Di Balik Balutan Busana Indah Pekan Mode

KOMPASfemale
KOMPASfemale
Di Balik Balutan Busana Indah Pekan Mode
Nov 19th 2011, 12:43

KOMPAS.com - Pada persiapan pekan mode Jakarta Fashion Week tahun lalu (JFW 2010/2011), Kompas Female sempat berbincang dengan koreografer ternama Panca Makmun. Saat itu Panca terlibat aktif menyeleksi model baru, wajah segar untuk JFW 2010/2011.

Setahun berlalu, pada JFW 2011/2012 Panca masih dipercaya desainer dan penggiat mode untuk merancang koreografi para model yang memeragakan ribuan busana dan bekerjasama dengan ratusan desainer. Peran model juga koreografi nyatanya penting, dan turut menyumbangkan kesuksesan sebuah peragaan busana, bahkan pekan mode itu sendiri. Tak sekadar cantik Bicara model, para perempuan tinggi, ramping dan berkarakter yang punya peran di peragaan busana ini harus bisa merepresentasikan berbagai desain busana sesuai konsep dan kebutuhan desainernya. Menurut Panca, kemampuan ini bisa dilihat dari cara jalan model. Sang model harus tahu bagaimana membawakan busana dengan jalan strong, seperti robot, atau elegan sensual dengan karakter yang tepat.

Setahun lalu Panca berkata, era fashion show kekinian lebih mengedepankan model yang memiliki karakter khas, tak sekadar cantik. Termasuk warna kulit yang tak harus putih. Kulit kecoklatan atau hitam jika terlihat bersih, segar, dan bersinar, juga bisa dipertimbangkan. Sebab, desainer juga memerlukan berbagai karakter, agar pesan dari busana yang dibuatnya bisa diterima sempurna.

Setahun berlalu, konsep ini masih konsisten dan relevan. Dalam pengamatan Kompas Female di panggung mode JFW 2012, para model profesional yang membawakan busana perancang ternama memiliki keragaman karakter. Tak melulu model berkulit putih, namun perempuan berkulit gelap atau model yang tak terlalu tinggi tapi berkarakter juga mendapatkan kesempatan sama. Mereka pun sukses menjalankan tugasnya, menghadirkan fashion show yang menarik, dengan membawakan busana secara tepat.

Kerja keras Di balik kemeriahan, juga pujian atas rancangan busana, serta apresiasi berupa karangan bunga untuk para desainer, para model pun punya kisah yang tak kalah menariknya. Di tengah kesibukan dan waktu yang sempit, sejumlah model profesional ini berbagai cerita kepada Kompas Female. Untuk model berpengalaman, rata-rata mereka mengikuti 21 show (total lebih dari 50 show digelar sepanjang JFW 2012) selama satu pekan. Untuk memastikan pagelaran busana berjalan sesuai arahan dan koreografi yang ditentukan, agar nantinya busana yang diperagakan terlihat sempurna, para model ini harus bersiap di lokasi acara mulai pukul 05:00 hingga 05:30.

Fisik yang fit, mental kuat, penampilan prima dan menyegarkan harus tetap tampak di raut wajah para perempuan muda ini. Di sela waktu, jika sempat, mereka pun memanfaatkan kesempatan untuk memejamkan mata dan beristirahat meski hanya 30 menit.

Bukan perkara mudah menjalani aktivitas padat satu minggu penuh, dengan jam kerja panjang, namun tetap harus tampil menarik di panggung selama sekitar 30 menit setiap kali show. Para model kenamaan tiba lebih awal, dan pulang larut. Namun profesionalisme tetap di atas segalanya, dan reputasi berada di baliknya.

Di hari terakhir pelaksanaan JFW 2012, model ternama Laura Mulia (26), menceritakan pengalamannya sepanjang berpartisipasi di JFW 2012. 

"Satu hari saya ikut 3-4 show, total ada 21 show selama tujuh hari. Agar tetap fit, saya minum vitamin dan makan teratur. Saya juga curi-curi waktu untuk istirahat, kadang bisa tidur 30 menit," tutur Laura yang mengaku sempat terkilir saat memeragakan busana.

Untuk mengatasi risiko terjatuh atau kaki yang terkilir, bahkan mulai lecet mengenakan sepatu tinggi berhari-hari, para model ditangani tim medis berpengalaman yang siap setiap saat.

Paula Verhoeven (24), model asal Semarang dan berlatar belakang pendidikan Public Relations, London School of Public Relation ini bahkan punya jam kerja lebih panjang. Selama sepekan, Paula mengikuti 7-8 show per hari. Alhasil, Paula pun bisa menikmati waktu istirahat di rumah pukul 00:00-01:00 dini hari. Secara total, show yang diikuti Paula sama dengan Laura, 21 kali show selama sepekan.

"Show juga dibagi per grup. Satu hari saya ada dua grup. Masing-masing grup ada 3-4 kali show," ungkap perempuan muda yang harus menempuh jarak jauh, dari kediamannya di Kelapa Gading Jakarta Utara, ke dan dari lokasi acara JFW di Mal Pasific Place, kawasan SCBD Sudirman, Jakarta.

Tak hanya fisik yang fit, penampilan para model ini pun perlu dijaga. Termasuk rambut misalnya. Aplikasi hair spray, catok, atau berbagai model penataan rambut, menjadi risiko yang harus mereka tanggung. Perawatan pasca show pun menjadi penting.

"Kalau rambut disasak, biasanya saya melakukan hair mask sendiri sebelum tidur," aku Laura.

Perawatan rambut di salon menjadi pilihan berikutnya, termasuk bagi model berusia 25, Ike. Perawatan rutin di salon tiga kali dalam seminggu menjadi cara Ike untuk merawat kesehatan rambutnya. "Biasanya creambath di salon. Seminggu tiga kali ke salon untuk perawatan," tutur Ike yang pernah harus bersiap sejak pukul 03:00 dini hari untuk menghadiri gladi bersih pukul 05:00 di lokasi pekan mode Jakarta.

Uji skill Di balik sambutan hangat atas rancangan busana, juga apresiasi melalui karangan bunga untuk para desainer, para model juga punya peran bagi kesuksesan pagelaran busana. Busana terlihat sempurna dan berkarakter, jika model juga menonjolkan pembawaan yang tepat.

Tak hanya itu, model yang sukses membawakan ragam model busana, dengan berbagai tingkat kesulitannya juga punya andil atas kesuksesan sebuah pagelaran busana. Seperti peragaan busana Sapto Djojokartiko di hari terakhir JFW 2012. 

Sapto menerjemahkan tema besar atas perayaan perempuan di penghujung JFW 2012 dengan merancang busana terinspirasi dari tokoh heroik cerita rakyat Bali, Calon Arang. Figur perempuan yang kuat dan feminin ditonjolkan Sapto melalui busana juga model yang memeragakannya.

Tak sulit menghadirkan karakter feminin dan kuat bagi model profesional. Namun tantangannya menjadi berbeda ketika model harus berjalan di atas catwalk dengan sepatu tinggi beralas datar (seperti bakiak Okobo atau alas kaki tradisional Jepang). Para model profesional ini pun menunjukkan keahliannya membawakan ragam konsep penampilan dan busana. Diiringi tepukan tangan dari penikmat fashion yang menyaksikan langsung, para model pun sukses berjalan di catwalk dengan sempurna.

Profesionalisme para perempuan muda ini pun teruji di atas juga di luar panggung pekan mode Jakarta.

You are receiving this email because you subscribed to this feed at blogtrottr.com.
If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe from this feed, or manage all your subscriptions
Next Post Previous Post