KOMPAS.com - Sekarang ini mal dan pusat-pusat perbelanjaan semakin banyak ditemukan. Barang-barang yang dijual pun makin beragam, termasuk merek-merek yang dulu hanya kita ketahui dari internet atau majalah asing saja. Ini membuat kita patut bertanya, di mana koleksi busana karya desainer lokal bisa ditemukan?
"Karya-karya desainer lokal biasanya diletakkan di belakang, kadang nyaris tak terlihat," sesal desainer Barli Asmara, di sela-sela fashion show-nya di Pasific Place, Jakarta, beberapa waktu lalu. Bagi mal-mal kelas atas, koleksi perancang lokal dianggap kurang menjual dibandingkan dengan busana dari brand luar negeri. Sehingga jika busana lokal dipajang di bagian depan, tidak akan menarik bagi pengunjung mal.
Hal ini memang tidak seharusnya membuat kreativitas desainer Indonesia terhambat, dan enggan berupaya lebih keras untuk mengembangkan brand fashion-nya sendiri. Malahan, desainer lokal kini menjadi berpeluang untuk membangun toko atau butiknya sendiri.
"Sekarang ini tren belanja baju akan mulai bergeser. Orang tak lagi akan membeli baju-baju desainer (lokal) di mal, tapi langsung di butik desainer itu sendiri," jelas Ari Seputra, desainer brand Major Minor, kepada Kompas Female.
Ari mengungkapkan, perubahan tren belanja baju ini disebabkan pelanggan sudah mulai mengetahui kualitas dan nilai-nilai dari busana rancangan desainer lokal. Yang paling penting, dengan belanja langsung di butik sang desainer, pelanggan bisa mendapatkan banyak keuntungan ketimbang belanja di mal.
1. Mendapatkan tips berbusana
Jika belanja di department store, para pelanggan biasanya harus "melayani" diri sendiri. Mulai dari memilih pakaian, warna yang sesuai warna kulit, atau menentukan padanan busananya. Sedangkan saat belanja di butik, pelanggan bisa mendapatkan pelayanan yang lebih personal. "Nggak cuma itu, pelanggan juga bisa mendapatkan saran memilih busana sesuai kesukaannya dan bentuk tubuh dari ahlinya, termasuk si pemilik butik tersebut," katanya.
2. Harga jual lebih murah
Desainer yang menjual produk fashion-nya di department store mau tak mau harus menjual produknya dengan harga yang lebih tinggi. "Hal ini disebabkan harga sewa lapak di department store cukup mahal, dan harus disewa dalam waktu yang lama. Selain itu juga ada perjanjian antara desainer dan department store tersebut. Saat dijual di dept-store harga baju ready to wear saya bisa dijual dengan harga jutaan rupiah. Sementara kalau di butik, harga segitu sudah bisa dapat baju sesuai pesanan," timpal desainer Barli Asmara, dalam kesempatan yang berbeda.
3. Konsep lebih menarik
"Ketika memiliki toko sendiri, desainer bisa berkreasi dan menghias tokonya sendiri. Dengan demikian, para pembeli bisa mendapatkan pengalaman dan suasana yang lebih menyenangkan ketika berbelanja," tambah Ari. Bandingkan dengan bila Anda berbelanja di department store, suasananya terasa sangat kaku dan kurang menarik perhatian. Soalnya, display semua barang di department store sama.
Editor :
Dini