Natalie Hayhurst dan ibunya (daily mail)
VIVAnews - Orangtua Natalie Hayhurst seharusnya bahagia melihat anaknya tak susah makan. Namun, kebahagiaannya berubah cemas lantaran bocah tiga tahun itu gemar menyantap benda-benda non-pangan seperti bola lampu, batu bata, dan tongkat.
Natalie memiliki risiko tinggi menyakiti dirinya sendiri. Februari lalu, ia hampir meninggal setelah menyantap sebuah bola lampu yang ia lepas dari langit-langit kamarnya.
Santapan favoritnya adalah batu dan tongkat. Sementara camilannya adalah batu bata, yang ia kunyah bak biskuit cokelat.
Sang ibu, Colleen, 31, sangat kewalahan mencegah putri mungilnya menyantap benda-benda berbahaya. Suatu waktu, ia berhasil menyingirkan bola lampu masuk ke mulut putrinya, tapi ia kecolongan saat putrinya asyik menelan batu di kebun.
"Suatu waktu aku sudah menempatkan Natalie di tempat tidur, lalu aku ke dapur, tapi tiba-tiba dia muncul sambil membawa kawat dengan kondisi mulut bercucuran darah," kata Colleen, seperti dikutip dari Daily Mail. "Tapi, sekarang dia tak berani makan banyak kaca karena pernah merasa kesakitan."
Psikolog asal Amerika Serikat, Jason Mihalko, menyebut kelainan macam itu sebagai Pica. Dalam istilah medis merupakan kondisi kelainan pola makan di mana penderita gemar mengonsumsi makanan yang tidak lazim dimakan.
Pica umumnya menimpa anak-anak usia satu tahun ke atas, saat periode oral, di mana anak suka memasukkan dan menggigit benda di sekitar ke mulut. Pica bisa sembuh dalam hitungan bulan. Namun, pada kasus tertentu, kelainan ini bisa bertahan hingga dewasa. (sj)
• VIVAnews
andhardj 20/10/2011
ck...ck....ckkkkk.....
bagong 20/10/2011
orang bilang kalau masih sama-sama makan nasi ga boleh menyombongkan diri.. tapi kalo udah makan batu kayak begini... boleh lah dia sombong... hahaha udah kayak debus ajah...
'+ ''+ '
'+ ''+ '
Silahkan mengisi kode pengaman yang sesuai dengan gambar di atas.'+ ''+ ''+ ''+ '' ); clicked++; $("[id^=replyButton_]*").click(function(){ var captchaCode = $("[id^=captcha_code_]*").val(); var textReply = $("[id^=comment_2_]*").val(); $.ajax({ type: "POST", url: "/comment/insertReply/", data: "captcha_code=" + captchaCode + "&comment_reply=" + textReply + "&parent_id=" + divId + "&article_id=" + articleId, success: function(msg){ $('#replyBox_' + divId).remove(); $('#replyAlert_' + divId).html(msg); } }); }); if(clicked==1){ $("[id^=replyLink_]*").click(function(){ $('#replyBox_' + divId).hide(); }); } }); }); $("[id^=moreLink_]*").click(function(){ var currentId = $(this).attr('id'); var divIds = currentId.split("_", 3); var divId = divIds[1]; var clicked = 0; $('#moreBox_' + divId).show(function(){ clicked++; $.ajax({ type: "POST", url: "/comment/moreComment/", data: "parent_id=" + divId + "&article_id=" + articleId, success: function(msg){ //$('#moreBox_' + divId).html(msg); $('#replyContent_' + divId).html(msg); //alert(msg + '-' +articleId + 'a'); } }); }); if(clicked==1){ $("[id^=moreLink_]*").click(function(){ //$('#moreBox_' + divId).hide(); $('#replyContent_' + divId).hide(); }); } }); });