Liputan6.com, Jakarta: Osteoporosis telah lama menghantui manusia sejak zaman Yunani kuno. Kata Osteo berasal dari bahasa latin yang berarti tulang. Sementara Porosis berarti berlubang. Osteoporosis merupakan suatu keadaan tulang menjadi keropos, tanpa mengubah bentuk atau struktur luar tulang. Tetapi, daerah dalam tulanglah yang berlubang, sehingga mudah patah.
Osteoporosis juga dapat dikatakan sebagai penyakit memburuknya kepadatan tulang lebih cepat, dari yang dapat secara alami direstrukturisasi oleh tubuh. Perlu diingat, osteoporosis terjadi pada tulang. Bukan pada sendinya.
Penyakit ini bisa dikatakan lebih bahaya ketimbang kanker. Selain tidak dapat disembuhkan, pun tergolong penyakit tanpa gejala yang muncul diam-diam alias silent disease. Menurut ahli rehabilitasi medik, Dr Siti Annisa Nuhonni, baru-baru ini, penyakit itu dapat dirasakan bila ada patah tulang yang hanya terdeteksi menggunakan mikroskop.
Bahayanya, osteoporosis lebih senang menyerang kaum hawa. Sebab, massa tulang perempuan lebih rendah dibandingkan laki-laki. Penyakit ini sebenarnya sudah mulai menyerang sejak penderita masih berusia muda. Namun umumnya gejala baru muncul setelah usia penderita berusia 50 tahun.
"Pada usia muda tak sebanyak pada usia tua. Kenyataannya, usia muda memang sudah diserang meski baru diperiksa dengan menggunakan screening," kata Dr Nuhonni.
Menyerang Usia Muda dan Perempuan Gaya hidup kaum muda saat ini dapat memicu terjadinya osteoporosis. Merokok, kopi, konsumsi minuman bersoda, dan alkohol adalah contoh beberapa penyebabnya. Kafein yang terkandung di dalam kopi membuat penikmatnya kerap mengeluarkan urin. Dan tanpa disadari, kalsium pun ikut terbuang.
Begitu pula dengan minuman bersoda yang banyak mengandung gula dan Karbonat yang tinggi. "Satu kaleng minuman bersoda (375 mililiter), membutuhkan kadar gula sekitar 10 sendok teh," ujar ahli gizi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Dr fiastuti Witjaksono.
Kalsium adalah mineral yang amat penting bagi manusia. Salah satu logam alkali tanah ini berperan dalam meminimalkan penyusutan tulang. Sekitar 80 persen penderita osteoporosis adalah perempuan. Faktor yang mempengaruhi perempuan lebih berisiko terkena osteoporosis dibandingkan laki-laki, di antaranya:
Hormon estrogen. Pada saat menstruasi, biasanya akan terjadi perubahan hormonal di mana hormon estrogen yang diperlukan untuk membantu penyerapan kalsium menurun dengan drastis. Hilangnya hormon estrogen setelah menopause juga berisiko meningkatkan perempuan terkena osteoporosis.
Pada masa hamil dan menyusui, kebutuhan kalsium perempuan meningkat. Sebab, bayi dalam kandungan memerlukan asupan kalsium yang diperoleh melalui ibunya. Demikian juga pada ibu menyusui. Mereka yang kurang memerhatikan asupan kalsium sewaktu hamil dan menyusui mempunyai kecenderungan terkena osteoporosis.
Mengakali Osteoporosis Langkah awal sederhana pencegahan osteoporosis adalah melalui pola makan dan aktivitas yang sehat. Asupan yang sehat bisa didapatkan dari makanan yang mengandung vitamin D, yang baik bagi kesehatan tulang. Ikan dan minyak ikan yang mengandung omegha-3 dan vit D, misalnya.
Vitamin D dapat membantu penyerapan kalsium yang penting agar tulang tetap kuat. Vitamin D bisa ditemukan baik dalam bentuk aktif maupun pasif di dalam tubuh, dan calciferol merupakan bentuk yang aktif. Dalam bentuk yang tidak aktif, vitamin D berperan sebagai hormon, karena mengirimkan tanda untuk meningkatkan penyerapan kalsium dan fosfor dalam usus halus.
Bagaimana mengaktifkan vitamin D dalam tubuh? Mudah saja. Hanya butuh 10 menit terkena sinar matahari untuk mengaktifkan dan mengubahnya menjadi vitamin D3. Golongan vitamin inilah yang paling banyak ditemukan pada kulit manusia.
Selain itu, tentunya kurangi kopi, konsumsi garam berlebih, minuman bersoda, dan usahakan tidak merokok. Jika Anda ingin mengurangi berat badan dengan diet, jangan lakukan diet tiger atau fad diet. Diet macam ini, melarang pelakunya mengonsumsi karbohidrat.
Secara penilaian gizi, diet tiger adalah diet yang mengandung protein dan asam lemak jenuh sangat tinggi. Terjadi ketidakseimbangan kalori di sini. Kadar karbohidrat yang masuk ke tubuh sangat sedikit. Padahal, tatanan gizi yang seimbang adalah karbohidrat 60-70 persen, lemak 20-25 persen, dan protein 10-15 persen.
Dr Fiastuti mengatakan, diet ini juga menurunkan kadar kalsium tubuh karena metabolisme atau pengolahan protein dapat meningkatkan pembuangan kalsium melalui urin. Tubuh akan kekurangan zat tembaga dan seng sehingga bisa meningkatkan terjadinya kerapuhan tulang.
Finansial Dampak osteoporosis tidak bisa disepelekan. Sebab, memiliki risiko yang sama besar dengan kanker payudara atau kanker ovarium. Selain itu, dapat memunculkan imbas psikologis yang muncul pada keluarga penderita.
Bukan cuma itu, penderita juga perlu merogoh kocek dalam-dalam untuk "mengembalikan" tulang mereka. Teknik pengobatannya beragam. Diawali dengan pengecekan akurat dengan tes Bone Densitometri.
"Untuk tes Bone Densitometri itu berbeda di setiap kotanya. Kalau di Jakarta itu kisarannya mulai dari Rp 300 ribu sampai Rp 800 ribu. Setelah itu jika memang harus, akan meminum obat (mahal). Jika ada yang patah, satu bonngol palsu harganya Rp 15 juta. Dan itu semua belum termasuk biaya operasi," jelas Dr Nuhonni.
Menurut Health Technology Assessment (HTA) tahun 2005, ditemukan kasus penderita osteoporosis sebanyak 227.850 orang yang membutuhkan biaya pengobatan sebanyak US$ 2,7 miliar pada 2000 di Indonesia.
Pada 2020, diperkirakan penderita osteoporosis di Indonesia akan mencapai angka 426.300, yang akan membutuhkan biaya pengobatan US$ 3,8 miliar atau sekitar Rp 34,2 triliun.
Kontribusi Anlene Anlene berkomitmen melakukan serangkaian kegiatan yang bersifat edukatif, mengingat perlunya menjaga kesehatan tulang sejak dini. Olah raga teratur seperti jalan kaki dan minum susu berkalsium tinggi, merupakan langkah pencegahan sederhana yang senantiasa disosialisasikan Anlene kepada masyarakat.
Anlene tak akan berhenti menggandeng berbagai pihak, utamanya perempuan muda usia produktif untuk terus bersemangat melakukan berbagai upaya menanamkan investasi tulang, sebagai aset kehidupan yang berharga.
"Kami sudah mulai aktif sejak 1999. Kami tidak concern terhadap kalsium. Kami juga ingin mengenalkan bahaya osteoporosis terhadap semua masyarakat," ujar pihak Anlene, Dr Mul.(ULF)