KOMPAS.com - Salah besar jika Anda menilai makanan hanya merupakan suatu cara untuk mengenyangkan perut. "Dalam konteks kebudayaan bangsa, pada umumnya makanan tak pernah semata-mata hanya sebagai pasokan gizi dan nutrisi untuk pertahanan kehidupan jasmaniah, melainkan juga ada nilai budaya yang terkait di dalamnya, seperti struktur sosial, sistem religi, dan sistem ekonomi, " ungkap arkeolog Prof Dr Edi Sedyawati saat diskusi "Kuliner Nusantara dan Kebudayaan" di Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya, Universitas Indonesia, Depok, Rabu (21/9/2011).
Sebagai negara multi-agama, budaya Indonesia tak lepas dari nilai-nilai religinya. Hal ini ternyata juga tersirat dalam berbagai sajian makanan. Dalam sistem religi pada berbagai suku bangsa sering dijumpai kenyataan bahwa sajian makanan tertentu digunakan sebagai persembahan dari manusia kepada dewa atau Tuhan, dan disebut dengan "sajen".
"Sajen bisa berupa makanan olahan seperti tumpeng atau serabi. Selain itu bahan makanan mentah seperti buah juga bisa sering digunakan sebagai sajen," tambah Edi.
Oleh karena sistem religi tertentu seringkali Anda juag menemukan kewajiban untuk memantang makanan tertentu, yang biasanya berasal dari sumber hewani. Seperti pantangan untuk menyantap daging sapi bagi umat Hindu, atau pantangan menyantap daging babi bagi umat Islam.
"Sapi bagi agama Hindu merupakan hewan yang suci karena menjadi kendaraan Dewa Siwa. Sedangkan pada agama Islam, larangan menyantap daging babi karena babi diasosiasikan dengan sifat kotor dan haram," tukasnya.
Menurut ajaran agama masing-masing, larangan ini bersifat mutlak karena sudah tertulis dalam kitab suci masing-masing agama, dan tidak bisa ditawar-tawar lagi.
Namun, menurut Edi sekarang ini makanan sebagai simbol religi sudah mulai terpengaruh beberapa pergeseran budaya. Seiring dengan masuknya agama-agama di Indonesia, kepercayaan animisme pun semakin berkurang. Hal ini juga terjadi pada dunia kuliner. Jika dulu potongan tumpeng yang paling atas harus dipersembahkan kepada Tuhan, tetapi kini umumnya diberikan kepada orang yang dihormati. Kemungkinan, hal ini terpengaruh tradisi memotong kue tart yang sering dilakukan di Eropa.
Sent from Indosat BlackBerry powered by