Pekanbaru (ANTARA News) - Setiap pusat kesehatan pasyarakat (puskesmas) sebaiknya menyediakan obat untuk penyakit kejiwaan yang dialami penduduk guna mengurangi sebganyak mungkin penderita ganguan jiwa, kata Direktur Medik dan Keperawatan Rumah Salit Jiwa (RSJ) Tampan Pekanbaru, Nunik Sukaryaningsih.
"Cara ini saya yakin akan sangat efektif untuk mengurangi angka penderita gangguan jiwa yang setiap tahunnya terus mengalami kecenderungan meningkat," katanya di Pekanbaru, Sabtu.
Ia menjelaskan, setiap tahun berdasarkan survei kependudukan yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan sedikit-dikitnya 30 persen dari sekitar 235 juta jiwa di Tanah Air mengalami gangguan jiwa mulai dari tingkat ringan hingga berat.
Untuk itu, kata Nunik, sudah sepantasnya ada pencegahan dini yang salah satunya dimulai dari puskesmas yang ada di tiap kecamatan kabupaten/kota, termasuk yang ada di Provinsi Riau.
"Dalam upaya ini, kami juga telah mensosialisasikan rencana penyediaan obat kejiwaan di tiap puskesmas yang ada di kabupaten/kota se Provinsi Riau. Kami juga meminta dukungan terhadap sejumlah instansi terkait lainnya seperti Dinas Sosial dan Dinas Kesehatan," ujarnya.
Pada 2012, kata Nunik, pihaknya juga berencana menyiapkan konsep masa depan agar paramedis RSJ memberikan pembinaan terhadap tenaga atau para medis setingkat puskesmas, khususnya dalam pengadaan obat.
"Kami juga akan melatih petugas kesehatan di puskesmas tentang bagaimana cara menangani pasien kejiwaan yang berada di kecamatan atau wilayah sekitar puskesmas itu berada," katanya.
Nunik menyatakan, pihaknya juga akan terus berupaya menggelar razia secara rutin bersama dengan Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) dan Dinas Sosial di tingkat kabupaten/kota dalam menjaring warga mengalami gangguan jiwa guna mendapatkan perawatan memadai.
"Meski anggaran kami minim, namun bukan berarti menghambat program kami pada konsep masa depan. Saat ini kami berusaha bagaimana agar pemerintah daerah baik provinsi maupun kabupaten/kota dapat membantu kami dalam mengatasi masalah penyakit kejiwaan ini," demikian Nunik Sukaryaningsih. (*)