KOMPAS.com - Istilah millennial disebut pertama kali oleh penulis William Strauss dan Neil Home dalam bukunya Generations: The History of America's Future, 1584 to 2069, yang diterbitkan pada 1991. Istilah millennial menjadi pengganti istilah generasi Y karena generasi ini tak mau dikaitkan dengan generasi X (generasi sebelumnya, lahir 1960-1980). Kedua penulis ini kemudian menerbitkan buku Millennial Rising: The Next Generations (2000). Strauss dan Home menyebut mereka yang lahir dari 1982-2001, dan terutama yang lulus SMS pada tahun 2000-an, sebagai generasi millennial.
Nah, ada beberapa mitos mengenai generasi Y ini. Karena terlihat santai, kelihatan selalu asyik menggunakan smartphone untuk menjalin komunikasi, banyak yang beranggapan generasi ini tidak serius bekerja. Padahal, saran beberapa ahli human resources, apa yang tampak dari luar tidak menggambarkan dirinya yang sebenarnya.
1. Tidak punya etika kerja. Fakta: Etika kerja millennial berpusat pada dirinya sendiri. Mungkin sering didapati jenis karyawan yang tidak peduli pada lingkungan kerja di sekitarnya. Padahal, saat sedang "berada dalam dunianya", ia sedang mengerjakan tugas sampai tuntas. Ketika menghadapi pekerjaan, otak, hati dan tangannya didedikasikan untuk pekerjaan itu. Makanya alih-alih ngobrol yang nggak kelas, ia memilih mendengarkan musik lewat earphone atau headphone.
2. Suka bersenang-senang. Fakta: Generasi ini menganggap kerja adalah "sesuatu yang harus dikerjakan di sela-sela akhir pekan". Jadi, bekerja hanyalah kegiatan yang urutannya di bawah kegiatan senang-senang. Ini sebabnya, banyak karyawan millennial yang tak mengejar jabatan. Kebanyakan dari generasi ini bekerja untuk mencari uang yang bisa digunakan untuk bersenang-senang.
Jika Anda adalah generasi Y, untuk memotivasi kerja, biasakan memiliki target apa yang Anda inginkan dalam jangka pendek, menengah dan panjang. Beri reward pada diri sendiri ketika berhasil mengerjakan suatu tugas, misalnya menghadiahi diri dengan berlibur di tempat yang Anda inginkan.
3. Hidup hanya untuk hari ini. Fakta: Generasi ini menganggap waktu sebagai kurs mata uang. Berbeda dengan generasi baby boomers (1946 – 1964) yang menganggap waktu adalah investasi, millennial berusia muda hidup hanya untuk hari ini. Millennial pasti menyelesaikan tugas yang diberikan, namun begitu selesai akan meninggalkan urusan kerja dan melakukan hal lain untuk menikmati hidup. Ia sangat tahu bagaimana menyeimbangkan pekerjaan, teman, pacar, dan acara bersenang-senang. Jadi tidak ada dalam kamusnya, istilah "pekerjaan ini membunuhku".
Yang menarik, karyawan millinneal tidak memusingkan apa yang akan terjadi nanti. Yang penting kerja baik saja dulu, kalau besok ternyata masih ada yang kurang, ya tinggal diperbaiki saja, beres kan? 4. Tidak hormat pada atasan atau otoritas. Fakta: Siapa bilang? karyawan millennial memiliki rasa hormat pada atasan. Para millennial memang tak suka pada birokrasi yang berbelit-belit. Namun bukan berarti ia tidak hormat pada atasan dan pimpinan. Hanya saja, ia menganggap atasan dan pimpinan sebagai teman. Baginya, hormat dan kesetiaan, harus diusahakan, bukan berdasarkan otoritas atau hirarki. Bila millennial respek pada atasan, maka ia akan berlaku setia. 5. Kekanak-kanakan. Fakta: Para millennial tidak tahu bagaimana menjadi dewasa. Sebagian besar dari generasi ini dibesarkan oleh orangtua yang sibuk, yang memberikan materi kecuali waktu. Karenanya, tak heran ketika para millennial kadang bertingkah seperti anak kecil. Namun, bukan berarti sikap ini tak bisa dihilangkan. Bisa, bila mau. Para millennial perlu sering berdiskusi dengan atasan atau rekan senior. Dengan begitu, mereka bisa belajar secara langsung bagaimana bersikap dan bertingkah dewasa.
(Majalah Chic/Erika Paula)