Jika Buah Hati Lahir Lebih Dini
JIKA BUAH HATI LAHIR LEBIH DINI
Bayi prematur sangat rapuh? Ah, enggak juga, kok! Yang penting, lakukan perawatan dengan baik dan jangan lupa konsultasi rutin ke dokter.
Setiap ibu berharap ingin melahirkan “sesuai jadwal”. Meleset-melesetnya, ya,seminggu lebih awal atau lebih lambat. Tapi kadang harapan itu tak sesuai kenyataan. Oleh beberapa sebab, sang jabang bayi lahir sebelum waktunya alias prematur. Bayi prematur umumnya lahir di usia kehamilan (masa gestasi) kurang dari 37 minggu atau kurang dari 259 hari.
Namun karena umumnya para ibu tak ingat hari terakhir haidnya, “Jadi agak susah untuk menentukan masa kehamilannya,” kata Prof. Dr. dr. Nartono Kadri, Sp.A(K). Alhasil, patokan yang kerap dipakai adalah berat badan si bayi. Misalnya, kelompok bayi berat lahir rendah, yaitu kurang dari 2.500 gram. Nah, mereka inilah yang sering dikelompokkan sebagai bayi prematur. “Meski sebenarnya patokan berat ini tak benar karena yang seharusnya jadi patokan, usia kehamilan,” terang Nartono.
Soalnya, jelas Nartono, bayi berat lahir rendah bisa saja lahir di usia kehamilan 40 minggu atau cukup bulan, yaitu yang disebut bayi kecil untuk masa kehamilannya. Penyebabnya? “Antara lain karena pertumbuhan janin di kandungan terganggu. Entah karena nutrisinya yang kurang baik atau ada gangguan plasenta.”
RAGAM PENYEBAB
Kendati para ibu tak mengetahui usia kehamilannya secara pasti dan tepat, masa gestasi masih bisa ditentukan sesudah jabang bayi lahir. Yakni dengan pemeriksaan penampilan bayi (fisik) dan pemeriksaan neurologik. “Jaringan kulit bayi, warna kulit, sikap bayi, dan lainnya akan diperiksa. Dari situ dibuatkan skoring dan grafik sehingga diketahui berapa usia kehamilannya,” terang Nartono.
Tapi kenapa bayi bisa lahir lebih dini? Penyebabnya macam-macam alias multifaktorial. Bisa saja karena faktor ibu dan plasenta, faktor lingkungan, atau faktor bayi itu sendiri. Tapi umumnya, kata staf pengajar Subbagian Perinatologi-Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI ini, disebabkan faktor ibunya.
Karena itu, anjur guru besar Ilmu Kesehatan Anak-Perinatologi FKUI ini, “Untuk mencegah kelahiran prematur, si ibu harus memperhatikan gizi sehingga tak sampai terjadi anemia.” Hal penting lainnya, ibu jangan sampai terkena stres, periksa kehamilan secara rutin, dan menjaga kebersihan. “Terutama bagian vagina agar tak terjadi infeksi.”
RISIKO PENYAKIT
Karena bayi lahir belum cukup waktu, wajar saja jika sejumlah organ tubuhnya masih belum sempurna. Misalnya, kulitnya terlihat bening, tipis (karena kurang lapisan lemak di bawah kulit), daun telinga kadang rata dan terlipat atau menggelantung karena tulang muda yang memberi bentuk telinga belum ada. Karakteristik seksualnya pun belum berkembang secara penuh.
Tapi para ayah dan ibu tak perlu cemas menghadapi semua ini. “Kondisi ini, kan, hanya sementara. Dengan perawatan pascalahir yang cermat, bayi prematur akan menyusul pertumbuhan teman-temannya yang lahir cukup bulan,” terang konsultan Bangsal Bayi Baru Lahir Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSUPN Cipto Mangunkusumo ini.
Kendati demikian, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan sehubungan dengan masalah kesehatan si bayi. Sebab, dengan kondisi organ tubuh yang belum sempurna, bayi prematur termasuk berisiko tinggi terhadap sejumlah penyakit pascalahir, antara lain:
1. Hipoksia Perinatal (Kekurangan Oksigen)
Hipoksia sering ditemukan pada bayi prematur. Kejadian ini umumnya telah dimulai sejak janin di kandungan, berupa gawat janin atau terjadinya stres janin pada waktu proses kelahirannya. Akibatnya, bayi mengalami asfiksia (kegagalan bernafas spontan dan teratur pada menit-menit pertama setelah lahir).
Jika ini terjadi, dokter akan segera melakukan resusitasi (usaha bernapas kembali dengan pernapasan buatan atau pijat dan rangsang jantung) agar hipoksia tak menimbulkan kerusakan berbagai organ, khususnya otak.
2. Gangguan Napas
Umumnya terjadi akibat belum matangnya paru-paru. Sering disebut penyakit membran hialin (PMH), yakni penyakit akibat kekurangan bahan surfaktan yang berfungsi mempertahankan mengembangnya gelembung paru. Bayi akan mengalami sesak napas atau sindroma gangguan napas (SGN).
Upaya yang harus dilakukan bergantung dari derajat PMH dan berat ringannya SGN, yaitu dengan memakai alat bantu napas mekanik atau pemberian surfaktan eksternal.
Salah satu upaya untuk menghindari PMH ialah dengan menyuntikkan preparat steroid dosis tinggi pada ibu yang menghadapi persalinan prematur. Dengan demikian kekurangan surfaktan paru bayi dapat dikurangi.
Masalah pernapasan yang sering ditemukan pada bayi prematur adalah apnu (henti napas sementara yang berlangsung lebih dari 20 detik dan dapat disertai penurunan frekuensi denyut jantung). Lebih bahaya lagi jika ada kombinasi aspek belum matangnya paru dan sistem saraf, yang dapat menimbulkan apnu secara berulang.
3. Cedera Kedinginan
Lantaran pengaturan suhu tubuhnya belum sempurna, bayi biasanya dimasukkan ke dalam inkubator. Sebab, suhu lingkungan yang terlalu rendah dapat mengakibatkan cedera kedinginan (cold injury) pada bayi. Sedangkan suhu yang terlalu tinggi atau suhu naik turun dapat menyebabkan apnu.
Bayi prematur tak akan menggigil bila kedinginan. Untuk menambah panas tubuhnya, dipecahkan sumber cadangan dari lemak cokelat. Akibat cedera dingin, kulit bayi akan teraba keras pada tempat tertentu.
Untuk menstabilkan suhu bayi, selain dengan inkubator bisa pula dilakukan dengan cara menggendongnya. Lepaskan seluruh pakaian yang melekat di tubuh bayi, lalu dekapkan ke dada sang ibu yang juga tanpa busana. Dengan demikian, si bayi akan merasa hangat. Cara menggendong model ini disebut metode kanguru. Untuk mencegah bayi kena udara dingin, ibu dapat menutupi keseluruhan belakang dan samping tubuh bayi dengan selimut.
4. Masalah Nutrisi
Pengaturan kebutuhan cairan pada bayi prematur memerlukan kecermatan. Sebab, fungsi pencernaan dan ginjalnya masih belum sempurna, sementara permukaan tubuhnya lebih luas dibandingkan berat badannya sehingga penguapan cairan tubuhnya banyak.
Selain itu, kemampuannya untuk mengisap dan menelan mungkin belum sempurna. Jadi, jika ia belum kuat mengisap, ASI harus diberikan lewat pipet.
Sebaiknya bayi prematur tak dipuasakan terlalu lama karena cadangan makanan di tubuhnya sangat terbatas. Idealnya, dalam 24-72 jam pertama, si bayi sudah mendapat tambahan nutrisi. Bila perlu, memakai cairan infus.
Pada bayi prematur yang mengalami asfiksia (kegagalan nafas spontan), dapat dilakukan penundaan pemberian nutrisi melalui oral (mulut) 3-5 hari. Ini dilakukan demi mencegah terjadinya enterokolotis nekrotikans (kerusakan usus).
5. Pertahanan Tubuh
Bayi prematur sangat rentan terhadap infeksi. Tak ada jalan lain, perhatikan selalu kemungkinan terjadinya kontaminasi oleh mikroorganisme di sekitarnya atau yang disebut sebagai infeksi nosokomial.
6. Masalah Kardiovaskular
Masalah kardiovaskular (sirkulasi darah) yang sering ditemui pada bayi prematur adalah belum menutupnya duktus arteriosus, yaitu saluran yang menghubungkan aorta dan arteri paru-paru kiri.
Saluran/duktus ini mengalirkan darah keluar dari paru yang belum berfungsi dan ia tetap terbuka selama kehamilan.
Saat masih dalam perut ibunya, pembuluh darah ini digunakan untuk bernapas. Ketika lahir, bayi akan bernapas secara normal, sehingga pembuluh darah itu akan menutup. Tapi karena gagal napas maka pembuluh darah ini tak menutup.
7. Kuning
Sebagian besar bayi prematur mengalami kuning pada minggu pertama kehidupannya. Ini karena fungsi hatinya belum sempurna. Terlebih bila selama hamil ibu menderita infeksi, khususnya infeksi plasenta, kemungkinan bayi kuning akan lebih besar.
Tindakan pencegahan yang sering dilakukan adalah terapi sinar biru atau bila berat sekali dilakukan transfusi tukar.
8. Masalah Neurologik
Yang kerap ditemukan adalah gangguan konsumsi oksigen yang berkelanjutan, berupa kekurangan oksigen pada jaringan otak yang masih belum sempurna. Ini dapat menimbulkan perdarahan di otak.
Masalah neurologik harus ditangani secara hati-hati mengingat saraf bayi belum sempurna. Alhasil, perkembangan bayi sejak lahir hingga balita harus diperhatikan secara cermat sehingga jika terjadi penyimpangan dapat cepat diperbaiki.
Itulah mengapa diperlukan follow up clinic atau klinik tumbuh kembang karena jika bayi prematur ditangani dengan baik, perkembangannya akan sama dengan bayi normal.
PERAWATAN PASCA RUMAH SAKIT
Sekeluar dari rumah bersalin, pada minggu-minggu pertama di rumah, usahakan agar suhu kamar bayi lebih hangat dari biasanya. Ingat, mekanisme pengaturan suhu tubuhnya belum sempurna sehingga perlu perlu bantuan dari luar untuk mempertahankan kenyamanan tubuhnya.
Jika ia tampak rewel, periksa suhu ruangan, apakah sudah cukup hangat. Juga rasakan lengan, kaki, dan tengkuknya untuk memastikan ia tak terlalu dingin.
Harus diingat pula, si bayi masih sangat peka terhadap infeksi. Karena itu, hati-hatilah terhadap infeksi lingkungan. Jika si bayi minum melalui botol, jangan lupa untuk selalu mensterilkan perlatan minumnya terlebih dulu. Lakukan hingga beberapa bulan atau sampai dokter memberikan izin untuk menghentikan pensterilan.
Sering-seringlah memberinya minum karena bayi prematur memiliki lambung dan volume yang sangat kecil. Pemberian minuman sebaiknya sedikit-sedikit tetapi sering. Mungkin ia juga belum bisa mengisap dengan sempurna, sehingga perlu menyusu lebih lama untuk minum sampai kenyang. Jadi, jangan memberi makan dengan terburu-buru.
Nutrisi yang paling baik untuk bayi prematur adalah ASI karena hanya ASI yang komposisinya sesuai dengan kebutuhan bayi prematur. Komposisi ASI bervariasi sesuai masa gestasi. Dibandingkan dengan ASI cukup bulan, ASI kurang bulan lebih tinggi kandungan energinya (nitrogen, protein, natrium, klorida, magnesium, seng, zat besi, IgA).
Namun setelah 30 hari, kadar nutrien maupun nutrien mikronya menurun, sehingga setelah bayi berusia 2 minggu-1 bulan, harus diberikan penguat air susu ibu (human milk fortifier for the preterm infant). Ini karena nutrisi pada bayi baru lahir, 60 persen kalorinya dibutuhkan untuk otak. Pada bayi dengan tubuh sangat kecil, diperlukan konsentrasi nutrisi yang lebih tinggi.
Bila kebutuhan ASI tak dapat dipenuhi, dapat diganti dengan susu formula konsentrasi tinggi yang dirancang khusus untuk bayi prematur. Tapi jumlah formula khusus ini harus diamati dengan ketat.
Tanyakan pula pada dokter, perlu tidaknya bayi mendapat tambahan multivitamin. Sebab, bayi prematur berisiko kekurangan vitamin lebih besar daripada bayi yang lahir cukup bulan.
Jangan memberi makanan padat sampai dokter membolehkannya. Karena itu, penting sekali untuk selalu mengkonsultasikan pertumbuhan dan perkembangan si bayi ke klinik tumbuh kembang. Begitupun soal pemberian imunisasi, yang jadwalnya tentu berbeda dengan bayi lain. “Yang jelas, perlakukan bayi prematur seperti bayi cukup bulan. Jika rumah sakit sudah berani melepaskan si bayi pulang, berarti kondisinya sudah stabil.”
Jadi, kata penguji tesis peserta Pendidikan Dokter Spesialis Anak FKUI ini, “Orang tua tak perlu terlalu mengkhawatirkannya, seolah-olah bayinya sangat rapuh. Jangan pula terlalu memanjakan atau over protection, sehingga mengganggu tumbuh kembang selanjutnya.”
Perlakuan istimewa dalam arti terlalu melindungi bayi prematur, hanya akan mengganggu perkembangan normalnya. Antara lain, si bayi akan berkembang menjadi anak yang tergantung, menuntut, dan tak bahagia. Nah, segalanya kini menjadi jelas, bukan?
Indah Mulatsih.Foto:Rohedi(nakita)
Faktor Kelahiran Prematur
1. FAKTOR IBU
Antara lain karena:
Antroprometris
Bila postur ibunya kerdil (short stature) dapat mempengaruhi janin di rahimnya, yaitu tak bisa mengembang dengan sempurna.
Masalah Gizi
Semisal kurang gizi atau anemia pada ibu sehingga menyebabkan pertumbuhan janin terhambat. Pertumbuhan janin terhambat dalam waktu lama akan mempengaruhi kelahiran bayi sebelum waktunya.
Kondisi Servik Uteri
Yaitu leher rahim yang lemah. Misal, setiap bayinya berkembang besar, servik uteri ibunya ingin membuka terus, sehingga bayi terpaksa lahir.
Infeksi
Semisal infeksi vagina yang disebut vaginosis bakterial. Bakteri ini akan naik ke atas menyebabkan ketuban mudah pecah. Akibatnya, bayi lahir cepat. Selain itu, harus diwaspadai juga infeksi TORCH (Toxoplasma, Others Hepatitis B, HIV/AIDS, Rubella, Cytomegalovirus, Herpes). Infeksi TORCH, selain dapat mempengaruhi pertumbuhan janin dan kelahiran prematur, juga berdampak terhadap tumbuh kembang anak di kemudian hari.
Penyakit
Semisal pre-eklampsia.
Persalinan Spontan
Atau disebut spontaneous preterm labor. Persalinan prematur spontan ini tak dapat diduga sebelumnya, tapi biasanya berhubungan dengan latar belakang ibunya, yaitu umur ibu (terlalu tua atau terlalu muda), anak pertama (nuliparitas) atau banyak anak (multiparitas), adanya riwayat kelahiran prematur atau riwayat abortus, perdarahan pada kehamilan muda, ketuban pecah dini, kenaikan berat badan ibu selama hamil tak sesuai, kehamilan ganda, ibu perokok berat, faktor pekerjaan, dan ibu yang mengalami stres berat.
2. FAKTOR SOSIO EKONOMI
Yaitu menyangkut keadaan sosio-ekonomi keluarga tersebut, tingkat pendidikan, sifat aktivitas pekerjaan ibu, hubungan keluarga, dukungan psikologis suami selama hamil, dan stres lingkungan.
3. FAKTOR LINGKUNGAN HIDUP
Contohnya faktor pemukiman dan kesehatan lingkungan. Konon, wanita hamil yang mengalami paparan timah hitam (asap knalpot) mempunyai risiko melahirkan bayi prematur.
4. FAKTOR PELAYANGAN KESEHATAN
Misalnya, pemeriksaan kehamilan yang masih terbatas atau sarana pelayanan kesehatan yang belum dimanfaatkan secara optimal.
Bayi prematur sangat rapuh? Ah, enggak juga, kok! Yang penting, lakukan perawatan dengan baik dan jangan lupa konsultasi rutin ke dokter.
Setiap ibu berharap ingin melahirkan “sesuai jadwal”. Meleset-melesetnya, ya,seminggu lebih awal atau lebih lambat. Tapi kadang harapan itu tak sesuai kenyataan. Oleh beberapa sebab, sang jabang bayi lahir sebelum waktunya alias prematur. Bayi prematur umumnya lahir di usia kehamilan (masa gestasi) kurang dari 37 minggu atau kurang dari 259 hari.
Namun karena umumnya para ibu tak ingat hari terakhir haidnya, “Jadi agak susah untuk menentukan masa kehamilannya,” kata Prof. Dr. dr. Nartono Kadri, Sp.A(K). Alhasil, patokan yang kerap dipakai adalah berat badan si bayi. Misalnya, kelompok bayi berat lahir rendah, yaitu kurang dari 2.500 gram. Nah, mereka inilah yang sering dikelompokkan sebagai bayi prematur. “Meski sebenarnya patokan berat ini tak benar karena yang seharusnya jadi patokan, usia kehamilan,” terang Nartono.
Soalnya, jelas Nartono, bayi berat lahir rendah bisa saja lahir di usia kehamilan 40 minggu atau cukup bulan, yaitu yang disebut bayi kecil untuk masa kehamilannya. Penyebabnya? “Antara lain karena pertumbuhan janin di kandungan terganggu. Entah karena nutrisinya yang kurang baik atau ada gangguan plasenta.”
RAGAM PENYEBAB
Kendati para ibu tak mengetahui usia kehamilannya secara pasti dan tepat, masa gestasi masih bisa ditentukan sesudah jabang bayi lahir. Yakni dengan pemeriksaan penampilan bayi (fisik) dan pemeriksaan neurologik. “Jaringan kulit bayi, warna kulit, sikap bayi, dan lainnya akan diperiksa. Dari situ dibuatkan skoring dan grafik sehingga diketahui berapa usia kehamilannya,” terang Nartono.
Tapi kenapa bayi bisa lahir lebih dini? Penyebabnya macam-macam alias multifaktorial. Bisa saja karena faktor ibu dan plasenta, faktor lingkungan, atau faktor bayi itu sendiri. Tapi umumnya, kata staf pengajar Subbagian Perinatologi-Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI ini, disebabkan faktor ibunya.
Karena itu, anjur guru besar Ilmu Kesehatan Anak-Perinatologi FKUI ini, “Untuk mencegah kelahiran prematur, si ibu harus memperhatikan gizi sehingga tak sampai terjadi anemia.” Hal penting lainnya, ibu jangan sampai terkena stres, periksa kehamilan secara rutin, dan menjaga kebersihan. “Terutama bagian vagina agar tak terjadi infeksi.”
RISIKO PENYAKIT
Karena bayi lahir belum cukup waktu, wajar saja jika sejumlah organ tubuhnya masih belum sempurna. Misalnya, kulitnya terlihat bening, tipis (karena kurang lapisan lemak di bawah kulit), daun telinga kadang rata dan terlipat atau menggelantung karena tulang muda yang memberi bentuk telinga belum ada. Karakteristik seksualnya pun belum berkembang secara penuh.
Tapi para ayah dan ibu tak perlu cemas menghadapi semua ini. “Kondisi ini, kan, hanya sementara. Dengan perawatan pascalahir yang cermat, bayi prematur akan menyusul pertumbuhan teman-temannya yang lahir cukup bulan,” terang konsultan Bangsal Bayi Baru Lahir Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSUPN Cipto Mangunkusumo ini.
Kendati demikian, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan sehubungan dengan masalah kesehatan si bayi. Sebab, dengan kondisi organ tubuh yang belum sempurna, bayi prematur termasuk berisiko tinggi terhadap sejumlah penyakit pascalahir, antara lain:
1. Hipoksia Perinatal (Kekurangan Oksigen)
Hipoksia sering ditemukan pada bayi prematur. Kejadian ini umumnya telah dimulai sejak janin di kandungan, berupa gawat janin atau terjadinya stres janin pada waktu proses kelahirannya. Akibatnya, bayi mengalami asfiksia (kegagalan bernafas spontan dan teratur pada menit-menit pertama setelah lahir).
Jika ini terjadi, dokter akan segera melakukan resusitasi (usaha bernapas kembali dengan pernapasan buatan atau pijat dan rangsang jantung) agar hipoksia tak menimbulkan kerusakan berbagai organ, khususnya otak.
2. Gangguan Napas
Umumnya terjadi akibat belum matangnya paru-paru. Sering disebut penyakit membran hialin (PMH), yakni penyakit akibat kekurangan bahan surfaktan yang berfungsi mempertahankan mengembangnya gelembung paru. Bayi akan mengalami sesak napas atau sindroma gangguan napas (SGN).
Upaya yang harus dilakukan bergantung dari derajat PMH dan berat ringannya SGN, yaitu dengan memakai alat bantu napas mekanik atau pemberian surfaktan eksternal.
Salah satu upaya untuk menghindari PMH ialah dengan menyuntikkan preparat steroid dosis tinggi pada ibu yang menghadapi persalinan prematur. Dengan demikian kekurangan surfaktan paru bayi dapat dikurangi.
Masalah pernapasan yang sering ditemukan pada bayi prematur adalah apnu (henti napas sementara yang berlangsung lebih dari 20 detik dan dapat disertai penurunan frekuensi denyut jantung). Lebih bahaya lagi jika ada kombinasi aspek belum matangnya paru dan sistem saraf, yang dapat menimbulkan apnu secara berulang.
3. Cedera Kedinginan
Lantaran pengaturan suhu tubuhnya belum sempurna, bayi biasanya dimasukkan ke dalam inkubator. Sebab, suhu lingkungan yang terlalu rendah dapat mengakibatkan cedera kedinginan (cold injury) pada bayi. Sedangkan suhu yang terlalu tinggi atau suhu naik turun dapat menyebabkan apnu.
Bayi prematur tak akan menggigil bila kedinginan. Untuk menambah panas tubuhnya, dipecahkan sumber cadangan dari lemak cokelat. Akibat cedera dingin, kulit bayi akan teraba keras pada tempat tertentu.
Untuk menstabilkan suhu bayi, selain dengan inkubator bisa pula dilakukan dengan cara menggendongnya. Lepaskan seluruh pakaian yang melekat di tubuh bayi, lalu dekapkan ke dada sang ibu yang juga tanpa busana. Dengan demikian, si bayi akan merasa hangat. Cara menggendong model ini disebut metode kanguru. Untuk mencegah bayi kena udara dingin, ibu dapat menutupi keseluruhan belakang dan samping tubuh bayi dengan selimut.
4. Masalah Nutrisi
Pengaturan kebutuhan cairan pada bayi prematur memerlukan kecermatan. Sebab, fungsi pencernaan dan ginjalnya masih belum sempurna, sementara permukaan tubuhnya lebih luas dibandingkan berat badannya sehingga penguapan cairan tubuhnya banyak.
Selain itu, kemampuannya untuk mengisap dan menelan mungkin belum sempurna. Jadi, jika ia belum kuat mengisap, ASI harus diberikan lewat pipet.
Sebaiknya bayi prematur tak dipuasakan terlalu lama karena cadangan makanan di tubuhnya sangat terbatas. Idealnya, dalam 24-72 jam pertama, si bayi sudah mendapat tambahan nutrisi. Bila perlu, memakai cairan infus.
Pada bayi prematur yang mengalami asfiksia (kegagalan nafas spontan), dapat dilakukan penundaan pemberian nutrisi melalui oral (mulut) 3-5 hari. Ini dilakukan demi mencegah terjadinya enterokolotis nekrotikans (kerusakan usus).
5. Pertahanan Tubuh
Bayi prematur sangat rentan terhadap infeksi. Tak ada jalan lain, perhatikan selalu kemungkinan terjadinya kontaminasi oleh mikroorganisme di sekitarnya atau yang disebut sebagai infeksi nosokomial.
6. Masalah Kardiovaskular
Masalah kardiovaskular (sirkulasi darah) yang sering ditemui pada bayi prematur adalah belum menutupnya duktus arteriosus, yaitu saluran yang menghubungkan aorta dan arteri paru-paru kiri.
Saluran/duktus ini mengalirkan darah keluar dari paru yang belum berfungsi dan ia tetap terbuka selama kehamilan.
Saat masih dalam perut ibunya, pembuluh darah ini digunakan untuk bernapas. Ketika lahir, bayi akan bernapas secara normal, sehingga pembuluh darah itu akan menutup. Tapi karena gagal napas maka pembuluh darah ini tak menutup.
7. Kuning
Sebagian besar bayi prematur mengalami kuning pada minggu pertama kehidupannya. Ini karena fungsi hatinya belum sempurna. Terlebih bila selama hamil ibu menderita infeksi, khususnya infeksi plasenta, kemungkinan bayi kuning akan lebih besar.
Tindakan pencegahan yang sering dilakukan adalah terapi sinar biru atau bila berat sekali dilakukan transfusi tukar.
8. Masalah Neurologik
Yang kerap ditemukan adalah gangguan konsumsi oksigen yang berkelanjutan, berupa kekurangan oksigen pada jaringan otak yang masih belum sempurna. Ini dapat menimbulkan perdarahan di otak.
Masalah neurologik harus ditangani secara hati-hati mengingat saraf bayi belum sempurna. Alhasil, perkembangan bayi sejak lahir hingga balita harus diperhatikan secara cermat sehingga jika terjadi penyimpangan dapat cepat diperbaiki.
Itulah mengapa diperlukan follow up clinic atau klinik tumbuh kembang karena jika bayi prematur ditangani dengan baik, perkembangannya akan sama dengan bayi normal.
PERAWATAN PASCA RUMAH SAKIT
Sekeluar dari rumah bersalin, pada minggu-minggu pertama di rumah, usahakan agar suhu kamar bayi lebih hangat dari biasanya. Ingat, mekanisme pengaturan suhu tubuhnya belum sempurna sehingga perlu perlu bantuan dari luar untuk mempertahankan kenyamanan tubuhnya.
Jika ia tampak rewel, periksa suhu ruangan, apakah sudah cukup hangat. Juga rasakan lengan, kaki, dan tengkuknya untuk memastikan ia tak terlalu dingin.
Harus diingat pula, si bayi masih sangat peka terhadap infeksi. Karena itu, hati-hatilah terhadap infeksi lingkungan. Jika si bayi minum melalui botol, jangan lupa untuk selalu mensterilkan perlatan minumnya terlebih dulu. Lakukan hingga beberapa bulan atau sampai dokter memberikan izin untuk menghentikan pensterilan.
Sering-seringlah memberinya minum karena bayi prematur memiliki lambung dan volume yang sangat kecil. Pemberian minuman sebaiknya sedikit-sedikit tetapi sering. Mungkin ia juga belum bisa mengisap dengan sempurna, sehingga perlu menyusu lebih lama untuk minum sampai kenyang. Jadi, jangan memberi makan dengan terburu-buru.
Nutrisi yang paling baik untuk bayi prematur adalah ASI karena hanya ASI yang komposisinya sesuai dengan kebutuhan bayi prematur. Komposisi ASI bervariasi sesuai masa gestasi. Dibandingkan dengan ASI cukup bulan, ASI kurang bulan lebih tinggi kandungan energinya (nitrogen, protein, natrium, klorida, magnesium, seng, zat besi, IgA).
Namun setelah 30 hari, kadar nutrien maupun nutrien mikronya menurun, sehingga setelah bayi berusia 2 minggu-1 bulan, harus diberikan penguat air susu ibu (human milk fortifier for the preterm infant). Ini karena nutrisi pada bayi baru lahir, 60 persen kalorinya dibutuhkan untuk otak. Pada bayi dengan tubuh sangat kecil, diperlukan konsentrasi nutrisi yang lebih tinggi.
Bila kebutuhan ASI tak dapat dipenuhi, dapat diganti dengan susu formula konsentrasi tinggi yang dirancang khusus untuk bayi prematur. Tapi jumlah formula khusus ini harus diamati dengan ketat.
Tanyakan pula pada dokter, perlu tidaknya bayi mendapat tambahan multivitamin. Sebab, bayi prematur berisiko kekurangan vitamin lebih besar daripada bayi yang lahir cukup bulan.
Jangan memberi makanan padat sampai dokter membolehkannya. Karena itu, penting sekali untuk selalu mengkonsultasikan pertumbuhan dan perkembangan si bayi ke klinik tumbuh kembang. Begitupun soal pemberian imunisasi, yang jadwalnya tentu berbeda dengan bayi lain. “Yang jelas, perlakukan bayi prematur seperti bayi cukup bulan. Jika rumah sakit sudah berani melepaskan si bayi pulang, berarti kondisinya sudah stabil.”
Jadi, kata penguji tesis peserta Pendidikan Dokter Spesialis Anak FKUI ini, “Orang tua tak perlu terlalu mengkhawatirkannya, seolah-olah bayinya sangat rapuh. Jangan pula terlalu memanjakan atau over protection, sehingga mengganggu tumbuh kembang selanjutnya.”
Perlakuan istimewa dalam arti terlalu melindungi bayi prematur, hanya akan mengganggu perkembangan normalnya. Antara lain, si bayi akan berkembang menjadi anak yang tergantung, menuntut, dan tak bahagia. Nah, segalanya kini menjadi jelas, bukan?
Indah Mulatsih.Foto:Rohedi(nakita)
Faktor Kelahiran Prematur
1. FAKTOR IBU
Antara lain karena:
Antroprometris
Bila postur ibunya kerdil (short stature) dapat mempengaruhi janin di rahimnya, yaitu tak bisa mengembang dengan sempurna.
Masalah Gizi
Semisal kurang gizi atau anemia pada ibu sehingga menyebabkan pertumbuhan janin terhambat. Pertumbuhan janin terhambat dalam waktu lama akan mempengaruhi kelahiran bayi sebelum waktunya.
Kondisi Servik Uteri
Yaitu leher rahim yang lemah. Misal, setiap bayinya berkembang besar, servik uteri ibunya ingin membuka terus, sehingga bayi terpaksa lahir.
Infeksi
Semisal infeksi vagina yang disebut vaginosis bakterial. Bakteri ini akan naik ke atas menyebabkan ketuban mudah pecah. Akibatnya, bayi lahir cepat. Selain itu, harus diwaspadai juga infeksi TORCH (Toxoplasma, Others Hepatitis B, HIV/AIDS, Rubella, Cytomegalovirus, Herpes). Infeksi TORCH, selain dapat mempengaruhi pertumbuhan janin dan kelahiran prematur, juga berdampak terhadap tumbuh kembang anak di kemudian hari.
Penyakit
Semisal pre-eklampsia.
Persalinan Spontan
Atau disebut spontaneous preterm labor. Persalinan prematur spontan ini tak dapat diduga sebelumnya, tapi biasanya berhubungan dengan latar belakang ibunya, yaitu umur ibu (terlalu tua atau terlalu muda), anak pertama (nuliparitas) atau banyak anak (multiparitas), adanya riwayat kelahiran prematur atau riwayat abortus, perdarahan pada kehamilan muda, ketuban pecah dini, kenaikan berat badan ibu selama hamil tak sesuai, kehamilan ganda, ibu perokok berat, faktor pekerjaan, dan ibu yang mengalami stres berat.
2. FAKTOR SOSIO EKONOMI
Yaitu menyangkut keadaan sosio-ekonomi keluarga tersebut, tingkat pendidikan, sifat aktivitas pekerjaan ibu, hubungan keluarga, dukungan psikologis suami selama hamil, dan stres lingkungan.
3. FAKTOR LINGKUNGAN HIDUP
Contohnya faktor pemukiman dan kesehatan lingkungan. Konon, wanita hamil yang mengalami paparan timah hitam (asap knalpot) mempunyai risiko melahirkan bayi prematur.
4. FAKTOR PELAYANGAN KESEHATAN
Misalnya, pemeriksaan kehamilan yang masih terbatas atau sarana pelayanan kesehatan yang belum dimanfaatkan secara optimal.