TEMPO Interaktif,-: Garam memang asin, bahkan sayur terasa tak enak tanpa garam. Tapi fungsinya tak hanya untuk mengasinkan sayur. Kekurangan iodium, zat yang ada pada garam, bisa menyebabkan gangguan fungsi mental dan terhambatnya pertumbuhan pada remaja dan anak-anak. Selain itu, kurangnya asupan iodium pada ibu hamil akan menyebabkan cacat bawaan pada janin. Bila terjadi setelah melahirkan, menyebabkan penyakit gondok dan berkurangnya kecerdasan anak.
Masalah di atas dibicarakan dalam acara "Pentingnya Kecukupan Asupan Vitamin dan Mineral untuk Anak Incredible", Sabtu lalu, di Cilandak Town Squares, Jakarta Selatan. Menurut Kepala Seksi Standardisasi Subdirektorat Gizi Makro Direktorat Bina Gizi Masyarakat Kementerian Kesehatan Entos Zainal, penduduk Indonesia masih kekurangan vitamin dan mineral, khususnya anemia, gangguan akibat kekurangan iodium dan kekurangan vitamin A. "Bahkan, pada 2010, status balita kurang gizi mencapai 17,9 persen, 4,9 persen di antaranya mengalami gizi buruk," katanya.
Keadaan tersebut, menurut Entos, tentu memprihatinkan. Apalagi, hanya dua dari 10 anak yang mengkonsumsi sayur dan buah setiap hari. Bahkan dari hasil survei terhadap 250 ibu yang bekerja di perkantoran di Jakarta pada September 2011, ternyata hanya ada satu dari 10 ibu mengetahui manfaat vitamin dan mineral.
Padahal asupan vitamin dan mineral yang cukup sangat dibutuhkan anak-anak untuk pertumbuhan dan perkembangan mereka. Sayur dan buah-buahan adalah sumber yang kaya akan zat gizi tersebut.
Menurut konsultan parenting Hanny Muchtar Darta, peran orang tua sangat penting dalam memastikan anak mendapatkan asupan vitamin dan mineral. "Anak dengan asupan nutrisi yang kurang berbeda sekali dengan anak yang mempunyai asupan cukup. Kalau nutrisi kurang, biasanya konsentrasi anak lemah konsentrasi, berpikir lambat, dan mengantuk," ujarnya.
Untuk menjaga asupan gizi pada anak, menurut Entos, dengan mengutip studi Martorell, diperlukan intervensi gizi pada anak-anak prasekolah di awal-awal tahun usia mereka. "Semakin muda anak mendapatkan intervensi gizi, semakin baik perkembangan perilakunya," ujar Entos. Studi itu diperkuat oleh penelitian Grantham-McGregor dan Hoffman, yang menyebutkan anak yang kekurangan energi dan protein memiliki hasil belajar yang kurang baik dibandingkan dengan anak berstatus gizi baik.
Perhatian orang tua dalam hal asupan nutrisi dinilai menjadi faktor kunci yang membuat anak tumbuh dan berkembang secara maksimal, baik fisik maupun mental. "Dimulai dari orang tua. Anak yang incredible (hebat) dimulai dari orang tua yang incredible pula," ujar Hanny.
| AMIRULLAH