Emma Anstee dan dua anaknya, Arie dan Loise (The Sun)
VIVAnews - Menyaksikan film horor seringkali membuat bulu kuduk merinding. Bahkan, saat timbul suara kencang dan mengagetkan dalam salah satu adegan film, bisa saja membuat seseorang mati mendadak. Rasa terkejut yang berlebihan ini diderita oleh keluarga Emma Anstee.
Tidak hanya Emma yang mengalami peristiwa takut berlebihan saat menyaksikan film horor. Putra Emma Arie dan Louise juga bisa mengalami hal yang sama. Keluarga ini harus bertempur mengontrol kehidupan yang mengancam kondisi kesehatan jantung mereka.
Detak jantung mereka bisa saja berdegup kencang dan bahkan terhenti jika mendengar suara keras seperti alarm atau bunyi bel sekolah. Mereka juga pantang untuk menyaksikan adegan menegangkan dalam sebuah film.
Seperti dikutip laman The Sun, Emma dan anak-anaknya telah didiagnosa dengan kondisi yang jarang terjadi yang dapat mengancam kehidupan jantung. Jika ada suara keras terdengar tiba-tiba, jantung mereka bisa berhenti berdetak.
Akibat kondisi ini, Arie, 15, telah dipaksa berhenti bermain sepak bola dan bahkan tidak bisa menonton pertandingan di televisi karena takut peristiwa mengejutkan membuat jantungnya bermasalah. Emma harus memastikan bahwa dia dan anak-anaknya tidak berhubungan dengan segala kebisingan mendadak atau emosi yang kuat seperti rasa ketakutan.
Mereka diperingatkan di sekolah ketika bel akan berbunyi, dan mereka tidak bisa menonton film-film menakutkan atau bermain video game. Hal ini harus dipatuhi mereka untuk mencegah mengalami stres akibat serangan mendadak.
"Itu seperti kejutan ketika kami bertiga didiagnosis seperti ini. Ini telah mengubah semua kehidupan kami," kata Emma, 34, mantan guru.
"Kami tidak bisa berpesta di pasar malam, berenang atau menonton banyak program TV. Kami harus banyak melakukan kegiatan santai. Kami mencoba untuk hidup senormal mungkin, tetapi sulit karena banyak hal yang mengancam hidup kami".
Keluarga tidak tahu tentang kondisi tersebut sampai Arie berusia sepuluh tahun dan dia pingsan saat bermain sepak bola.
Emma yang tinggal dengan pasangannya David Hunt, 34, seorang insinyur, di Kent, mengatakan, "Arie pingsan beberapa kali saat bermain sepakbola. Tapi, terakhir kali itu terjadi sebelum diagnosisnya. Kami tahu itu serius. Dia terduduk di lantai setelah jantungnya berhenti. Untungnya dia masih hidup," kata David.
Arie segera dibawa ke rumah sakit di mana dokter melakukan scan pada otaknya untuk mencari tahu apakah ada tanda-tanda epilepsi.
Dia kemudian dibawa ke Rumah Sakit Anak Evelina, sebelah barat London, tempat tes menunjukkan Arie menderita Sindrom QT Panjang.
Ini adalah gangguan aktivitas listrik jantung yang ketika diminta untuk olahraga atau mengalami stres dapat menyebabkan ritme jantung berdetak sangat cepat yang tidak menghasilkan darah yang dipompakan sekeliling tubuh. Akibatnya, otak kekurangan oksigen, yang dapat menyebabkan kematian mendadak.
Emma menambahkan, "Konsultan menelepon kami dan memberitahu kami bahwa Arie tidak akan pernah bermain sepakbola lagi dan ia sangat beruntung masih hidup".
"Sungguh mengejutkan bagi kami semua untuk mendengar berita buruk," ujarnya.
Anggota keluarga lain juga diuji untuk melihat apakah mereka memiliki kondisi seperti ini. Ini menunjukkan Emma dan anak-anaknya, Louis, 9, juga memiliki kelainan, tapi anak lain di sektar rumahnya bebas dari kelainan tersebut.
Karena kondisi ini, Arie bahkan harus dipasangkan alat defibrilator yang dipasang pada 2009, setelah ia diresepkan obat, namun gagal untuk menjaga sindrom di bawah kontrol. Louis diberi obat, tapi Emma tidak.
Emma berkata, "Arie sangat ketakutan tentang hal itu karena ia pingsan beberapa kali, sedangkan Louis dan saya tidak pernah pingsan".
Dia masih terus pingsan meski telah diberi obat. Itu sebabnya, Arie harus menggunakan alat bantuan untuk me-restart jantungnya jika berhenti.
"Arie memiliki ambisi untuk terjun di dunia olahraga saat perguruan tinggi, tapi dia tidak bisa melakukan itu sekarang".
"Keluarga mencoba untuk tidak memberi kejutan pada kami. Kami harus berhati-hati, termasuk saat menonton acara TV, agar kita tidak melihat apa pun yang akan memberi kejutan," katanya. (art)
• VIVAnews
Belum ada komentar untuk ditampilkan pada artikel ini.
' ); $.ajax({ type: "POST", url: "/comment/load/", data: "valIndex=" + a + "&articleId=" + b + "&defaultValue=" + c, success: function(msg){ $("#loadkomen").html(msg); //$(".balasan").hide(); } }) }