap janji sehidup semati.
3. Pengiring pengantin berpasangan.
Jika memilih menggunakan konsep pernikahan ala barat. Anda perlu mencari pengiring pengantin pria dan wanita. Biasanya jumlahnya harus sama atau sepasang. Aturan ini bisa Anda abaikan. Anda tak harus memaksakan diri memasangkan pengiring pengantin. Kalau ternyata tak berpasangan, tak perlu merasa pernikahan Anda tak sempurna.
4. Sepatu bermerek.
Sebagian pengantin perempuan sangat mendambakan bahkan mengharuskan dirinya memakai sepatu bermerek. Mereka merasa dengan memakai sepatu khusus dan bermerek, dapat menyempurnakan penampilan mereka. Utamanya, saat pemotretan, sepatu ini terlihat menonjol dan meningkatkan kepercayaan diri. Aturan ini juga boleh Anda langgar. Tak perlu sepatu mahal untuk mendongrak kepercayaan diri di hari bahagia Anda bukan?
5. Busana pengantin putih.
Rasanya aturan ini mulai banyak yang melanggar. Busana pengantin tak selalu harus putih. Anda bisa memilih warna favorit perpaduan warna Anda dan pasangan misalnya. Hari pernikahan Anda akan lebih membahagiakan jika Anda bisa menjalani apa yang Anda inginkan bukan? Kalau ingin pakai busana pengantin warna hitam, mengapa harus terjebak dengan kebiasaan menggunakan baju pengantin warna putih?
6. Menulis sumpah setia secara terpisah.
Saat mengucapkan sumpah setia, Anda punya banyak pilihan. Boleh saja mengikuti pakem yang ada. Atau Anda ingin menuliskannya bersama dengan pasangan, dan mengucapkannya di hari pernikahan dengan penuh perasaan secara bersama-sama. Ini akan lebih bermakna ketimbang Anda merasa terpaksa mengikuti aturan yang diciptakan orang lain dalam mengucap janji setia.
7. Tradisi.
Lakukan apa yang Anda dan pasangan mau. Hari pernikahan adalah hari istimewa Anda dan dia. Setidaknya lakukan modifikasi terhadap sejumlah tradisi yang biasanya dilakukan di hari pernikahan. Jika Anda merasa tak nyaman menjalaninya, Anda dan pasangan tak harus mengikuti aturan main ini. Anda tak perlu memaksakan diri menjadi unik atau berbeda dengan tradisi tersebut, apalagi jika yang Anda inginkan hanya merancang sesuatu yang Anda dan dia suka di hari istimewa.
8. Langsung bulan madu.
Anda tak harus langsung pergi bulan madu setelah pesta pernikahan berakhir. Meski kebanyakan pasangan baru menikah melakukan ini, Anda tak harus sama dengan mereka. Apalagi jika Anda bermaksud menghemat. Anda bisa berbulan madu beberapa hari, minggu, atau setahun setelah menikah. Sambil menunggu, Anda bisa melakukan bulan madu mini, merancang berbagai aktivitas seru bersama pasangan tanpa perlu pergi jauh atau menguras isi dompet.
Bagaimana dengan Anda dan pasangan? Aturan mana yang paling mungkin Anda langgar atau pernah Anda langgar?
Sumber: The Stir
Editor :
wawa