KOMPAS.com - Ikatan Perancang Mode Indonesia (IPMI) menuntaskan Trend Show 2012 pada Kamis (13/10/2011). Di hari kedua, sekaligus hari terakhir rangkaian pagelaran busana desainer IPMI ini, hadir Era Soekamto dengan koleksi "Smargaloka".
Seusai menampilkan 24 set koleksi "Smargaloka", Era antusias mengungkapkan konsep desain dari busana etnik, perpaduan Jawa dan Bugis kreasinya.
"Saya selalu menampilkan perkawinan dua budaya. Kali ini saya mengawinkan budaya Jawa dan Bugis, dengan perpaduan kebaya dan baju bodo, menggunakan kain tenun Sulawesi Selatan," jelas Era seusai jumpa pers di Jakarta, Kamis (13/10/2011).
Warisan budaya kerajaan Bugis dan Jawa ditafsirkan Era melalui koleksi busana siap pakai yang feminin dan modern. Pilihan warna lembut yang natural menambah kesan anggun yang memang ingin ditonjolkan Era dalam koleksi barunya ini.
"Warna-warna solid dan lembut seperti ini memang akan menjadi tren," tutur Era yang menampilkan warna coklat, merah marun, hijau muda, juga gradasi warna lembut.
Namun yang paling membanggakan bagi Era dari busana koleksi "Smargaloka" ini adalah hadirnya dua kekuatan budaya. Dalam hal ini Makassar dan Yogyakarta. Bahkan menurut Era, masih ada keterkaitan budaya antara dua daerah yang berbeda karakter dan terletak berjauhan ini.
"Saya ingin menampilkan nusantara dalam koleksi busana saya, dengan perpaduan budaya di dalamnya," kata Era yang juga ingin mengawinkan tenun dari daerah lainnya dalam rancangan busananya.
Kebaya tak lagi membosankan Menurut Era, rancangannya memberikan pilihan baru mengenakan kebaya. Orang mulai lelah dengan model dan motif kebaya yang itu-itu saja. Orang juga cenderung terjebak dengan kebaya renda. Padahal, kebaya tak harus dengan renda. Apalagi, renda sebenarnya bukan asli dari Indonesia. "Renda itu bukan dari Indonesia, tetapi milik internasional," tambahnya.
Kebaya asli nusantara bagi Era semestinya menggunakan bahan dari Indonesia. Era menerjemahkan idenya tersebut dengan menghadirkan potongan kebaya di bagian depan busana rancangannya, dengan potongan baju bodo di bagian belakang. Perpaduan ini menjadikan kebaya nusantara lebih kaya. Dengan kebaya etnik, busana khas dari Indonesia ini tak lagi membosankan. Kebaya lebih beragam dengan desain unik yang membuat penggunanya tampil beda.
Era berharap, kebaya dengan perpaduan kain tradisional bisa menjadi tren yang memberikan inspirasi baru gaya busana. Bagi Era, misi untuk mengawinkan dua budaya dalam satu balutan busana tak berhenti sampai di Jawa dan Bugis.
Masih banyak kain tradisional dan budaya nusantara lainnya yang bisa digali dan dieksplorasi menjadi rancangan yang unik, berbeda, sarat tradisi, dan tentunya tetap mempercantik perempuan Indonesia dengan gaya yang lebih dinamis dan modern. Busana pengantin multikultur Busana pengantin Jawa-Bugis rancangan Era menutup peragaan busana koleksinya. Sepintas, busana pengantin kreasi Era ini mewakili gaya pengantin Yogyakarta dengan kain dodot dan paes. Namun jika diperhatikan lebih seksama pada setiap detilnya, Era menampilkan busana pengantin Jawa yang berbeda dan lain dari biasanya.
"Kain dodot menggunakan perpaduan kain tenun Makassar. Sedangkan paes yang dipakai bukan paes Jawa, melainkan paes khas Bugis. Budaya Yogyakarta terlihat jelas dari konsep busana pengantin dan cara mengenakan kainnya," tandas Era yang antusias menciptakan desain berbeda melalui percampuran budaya.