KOMPAS.com - Koleksi batik asli Iwan Tirta yang selama ini tersimpan memang mengesankan. Kain-kain batik bermotif itu tampak mencolok seperti lukisan yang indah, mengundang decak kagum sekaligus rasa bangga. Begitu juga yang terdapat di keramiknya.
Dari pintu masuk ruang pameran Museum Tekstil Jakarta, penataan koleksi Iwan sudah memberi efek kejut. Kain-kain berbagai corak itu menantang dengan motif-motif memukau mata.
Digelar selama 21 sampai 25 Juni 2013, pameran bertajuk "Tribute to Iwan Tirta; Unveiling the Untold Story" ini digelar di tiga ruang pameran, yakni ruang umum dan dua ruang private collection. Ruang umum menempatkan berbagai koleksi kain batik Iwan dari yang klasik hingga modern. Lalu juga ada keramik dengan motif yang juga beragam.
Yang menarik adalah kain batik dengan motif ksatriyan kawung pusaka mahakarya. Dalam keterangannya, disebutkan bahwa dalam proses penciptaannya Iwan terilhami ragam hias kraton Yogyakarta yang disebut "ksatriyan" dengan komposisi kotak-kotak. Motif ini biasa dikenakan oleh raja atau kerabat kraton, dan oleh Iwan Tirta digubah dan dimodifikasi dengan logo Pusaka Maha Karya.
Ada lagi motif ksatriyan parang pusaka mahakarya. Berbahan dasar katun, Iwan fokus pada motif parang yang merupakan penggambaran senjata tajam yang disusun miring diagonal dan kemitir berliku.
Masing-masing punya makna yang dalam tentang kehidupan. Garis kemitir selain dianggap mewakili lika-liku kehidupan, ada juga yang mengartikan sebagai lidah api atau dalam ilmu aji saka (togan aji dan keris) kemitir digambarkan sebagai luk, atau lengkungan keris. Semakin banyak luk, berarti semakin tinggi nilai magis dan keindahannya. Oleh Iwan Tirta ragam hias diseling penyusunannya dengan logo pusaka mahakarya.
Lainnya motif ksatriyan padi kapas silang yang dibuat tahun 1994. Dalam pembuatan kain ini, Iwan diilhami corak ragam hias batik ksatriyan dari kraton Yogyakarta. Dia lalu menciptakan gubahan baru dari corak komposisi ksatriyan yang beranyaman dimodifikasi dengan motif truntum yang dapat digambarkan sebagai lambang bintang.
Pada beberapa koleksinya ini terdapat logo trade mark Pusaka Iwan Tirta yang diaplikasikan dengan ragam hias ksatriyan yang berbentuk empat "mahkota" berkaitan seperti ceplokan bunga.
Di dua ruang private collection, koleksinya lebih membuat kejutan dan decak kagum lagi. Salah satunya karena koleksi motif naga yang saling berkait di atas kain sepanjang enam meter. Iwan membuatnya begitu detail dan mengesankan. Sama halnya dengan beberapa modifikasi motif sawunggaling dan parang yang dia buat lainnya.
Di samping tiga ruang tersebut, ada satu ruang khusus yang memutar video mapping berisikan gambar-gambar koleksi Iwan. Baik yang pernah diperagakan oleh model maupun corak motif yang ia bikin.
Desainer Musa Widyatmodjo mengungkapkan kalau koleksi ini sebagian besar memang belum pernah ditunjukkan ke publik. Surat kuasa diberikan Iwan pada Yayasan Pusaka Iwan Tirta untuk meneruskan dan mengembangkannya.
"Di ruang private itu ada kain batik dan keramik 33 provinsi, belum pernah dipublikasi dan diminta untuk tidak diambil gambarnya," katanya, di sela-sela pembukaan pameran.
Koleksi yang bernilai tinggi tersebut selama ini disimpan dan dijaga oleh Yayasan Pusaka Iwan Tirta. Ada rencana setelah pameran usai akan ditempatkan di museum khusus Iwan Tirta. Namun persoalannya, mesti diketahui siapa ahli waris yang lebih berhak. Ajang pameran ini sekaligus menjadi momen bagi Yayasan dan PT Pusaka Iwan Tirta untuk terbuka dalam berbicara dengan siapa saja yang tertarik mengelola koleksi Iwan Tirta.
"Melihat-lihat koleksi kain batik almarhum Iwan Tirta yang ini, membuat saya kagum dan menangis terharu," ujar Musa.
Editor :
Dini