Sushi (Corbis)
VIVAnews - Sushi telah jadi makanan yang populer di dunia. Perpaduan beras ketan, nori, dan ikan ini memang sangat memanjakan lidah. Banyak juga yang berpendapat, sushi merupakan makanan sehat.
Ternyata, pendapat itu tak selalu benar. Seperti dilansir dari Daily Mail, Louise Sutton, ahli nutrisi dari Leeds Metropolitan University, mengungkap lima buktinya. Penting diketahui, agar Anda lebih bijak saat mengonsumsi sushi.
1. Kolesterol Telur ikan cod warna orange yang sering jadi topping sushi memang kaya akan asam lemak omega 3. Kandungan ini juga bisa melindungi Anda dari penyakit jantung.
Namun, yang perlu Anda tahu, telur ikan ini juga tinggi kandungan kolesterol. Sebaiknya, jangan mengonsumsi dalam jumlah yang banyak atau level kolesterol dalam darah Anda dapat meningkat drastis.
2. Garam Kadar garam dalam sushi memang rendah. Tetapi kandungan garam pada soya atau kecap asin yang dijadikan pelengkap makan sushi, sangat tinggi.
Satu sachet soya, mengandung 1 gram garam, dan asupan maksimum garam per hari adalah 6 gram.Terbuat dari kacang kedelai yang fermentasi, soya harus dihindari oleh Anda yang mengalami masalah darah tinggi.
3. Cacing gelang Dua penelitian yang dipresentasikan dalam American College of Gastroenterology melaporkan kenaikan kasus infeksi anisakiasis (cacing gelang) yang disebabkan konsumsi makanan laut mentah dalam bentuk sushi. Ketika ditelan oleh manusia, larva cacing gelang menempel pada jaringan selaput lambung dan usus.
Hal ini mengakibatkan sakit perut secara tiba-tiba, mual dan diare. Cacing gelang juga bisa kontak melalui kucing dan anjing. Menurut National Health Service (NHS), Inggris, ikan mentah harus dibekukan dalam suhu minus 20 derajat celcius, setidaknya selama 24 jam. Cara ini bisa mematikan larva-larva cacing gelang.
4. Merkuri Tahun lalu, sebuah penelitian dalam British Journal Biology Letters mengungkap bahwa ikan tuna pada sushi di berbagai restoran dan supermarket di Amerika Serikat memiliki tingkat merkuri melebihi dari yang ditetapkan badan pengawas kesehatan. Paparan merkuri yang berlebihan berhubungan dengan risiko cacat saraf, termasuk cerebral palsy, tuli dan kebutaan. Wanita hamil disarankan untuk membatasi atau menghindari konsumsi ikan tertentu, termasuk ikan tuna mentah selama kehamilan. 5. Bakteri Salah satu bakteri yang paling banyak ditemukan pada sushi adalah staphylococcus aureus. Pemicunya lebih sering karena bakteri itu terdapat pada beras ketan yang dijadikan bahan utama sushi daripada ikan mentah.
Jika beras tidak didinginkan segera setelah itu dibuat, maka bakteri akan muncul pada bagian permukaan. Membiarkannya pada suhu kamar, akan meningkatkan risiko timbulnya racun yang lebih banyak. Pastikan Anda mengonsumsi sushi yang memang baru saja dibuat. (eh)
• VIVAnews
rayk4421 14/09/2011
Untung gw gak suka Sushi....karena memang gak sehat..mentah2 kok dimakan...
'+ ''+ '
'+ ''+ '
Silahkan mengisi kode pengaman yang sesuai dengan gambar di atas.'+ ''+ ''+ ''+ '' ); clicked++; $("[id^=replyButton_]*").click(function(){ var captchaCode = $("[id^=captcha_code_]*").val(); var textReply = $("[id^=comment_2_]*").val(); $.ajax({ type: "POST", url: "/comment/insertReply/", data: "captcha_code=" + captchaCode + "&comment_reply=" + textReply + "&parent_id=" + divId + "&article_id=" + articleId, success: function(msg){ $('#replyBox_' + divId).remove(); $('#replyAlert_' + divId).html(msg); } }); }); if(clicked==1){ $("[id^=replyLink_]*").click(function(){ $('#replyBox_' + divId).hide(); }); } }); }); $("[id^=moreLink_]*").click(function(){ var currentId = $(this).attr('id'); var divIds = currentId.split("_", 3); var divId = divIds[1]; var clicked = 0; $('#moreBox_' + divId).show(function(){ clicked++; $.ajax({ type: "POST", url: "/comment/moreComment/", data: "parent_id=" + divId + "&article_id=" + articleId, success: function(msg){ //$('#moreBox_' + divId).html(msg); $('#replyContent_' + divId).html(msg); //alert(msg + '-' +articleId + 'a'); } }); }); if(clicked==1){ $("[id^=moreLink_]*").click(function(){ //$('#moreBox_' + divId).hide(); $('#replyContent_' + divId).hide(); }); } }); });