KOMPAS.com - Aaron Craze menyebut dirinya sebagai chef dadakan karena sebuah insiden dan kebutuhan akan pekerjaan. Namun, mengutip chef kondang Jamie Oliver, setiap orang bisa jadi apa pun yang mereka inginkan asal benar-benar mau menjalaninya. Dan inilah Aaron sekarang, celebrity chef sukses dan dikenal banyak orang.
Ditemui di ruang Puri Asri, Hotel Le Meridien, Jakarta, Rabu (29/5/2013) lalu, chef asal Inggris tidak tampil seperti chef pada umumnya. Tubuhnya jangkung dengan tato yang menghiasi leher dan lengannya. Ini kali pertama dia ke Indonesia dalam rangkaian tur program yang ia gawangi, Rude Boy Cooks, yang tayang di Asian Food Channel (AFC).
Seperti gaya uniknya saat beraksi di dapur membawakan acara demo masak, pria berusia 35 tahun itu juga berbincang dengan sangat ekspresif. Sekali-kali tangannya turut terangkat saat dia begitu antusias menyampaikan sesuatu.
Kata dia, semua yang ada di hadapannya sekarang berawal dari ketidaksengajaan. Suatu ketika ia sedang duduk santai di sofa menonton tayangan televisi, dan tampaklah acara kuliner yang dibawakan oleh Jamie Oliver. Sebagai pengangguran, pikiran Aaron cuma satu: ingin punya pekerjaan untuk membiayai diri sendiri, kekasihnya Nicci, dan anak pertama mereka yang masih bayi.
Tanpa sepengetahuan Aaron, Nicci mendaftarkannya pada program yang digawangi Jamie Oliver. Saat itu Aaron tak punya pilihan lain, selain menginginkan pekerjaan. "Saya dulu kerja serabutan, dari mengurus kebun pemakaman sampai pembuatan karpet, dunia yang jauh berbeda dari dunia memasak," ungkapnya.
Aaron diterima untuk belajar memasak setelah membuat Jamie terkesan dengan roti yang ia bikin. Membuat roti adalah warisan tak tertulis dari ayahnya yang kerap memasak roti sewaktu ia masih kecil. Selama belajar memasak, Aaron sering mengalami banyak hal seperti jari terpotong atau terbakar, sehingga menjadi hal yang biasa.
Saat mengikuti kompetisi Jamie's Chef di tahun 2007, Aaron keluar sebagai pemenang. Hadiah besar senilai 120.000 poundsterling dan lisensi pub senilai 500.000 poundsterling membuatnya terperangah. Ini awal untuk langkah-langkah berikutnya.
"Saya lalu dikirim ke Italia, belajar memasak di sana dan menemukan banyak sekali jenis masakan hingga saya tuangkan dalam sebuah buku," ujarnya.
Ketika kembali ke London, Aaron lalu punya program televisi sendiri yang ia beri nama Rude Boy Cooks. Istilah Rude Boy diambil dari sebuah gerakan di masa silam yang dinamakan Rude Boy Movement. Kedengarannya lebih keren, sesuai dengan kepribadiannya.
Banyak pengalaman berkesan yang sudah dia alami. Di antaranya saat menjadi tim masak untuk kru konser Bon Jovi. Sebuah insiden gas yang meledak dan membuat asap memenuhi area VIP menjadi pengalaman memalukan sekaligus berharga. Lain waktu ia dikenalkan sebagai chef khusus bagi aktor-aktor Hollywood papan atas seperti Brad Pitt dan Robert De Niro.
"Sekarang saya benar-benar menikmati momen memasak. Semuanya menyenangkan, bertemu banyak orang dan berbagi menu masakan, dan saya rasa saya sungguh beruntung," tegasnya.
Dalam memasak, Aaron punya filosofi sendiri; yakni menganggapnya seperti tak ubahnya belajar musik. Musik diawali dengan chord hingga jadi sebuah lagu. Secara fundamental proses itu akan sama dengan resep makanan. "Mimpi saya, bisa mengombinasikan antara musik dan makanan," ujarnya menambahkan.
Profesi sebagai chef sepertinya sudah kadung dinikmati Aaron. Bahkan di masa yang akan datang, ia ingin bisa seperti celebrity chef legendaris asal Inggris, Keith Floyd. Keith merupakan salah satu chef yang nyentrik dan eksentrik dengan gaya memandu show yang atraktif.
Dalam perbincangan singkat bersama Aaron Craze, tampak jelas pria ini sangat menyayangi keluarga, terutama kedua putrinya, Lia (12) dan Molly (9). Keduanya juga menjadi inspirasi dan pelecut semangat. "Ketika menjadi seorang ayah, saya melihat (sosok ayah) sebagai peran yang penting, dan mereka butuh role model yang baik," ujarnya.
Disampaikan Aaron, si sulung Lia juga sudah bisa memasak. Bahkan tanpa diminta pun, insting memasak dilakukannya sendiri. "Siapa tahu nanti dia juga bisa jadi chef," harapnya sembari tertawa.
Editor :
Dini