KOMPAS.com - Usia anak-anak dan remaja sebaiknya tidak dibiarkan mengemudikan kendaraan bermotor. Setidaknya ada empat faktor yang menyebabkan mereka tidak diperbolehkan memacu kendaraan bermotor di jalan raya.
Faktor fisik, kognitif, emosi, dan sosial anak-anak dan remaja yang masih dalam tahap perkembangan menyebabkan mereka belum memungkinkan untuk mengemudi dengan aman dan nyaman di jalan raya.
Pendapat ini diutarakan psikolog anak dan perkembangan Anna Surti Ariani, Psi, menanggapi kasus kecelakaan yang menimpa Abdul Qodir Jaelani alias Dul (13), anak musisi Ahmad Dhani.
Seperti diwartakan, Dul mengemudikan mobil Mitsubishi Lancer B 80 SAL ketika kecelakaan maut itu terjadi di jalan Tol Jagorawi Km 8. Menurut keterangan polisi, Dul juga belum memiliki surat izin mengemudi (SIM).
Nina menjelaskan, empat faktor tersebut sangat mempengaruhi kemampuan mereka dalam mengendalikan kendaraan.
"Sebetulnya saya kurang setuju. Anak dan remaja masih dalam tahap perkembangan. Bila dibiarkan mengendarai kendaraan bermotor akan membahayakan diri dan orang di sekitarnya," ungkap psikolog yang akrab disapa Nina ini saat dihubungi Kompas.com Minggu (8/9/2013).
Berikut pemaparan Nina terkait faktor-faktor tersebut :
1. Fisik
"Sebagian kendaraan bermotor didesain untuk dewasa, akibatnya ukuran fisik remaja tidak sesuai. Kalaupun sesuai jadinya memaksakan," kata Nina. Pemaksaan ini menyebabkan tubuh lekas pegal dan hilang konsentrasi ketika berkendara.
Nina menyarankan anak dan remaja lebih banyak melakukan kegiatan fisik dan motorik, daripada berkendara. Kegiatan fisik, kata Nina, membantu remaja mengeluarkan energi dan tumbuh lebih sehat.
2. Kognitif
Menurut Nina seusai dengan perkembangannya, remaja memiliki kemampuan terbatas untuk melihat, menganalisa, dan menyimpulkan kondisi lalu lintas. Keterbatasan ini menyebabkan anak tidak bisa berstrategi saat berlalu-lintas.
Kondisi ini dapat dilihat dari kecenderungan anak dan remaja yang asal menyalip saat berkendara di jalan raya. "Dari cara nyelipnya bisa dilihat, anak dan remaja tidak banyak berfikir saat berkendara. Hal ini tentu berbahaya bagi dia dan pengendara lainnya," kata Nina.
3. Emosi
Perkembangan emosi yang semakin baik pada anak dan remaja belum diimbangi dengan kemampuan kognitif. Akibatnya, anak dan remaja cenderung bertindak berdasarkan emosional. Kelabilan ini juga dipengaruhi hormon, yang menyebabkan anak dan remaja cenderung meledak-ledak.
Kondisi ini menyebabkan anak dan remaja kerap tersulut emosinya, bila ada yang menyalip. "Anak dan remaja biasanya akan langsung menyalip tanpa berfikir kondisi kendaraan lain. Bahaya sekalli kalau mereka sampai kebut-kebutan di jalan," kata Nina
4. Sosial
Menurut Nina, anak yang menyetir atau belajar kendaraan bermotor sebelum dewasa, akan mulai belajar melanggar peraturan. Hal ini dikarenakan, peraturan di masyarakat hanya membolehkan orang dewasa menyetir.
"Kalau sudah begini dia akan belajar melanggar peraturan lainnya. Bagaimana dengan kehidupan sosialnya bila dari kecil sudah melanggar peraturan?" kata Nina.
Dengan adanya kasus kecelakaan maut yang menewaskan beberapa orang di jalan tol Jagorawi ini , Nina berharap orangtua maupun anak-anak bisa memetik pelajaran penting.
Orangtua diharapkan tidak begitu mudahnya meluluskan keinginan anak, baik untuk kepemilikan SIM maupun kendaraan bermotor. Kejadian yang menimpa Dul ini, kata Nina, menjadi cermin bagi para orangtua untuk dapat memperkuat ketegasan mereka.
Sedangkan untuk remaja, diharapkan bisa mengendalikan keinginan untuk segera memiliki atau membawa kendaraan bermotor. Seiring berjalan usia, kedewasaan akan bertambah sehingga akan tiba saat yang tepat untuk memiliki kendaraan bermotor.