Kalau Anak Gemar "Mencuri"

KOMPASfemale
KOMPASfemale
Kalau Anak Gemar "Mencuri"
Oct 25th 2011, 02:46

KOMPAS.com - Ketika sudah memasuki usia sekolah atau pra sekolah, daya imajinasi dan eksplorasi anak biasanya semakin berkembang. Perkembangan ini juga diikuti dengan peningkatan kenakalannya. Tak jarang kenakalan ini berbuah pada aksinya merebut barang atau mainan teman-temannya. Meskipun anak mungkin belum memahami perbuatannya, aksi semacam ini bisa dianggap sebagai "mencuri". Karena itu, berikan pemahaman mengapa ia tak boleh mengambil mainan temannya untuk dijadikan miliknya sendiri.

"Anak usia sekolah sudah bisa diajak bicara, dan sudah seharusnya diberitahu bahwa mencuri itu salah. Hal ini harus segera diatasi agar tak berubah ke arah kriminal di masa depan," ungkap Bhavin Dave, MD, direktur asosiasi bayi dan balita dari Children Medical Center.

Ketika anak melakukan perbuatan tersebut, ada beberapa hal yang harus Anda lakukan:

Tanyakan penyebab. Setiap perbuatan pasti ada sebabnya. Berilah kesempatan pada anak Anda untuk menjelaskannya. Anak-anak usia 5 tahun ke atas seringkali jujur ketika ditanya secara langsung.

Tunjukkan sifat tenang. Anak-anak di usia ini memiliki rasa kepedulian, solidaritas, dan keadilan yang tinggi. Maka Anda bisa menjelaskan padanya bahwa mencuri bisa menyakiti orang, dan secara tidak langsung hal itu akan membuat mereka kehilangan teman. Berikan penjelasan dengan ekspresi yang tenang namun tegas.

Tetapkan aturan. Anda pasti punya aturan tersendiri untuk mendisiplinkan anak. Tambahkan satu aturan lagi, yaitu tidak mencuri. Peringatkan ketika ia melanggar aturan ini untuk pertama kalinya, namun jika aturan itu masih dilanggar untuk kesekian kalinya, berikan sebuah hukuman.

Memberi hukuman. Ketika anak melakukan kesalahan, beri dia hukuman. Namun hukuman tidak hanya dalam bentuk fisik, tetapi juga dalam bentuk meminta maaf kepada temannya. Minta maaf bisa membuat seorang anak merasa malu kepada teman-temannya, dan hal ini membuat mereka merasa segan untuk mengulang perbuatannya kembali.

Beri perhatian lebih. Jika hal ini masih sering terjadi, coba periksakan anak ke dokter anak atau psikiater. Mungkin saja ia menderita suatu penyakit tertentu misalnya ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder, gangguan perkembangan dalam aktivitas motorik anak), kleptomania, atau hal-hal lainnya.

Sumber: Parenting

You are receiving this email because you subscribed to this feed at blogtrottr.com.
If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe from this feed, or manage all your subscriptions
Next Post Previous Post