KOMPAS.com - Seiring dengan pembukaan store-nya yang kedelapan di Plasa Senayan, Jakarta, Iwan Tirta Private Collection merilis koleksi masterpiece-nya. Koleksi ini terdiri atas motif adi luhung hingga kain batik yang panjangnya mencapai enam meter.
Yohanes Bima, Direktur Utama Iwan Tirta Private Collection (ITPC) mengaku kerap ditanyai penggemar batik Iwan Tirta mengenai koleksi-koleksi masterpiece dari sang desainer. Inilah yang kemudian mendorongnya untuk merilis koleksi khusus dan menempatkannya di store yang dibuka di Plasa Senayan.
"Dulu Iwan terkenal dengan batik dua sisi, dan enam warna dalam satu kain, ini yang (sekarang) kami rilis dalam koleksi signature," tambah Yohanes, saat pembukaan butiknya, Selasa (4/6/2013) lalu.
Ini merupakan store pertama Iwan Tirta yang memuat koleksi khusus. Menurut Yohanes, bulan Juli mendatang, store Iwan Tirta di Grand Indonesia akan memamerkan koleksi signature kedua.
"Dipilihnya Plasa Senayan untuk koleksi signature Iwan Tirta pertama beranjak dari profil pengunjung, dan kami yakin di sini lebih pas," tambah Era Soekamto, Creative Director ITPC.
Koleksi signature bisa dibilang masterpiece, di antaranya modang yang terkenal di era tahun '80-an. Lalu ada batik dengan teknik dua sisi, yang durasi pembuatannya lebih lama dan sulit, dari nomal tiga bulan bisa mencapai empat atau enam bulan. Ada juga kain yang panjangnya enam meter.
Dibukanya store khusus ini sekaligus memperingati 1000 hari meninggalnya Iwan Tirta.
"Koleksi mas Iwan Tirta seolah memodernkan sesuatu, tapi masih memboyong motif batik yang adi luhung," ujar Era.
Untuk memastikan koleksi masterpiece ini, di setiap outfit lalu disertai keterangan yang tertera di atas barcode. Keterangan tersebut memuat sebuah cerita dalam secarik kain sehingga motif yang disampaikan bisa jadi lebih dipahami.
Disampaikan Era, warisan Iwan Tirta mencapai 10.000 motif yang sampai hari ini baru diolah 500 motif. Dengan mengangkat tema Royal Wisdom, batik Iwan Tirta memuat motif yang bercerita, menyampaikan sebuah kisah dari keraton.
"Kami masih mengembangkan dan mengenalkannya terus pada publik, agar (publik) menyadari bahwa batik adalah kitab berjalan, ada kisah di setiap motifnya," tegas Era.
Editor :
Dini
.png)
