TEMPO Interaktif, Gary Solomon, Ph.D, ahli psikologi dari Community College of Southern Nevada, Amerika Serikat, mengungkapkan, menonton film memang bisa menjadi terapi (cinematherapy), khususnya untuk memulihkan masalah motivasi hubungan, depresi, dan sebagainya, kecuali gangguan kejiwaan yang akut. "Film bisa memberi efek positif," ujarnya.
Ketika menonton film, kita biasanya akan merasa mengalami sendiri apa yang dirasakan tokoh-tokoh dalam cerita. Melalui simbol-simbol yang biasanya bertebaran di sana, alam bawah sadar lalu mencoba berkomunikasi dengan alam sadar. Jembatannya adalah imajinasi. Setelah film selesai diputar, solusi-solusi dalam film (yang disampaikan melalui tokoh) pun terasa mengurangi perasaan depresi. Sebab, inspirasi positif timbul seiring dengan terhubungnya materi bawah sadar dan alam sadarnya. Berikut daftar film yang bisa menjadi terapi.
Untuk meraih harapan dan penguatan: Gandhi (1982) Sleepless in Seattle (1993) Cider House Rules (1999) Corrina, Corrina (1994) Dances with Wolves (1990) Dreamer: Inspired by a True Story (2005) Mrs. Doubtfire (1993) Elephant Man (1980) Ghost (1990) Gone with the Wind (1939) Finding Neverland (2004) Forever Young (1992) The Four Seasons (1981)
Untuk dorongan pribadi: Babe (1995) Braveheart (1995) Courage Under Fire (1996) The English Patient (1996) Forest Gump (1994) The Insider (1999) The Diary of Anne Frank (1959) The Gladiator (2000) Life is Beautiful (1997) Million Dollar Baby (2004) Saving Private Ryan (1998) The Wizard of Oz (1939)
Untuk pertemanan: The Lord of the Rings (2001 - 2003) Peter's Friends (1992) Star Wars (1977 - 2002)
Untuk contoh teladan: Apollo 13 (1995) The Chorus (2004) Erin Brockovich (2000) Finding Forrester (2000) Rudy (1993)
Soal perceraian: First Wives Club (1996) Kramer vs. Kramer (1979) Prince of Tides (1991) The War of the Roses (1989)
AMIRULLAH | CINEMATHERAPY.COM