Tetap Subur di Usia Menopause

VIVAnews - Menunda momongan menjadi pilihan banyak wanita yang masih ingin berkarier dan menikmati masa indah pernikahan. Namun, semua itu menjadi dilematis mengingat kesuburan wanita menurun seiring pertambahan usia. Artinya, semakin mereka tua, semakin sedikit sel telur yang tersisa, semakin kecil pula kemungkinan hamil.

Apalagi, jika mereka termasuk orang-orang yang memiliki tingkat kesuburan rendah akibat faktor genetis, pernah menjalani operasi pengangkatan indung telur akibat kista, endometriosis, atau pernah menjalani pengobatan yang dapat merusak sel telur seperti kemoterapi dan radiasi.

Menjawab persoalan itu, perkembangan teknologi memunculkan inovasi menarik dengan simpan beku indung telur. Konsepnya, serupa dengan simpan beku embrio dan sperma.

Pada simpan beku embrio, sel sperma dan sel telur sudah dipertemukan di dalam cawan dan sudah berkembang menjadi embrio. Embrio ini lalu dibekukan untuk nantinya 'dihidupkan' kembali dan dimasukkan ke dalam rahim sang ibu ketika pasangan sudah siap menjadi orangtua.

Sedangkan simpan beku indung telur adalah pengambilan kulit indung telur, dibekukan, dan disimpan dalam jangka waktu yang tak terbatas. Kulit indung telur ini dapat dimasukkan kembali pada indung telur wanita, ketika mereka siap menjadi seorang ibu.

"Mengapa yang diambil hanya kulit indung telur, karena terdapat banyak sel telur muda yang berkualitas di dalamnya," ujar Dr Budi Wiweko, MD, OG, Reproductive Endoctrinology and Infertility Consultant Rumah Sakit Ciptomangunkusumo, pada acara Pencanangan Klinik Yasmin Kencana sebagai pusat pelatihan, pelayanan, dan pengembangan bayi tabung di Indonesia, 20 September 2011.

Disimpan dalam nitrogen cair bersuhu -196 derajat celcius, kulit indung telur ini mampu bertahan hingga puluhan tahun. "Pada suhu tersebut semua sel seolah mati, tidak rusak, dan dapat dihidupkan kembali hingga puluhan tahun lamanya," ia menambahkan.

Karena tersimpan dengan baik, indung sel beku bahkan dapat dikembalikan ketika wanita sudah menginjak usia menopause. "Indung sel beku dapat dikembalikan bahkan ketika wanita tersebut sudah menopause. Mereka akan kembali subur dan mereka masih memiliki kemungkinan untuk hamil," ujar dr Andon Hestiantoro SpOG, Reproductive Endoctrinology and Infertility Consultant Rumah Sakit Ciptomangunkusumo.

Menurut dr. Andon, pengambilan kulit indung telur tidak akan memengaruhi kesuburan dan siklus menstruasi wanita karena mereka hanya akan mengambil salah satu dari dua indung telur yang ada di dalam tubuh wanita. Metoda pengambilan indung telur ini hanya sebagai upaya memperpanjang masa kesuburan wanita.

Karena menurut dr. Budi, usia wanita sesungguhnya tidak memengaruhi umur biologis atau umur sel telur. Artinya, seorang wanita berusia 17 tahun mungkin saja memiliki umur sel telur yang sudah tua, atau bahkan sudah tidak memproduksi sel telur. Karena itulah, metode ini diklaim mampu menyelamatkan usia sel telur. "Walau wanita tersebut semakin tua, usia sel telur yang dikembalikan akan tetap sama dengan usia waktu dibekukan. Mereka pun akan kembali subur."

Metode ini bak penyelamat bagi mereka yang memiliki sedikit sel telur, atau pernah menjalankan kemoterapi dan radiasi. Karena mereka dapat kembali subur ketika ingin memiliki momongan, atau setelah proses pengobatan kemoterapi dan radiasi selesai dilakukan. Saat ini, RSCM telah memiliki 10 pasien yang 'menitipkan' indung telurnya karena faktor-faktor kesehatan tersebut untuk nantinya dikembalikan ke tempatnya semula.

Tak hanya itu, metode ini mungkin bisa menjadi pilihan bagi Anda yang ingin menunda kehamilan tanpa takut kesuburan berkurang seiring bertambahnya usia. Namun, sepertinya Anda pun harus mempertimbangkan faktor-faktor psikologis Anda dan anak, serta kesehatan jika Anda ingin memiliki anak di usia yang sudah cukup tua.

• VIVAnews

Belum ada komentar untuk ditampilkan pada artikel ini.