TEMPO Interaktif, Jakarta- Gejala sakit jantung yang mirip masuk angin sering membuat orang salah menilai. Alih-alih segera dibawa ke rumah sakit, malah hanya dikeroki atau dirawat di rumah. Inilah yang sering kali mempercepat kematian, karena telah terjadi kegawatan. "Kurang lebih 70 persen gawat jantung terjadi di rumah. Cuma dikeroki lalu meninggal" ujar ahli jantung dari Pusat Jantung Nasional Rumah Sakit Harapan Kita, Jakarta, Profesor Budhi Setianto saat kampanye Jantung Sehat di FX Jakarta, hari ini (29/9).
Menurut Budhi banyak dari penderita jantung dan keluarganya tak memahami gejala atau tanda-tanda serangan jantung. Tiba -tiba saja mereka mengalami serangan mendadak dan sering tak tertolong. Gejala serangan jantung sering mirip tanda masuk angin seperti keringat dingin, pegal di semua bagian atau mual. Gejala ini sering dianggap enteng lalu cuma dikeroki atau dibaluri minyak angin, tidak dibawa ke rumah sakit.
Kerokan, menurut dokter Budhi, bukan sebagai penyebab kematian. Kematian terjadi karena tidak ada pertolongan cepat saat terjadi serangan. Padahal untuk menyelamatkan jantung dari serangan butuh waktu yang sangat cepat. Tanda yang paling bisa dikenali adalah sakit atau nyeri di bagian dada, berdebar dan susah bernapas. Dia menjelaskan sakit atau nyeri akibat serangan jantung tidak terasa di kulit atau di tulang. "Nyeri di bagian dalam dan tidak hilang-hilang ," ujarnya.
Selain serangan jantung, penyakit kardiovaskuler yang juga harus diwaspadai yakni stroke. Lantas gejala atau tanda yang harus diwaspadai soal stroke? "Tandanya sakit tiba-tiba," ujar Budhi. Sakit tiba-tiba yang dimaksudkan seperti tiba-tiba lemah, sulit bicara atau sulit mengerti sesuatu, sulit melihat, satu mata atau kedua mata, gangguan berjalan atau hilang keseimbangan, sulit koordinasi dan sakit kepala yang hebat.
Serangan jantung dan kardiovaskuler lainnya bisa dipacu oleh faktor resiko seperti merokok, tekanan darah tinggi, makanan tinggi lemak, kelebihan berat badan dan sebagainya. DIAN YULIASTUTI