Sabtu, 1 Oktober 2011, 09:39 WIB
Pipiet Tri Noorastuti, Febry Abbdinnah
Batik Tulis di World Batik Summit 2011 (VIVAnews/Muhamad Solihin)
VIVAnews - Batik. Lelehan malam yang terukir lewat liukan canting ini mencipta karya seni nusantara bercita rasa tinggi. Akankah mahakarya ini terkikis kehadiran batik cetak atau print yang kian massal di tanah air?
Carmanita, perancang busana yang gemar memberi sentuhan batik dalam karyanya, mengatakan bahwa kehadiran batik print hanya batu sandungan kecil. Kehadirannya harus dilihat secara positif sebagai bagian dari langkah promosi batik nusantara ke mancanegara.
Sifatnya yang murah dan massal justru akan meningkatkan hasrat masyarakat untuk mencintai batik. Dan ketika euforia batik melanda dan menjadi tren, pamor batik tulis akan semakin terangkat dengan posisinya di kasta tertinggi.
Euforia itu tampak nyata setelah UNESCO mengukuhkan batik sebagai warisan budaya milik Indonesia pada 2 Oktober silam. Semakin banyak masyarakat modern yang tak ragu membalut tubuhnya dengan batik di tengah tren busana kontemporer.
Sejumlah acara bertema batik pun semakin menjamur. "Pengakuan UNESCO membuat kita tahu batik adalah salah satu seni bangsa, tetapi sekaligus menjadikannya terbuka secara global," ujarnya ketika menjadi salah satu pembicara di konferensi World Batik Summit 2011.
Sebagai media promosi, motif batik juga tak melulu harus berupa helaian kain yang membalut tubuh. Tanpa menerjang pakem, batik bisa diterjemahkan dalam beragam karya seni. "Bagi saya batik adalah universal dan dapat digunakan pada media apa saja," ia menambahkan.
Perancang yang terkenal dengan eksperimen-ekperimennya dalam berkarya ini pun tak hanya memainkan canting pada lembaran kain nusantara, tapi juga lembar sari dan lycra. Bahkan, menjajalnya pada badan mobil Mercedes Benz, dan ban mobil.
Pada mobil yang akhirnya dimiliki Piyu 'Padi' ini, ia menggambarkan motif batik pagi sore dengan menggunakan air brush. Pada ban, ia mengambarkan berbagai macam motif dengan efek timbul.
Menurutnya, mengkotak-kotakkan batik hanya pada kain berlukis malam dengan menggunakan canting hanya akan mempersempit perkembangan batik di dunia.
Bahkan ia pun menanggapi dengan santai ketakutan akan penjiplakan motif batik Indonesia oleh negara lain. "Tidak masalah ada yang meniru, batik itu adalah anugerah bagi kita semua," ujarnya. (umi)
• VIVAnews
Belum ada komentar untuk ditampilkan pada artikel ini.
' ); $.ajax({ type: "POST", url: "/comment/load/", data: "valIndex=" + a + "&articleId=" + b + "&defaultValue=" + c, success: function(msg){ $("#loadkomen").html(msg); //$(".balasan").hide(); } }) }