Batam (ANTARA News) - Jumlah wisatawan asing ke Snow City Singapore selama 11 tahun sejak wahana rekreasi padang salju di negara tropis itu dibuka, masih didominasi orang Indonesia.
"Sejak dibuka tahun 2000, sudah sekitar satu juta wisatawan asing berkunjung ke sini dan antara 15-20 persen adalah orang Indonesia, yang bahkan pada akhir tahun biasanya mencapai 80 persen dari total pelancong asing," kata General Manager Snow City, Norazani Shaiddin, kepada wartawan dari Batam, Kepulauan Riau.
Jumlah pengunjung berkebangsaan Indonesia, masih di peringkat I, sedang pengunjung berkebangsaan Malaysia dan India masing-masing di posisi II dan III, katanya ketika memperkenalkan atraksi baru berupa satu replika Tyrannosaurus rex (T-rex), seluncuran salju, motor salju dan dinding panjat salju, dan patung manusia salju.
Seluncuran ini khusus untuk anak-anak berusia dua hingga enam tahun.
"Di tempat rekreasi sejenis di Asia, inilah satu-satunya yang dibuat benar-benar dari salju," kata Norazani.
Replika T-rex berukuran tinggi sekitar 2, meter dan panjang 3 meter dapat dipanjat pengunjung dengan tangga untuk difoto dipunggungnya dengan tarif 20 dolar Singapura (sekitar Rp140.000) per lembar ukuran 6-R.
Hamparan salju di dalam gedung yang dihasilkan dari mesin, kini dipertebal supaya kaki yang dibungkus sepatu khusus terbenam ketika berjalan-jalan di atasnya, maupun ketika pengunjung asyik menggali "fosil" dinosaurus di kaki replika T-rex.
Replika T-rex merupakan rangkaian pameran temporer "Dinosaurs-Live!" di Science City Singapore (SCS) pada 21 Oktober 2011 hingga 26 Februari 2012 yang menampilkan 50 buah robot animatronik makhluk prasejarah, diantaranya Diplodocus (19 meter x 6 meter), Omeisaurus (18 m x 6m) dan T-rex (16 m x 6 m).
Menyaksikan pameran ini, kata Ketua Pelaksana SCS, Lim Tet Meng, pengunjung dapat merasa terbawa ke suasana kehidupan dan lingkungan makhluk prasejarah pada kurun 220 juta tahun silam hingga 60 juta tahun lampau setelah selama kini mungkin sekadar dengar-dengar.
Salah satu temuan terpenting di bidang paleontologi terkait dengan teori evolusi adalah mengenai fosil-fosil dinosaurus di berbagai negara.
Ahli-ahli paleontologi melalui berbagai temuan lama dan terkini kian menunjukkan asal usul, perbedaan identitas, evolusi, banyak jenis, dominasi dan kepunahan dinosaurus.
Peragaan realisme di gedung seluas 3.000 meter persegi dki SCS, dan kedalaman informasi yang menyertainya, membuat "Dinosaurs-Live!" terbaik sebagai suatu kegiatan hiburan berunsur pendidikan, kata Lim.
Selain pameran robot replika dinosaurus yang dapat mengaum, menggerakan lidah, mata, ekor dan kaki, di gedung SCS, pengunjung dapat menonton film berformat IMAX 3D di Omni-Theatre Singapore yang gedungnya bersebelahan dengan gedung SCS dan Snow City.
Di bioskop dengan sudut pandang hingga sekitar 160 derajat, dapat disaksikan film "Born to be Wild" dan diputar berselang-seling dengan "Flying Monsters", masing-masing 45 menit.
Layar yang menempel di bawah hingga atap bioskop itu telah diperbarui sehingga tidak lagi menampakkan sambungan antarbidang.
Penonton yang duduk di antara 250 kursi dapat merasakan sensasi seolah-olah mengambang, bergerak ke kiri, ke kanan, melayang dan bahkan tersedot ke relung tubuh burung purba. (*)