Masalah Saat Hamil
Alergi bisa muncul dalam bentuk gatal-gatal, bersin-bersin, diare, batuk, sampai sesak napas (asma). Hal ini disebabkan kehamilan membuat kekebalan tubuh ibu menurun. Belum lagi adanya perubahan kadar hormon progesteron yang akan mempermudah munculnya alergi. Peurigo gestationalis adalah satu penyakit kulit yang kerap menyerang ibu hamil. Gejalanya berupa beruntusan dan gatal-gatal pada seluruh tubuh. Keluhan ini biasanya muncul di trimester kedua atau ketiga. Apa yang menjadi penyebabnya, sampai saat ini belum diketahui.
2. PENYAKIT SALURAN PERNAPASAN
Penyakit saluran pernapasan yang kerap muncul adalah influenza, radang tenggorok, pneumonia, dan tuberkulosis. Penyebabnya dengan makin besarnya kandungan, diafragma atau sekat rongga dada pun kian tertekan ke atas. Akibatnya, ruang paru-paru jadi lebih sempit, sehingga oksigen yang masuk ke paru-paru makin sedikit pula. Sebagai kompensasinya, napas pun jadi semakin cepat yang membuat ibu hamil gampang tersengal-sengal.
Penyebab lain, meningkatnya hormon progesteron. Peningkatan hormon ini menyebabkan otot-otot pernapasan menjadi kendur. Padahal, untuk bisa menyediakan oksigen dalam jumlah yang sama atau malah lebih selama hamil mau tidak mau otot-otot itu dipacu bekerja lebih cepat.
Melemahnya daya tahan tubuh ibu maupun perubahan volume darah dapat membuat ibu hamil lebih mudah terkena infeksi dibanding kondisi saat tidak hamil. Pencegahannya cukup dengan hidup sehat (cukup istirahat, cukup nutrisi, dan cukup bergerak). Penanganannya, jika keluhannya berat, ibu harus intens berkonsultasi pada dokter kandungan.
3. GANGGUAN JANTUNG
Penyakit ini bisa terjadi karena sewaktu hamil terjadi perubahan drastis pada tubuh ibu yang menyebabkan terjadinya peningkatan volume darah, yang membuat kerja jantung jadi lebih berat. Oleh karena itu, selama hamil perhatikan tanda-tanda adanya gangguan jantung ini. Biasanya ibu gampang capek, baru melakukan aktivitas ringan saja napasnya sudah tersengal-sengal.
Lainnya adalah penyempitan ataupun kebocoran pada katup jantung. Penyakit ini 80%-nya disebabkan penyakit jantung rematik. Perubahan sistem imun sebagai reaksi tubuh terhadap kuman penyebab infeksi yang masuk jauh-jauh hari sebelum ibu hamil itulah menjadi penyebabnya. Bisa saja penetrasi kuman terjadi saat ibu masih anak-anak atau remaja.
Penyakit ini akan menimbulkan banyak masalah saat kehamilan. Antara lain, penyempitan katup mitral, yakni katup atrioventrikuler yang berada di antara serambi kiri dan bilik kiri jantung. Padahal, darah dari bilik kiri inilah yang akan dipompakan ke seluruh tubuh, termasuk ke janin. Mau tak mau curah jantung ke seluruh tubuh jadi berkurang juga.
Sekalipun begitu, dengan antenatal care penyakit jantung katup bisa dideteksi. Asalkan bidan atau dokter yang menanganinya cermat saat melakukan anamnesa maupun pemeriksaan kesehatan secara umum. Terlebih pada mereka yang mengalami kehamilan kembar ataupun punya riwayat keluarga yang mengalami tekanan darah tinggi pada kehamilan. Begitu juga bila pada kehamilan sebelumnya ada gangguan jantung temporer, mengingat gangguan tersebut cenderung berulang.
4. ANEMIA
Penyakit anemia defisiensi besi memang paling sering dialami ibu hamil. Masalahnya, saat hamil kebutuhan akan zat-zat makanan bertambah. Konsentrasi darah dan sumsum tulang pun berubah. Akibatnya, ibu hamil kekurangan zat besi dalam darahnya. Seperti kita tahu, semasa hamil dan menyusui kebutuhan zat besi meningkat tajam. Nah, kebutuhan zat besi akan bertambah sejalan dengan perkembangan janin, plasenta, dan peningkatan sel darah merah ibu. Anemia defisiensi besi paling banyak diderita ibu hamil yang justru membutuhkan asupan unsur besi dari makanan lebih dari biasanya. Bisa juga karena adanya gangguan pencernaan, sehingga unsur zat besi tidak diserap dengan baik oleh tubuh.
Saat berbadan dua, otomatis keperluan akan suplai darah bertambah. Terjadilah perubahan volume darah yang dihasilkan dari peningkatan plasma darah. Namun sering kali, peningkatan plasma darah tidak diimbangi dengan peningkatan sel-sel darah. Harusnya perbandingan susunan pertambahan elemen darah merah adalah sel darah 18%, plasma 30%, dan hemoglobin 19%. Nah di sinilah perlunya peningkatan asupan zat besi untuk memproduksi sel darah merah. Kalau tidak, akibatnya terjadi pengenceran darah atau viskositas (kekentalan) darah berkurang.
Gejala klinis anemia yang mudah dikenali adalah gampang lelah, lesu, sesak napas saat beraktivitas, kulit dan wajah pucat, mudah pusing, dan gampang pingsan. Kerja jantung pun meningkat sehingga denyutnya menjadi cepat. Jika kondisi jantung buruk, dapat berakibat gagal jantung. Bagi ibu hamil, pemeriksaan dilakukan paling lambat pada usia 3 bulan kehamilan. Diulang lagi pada usia 26 atau 28 minggu kehamilan.
Defisiensi besi diatasi dengan konsumsi suplemen zat besi dan asam folat selain konsumsi makanan bergizi seimbang dan beragam. Makanan terbaik yang mengandung zat besi adalah daging merah, hati, ginjal, telur, roti, sereal, kacang-kacangan, buah-buahan, dan sayuran berwarna hijau. Daging merah mengandung zat besi yang mudah diserap tubuh. Agar penyerapannya optimal, zat besi sebaiknya dikonsumsi bersamaan dengan sumber makanan yang mengandung vitamin C, karena vitamin C mampu membantu penyerapan zat besi.
5. PENYAKIT SALURAN PENCERNAAN
• Hipersalivasi atau produksi air liur berlebihan akibat pengaruh hormon estrogen. Gangguan ini tidak berbahaya.
• Sariawan dan pembengkakan gusi. Penyakit yang dalam istilah kedokteran disebut epulis ini disebabkan selain oleh perubahan hormonal juga perubahan imunologi berupa penurunan mekanisme daya tahan tubuh pada ibu hamil. Itu sebabnya ibu hamil mudah terserang penyakit, baik akibat infeksi virus, infeksi jamur, dan lainnya. Sariawan merupakan salah satu infeksi virus yang biasanya dipicu oleh luka akibat gigitan tidak sengaja atau sodokan sikat gigi. Mengatasinya, pakailah sikat gigi berbulu lembut. Gangguan ini pun pada dasarnya tidak membahayakan ibu maupun janinnya.
• Mag atau gastritis. Akibat rasa mual yang ditimbulkan, ibu hamil biasanya jadi malas makan yang justru akan meningkatkan produksi asam lambung. Cara pencegahannya tak lain dengan makan teratur.
6. DIABETES
Ibu hamil rawan mengalami perubahan kenaikan kadar gula darah yang tidak pernah dialami saat sebelum hamil. Pasalnya, pada ibu hamil terjadi perubahan metabolisme penghancuran karbohidrat. Bertambah tingginya kadar hormon progesteron dan hormon estrogen dibanding saat tidak hamil berpengaruh pada menurunnya kemampuan daya tangkap insulin. Padahal inisulin sangat diperlukan untuk menetralisasi peningkatan gula darah seseorang.
Untuk menghindari ini tidak lain kontrol gula darah secara teratur selama kehamilan, dan juga mengonsultasikan setiap masalah yang dialami.
7. HIPERTENSI
Hipertensi atau penyakit darah tinggi terjadi karena adanya pembuluh darah yang menegang sehingga membuat tekanan darah meningkat. Gejala yang umum dialami:
• Pusing dan sakit kepala.
• Kadang disertai dengan bengkak di daerah tungkai.
• Bila dilakukan pemeriksaan laboratorium akan ditemui adanya protein yang tinggi dalam urine ibu.
• Tekanan darah bisa mencapai 140/90 sementara batas normal untuk tekanan darah atas antara 100-120 dan tekanan bawah 70-85.
Ada ibu yang sudah mengidap hipertensi sebelumnya namun ada juga hipertensi yang justru baru terjadi saat hamil. Kondisi yang disebut terakhir inilah yang disebut dengan preeklamsia dan eklamsia. Preeklamsia biasanya terjadi pada kehamilan lebih dari 20 minggu dan harus segera ditangani agar tak meningkat menjadi eklamsia yang tak saja bahaya buat ibu tapi juga janin.
Preeklamsia yang masih ringan ditandai dengan tekanan darah yang meninggi, protein yang berlebihan dalam urine, pembengkakan, serta kenaikan berat badan yang cepat. Gejala klinisnya, penglihatan menjadi kabur, perut terasa sakit atau panas, sakit kepala, serta denyut nadi yang cepat. Kecuali itu, bengkak karena preeklamsia tidak hanya terjadi di kaki, tapi juga pada wajah dan tangan. Nah, kalau terjadi pembengkakan di wajah atau tangan, segera periksakan diri untuk mengetahui apakah penyebabnya bersifat patologis atau fisiologis.
Risiko eklamsia sangat besar, ibu bisa mengalami kejang-kejang hingga tak terselamatkan. Tentunya jika ibu sampai tidak tertolong, janin pun bisa mengalami nasib yang sama. Kalaupun hidup, bisa terjadi kelahiran prematur, gagal ginjal, dan kerusakan hati. Selain itu, jika aliran darah ke janin berkurang, ia dapat mengalami keterlambatan pertumbuhan.
Pada saat eklamsia mengancam, biasanya dokter akan mengutamakan keselamatan ibu. Bayi akan dikeluarkan dengan proses induksi untuk menghasilkan persalinan normal. Jalan operasi dihindari karena dapat membahayakan ibu.
Tentu saja hipertensi tak selalu berdampak buruk bagi kehamilan. Asalkan terkontrol, penyakit tekanan darah tinggi ini tak akan jadi masalah. Bahkan untuk kasus preeklamsia, pada umumnya setelah masa kehamilan, penyakit tersebut akan menghilang dengan sendirinya.
8. HIPOTENSI
Ada juga ibu hamil yang mempunyai tekanan darah rendah (ukuran tekanan darah 90/60). Hanya saja hal ini tidak sampai berakibat fatal. Gejala yang dialami umumnya sama dengan hipertensi yaitu pusing-pusing dan sakit kepala disertai tubuh lemas. Hipotensi biasanya terjadi karena ibu kurang tidur atau kurang istirahat dan kecapekan.
Penanganannya cukup dengan banyak istirahat dan cukup tidur. Makanan berkolesterol tinggi selama porsinya tidak banyak boleh saja, begitu juga makanan yang bergaram atau asin.
http://askep-askeb-kita.blogspot.com/