Liputan6.com, Washington: Di saat berjemur, orang kerap menggunakan krim penangkal ultra violet. Hal ini diyakini dapat membuat kulit terhindar dari ancaman bahaya sinar matahari. Namun, ternyata hal itu tidaklah dianjurkan oleh peneliti.
Dalam laman Dailymail.com, Rabu (9/11), peneliti menyatakan suncream sebenarnya dapat menghalangi pertahanan alami tubuh terhadap sinar UV.
Para ilmuwan dari Brown University telah menemukan bahwa kulit manusia mengandung sensor yang dapat mendeteksi radiasi matahari. Reseptor cahayanya, yang juga ditemukan di retina mata, segera mengeluarkan melanin dalam tubuh untuk perlindungan dari sengatan matahari. Hal ini mungkin memberikan perlindungan yang cepat terhadap kerusakan kulit dari UV, jauh sebelum kulit berubah warna menjadi kecoklatan, Rabu (9/11).
Para peneliti percaya bahwa tabir surya yang menyumbat tidak selalu baik diatasi oleh krim pelindung sinar matahari, karena gelombang tertentu dari cahaya matahari diperlukan untuk memicu pertahanan alami tubuh manusia.
"Pekerjaan kami menunjukkan bahwa reseptor UV khusus memungkinkan sel-sel kulit dapat segera mendeteksi dan merespon terhadap paparan sinar UV," ujar Elena Oancea, peneliti utama di universitas di Providence, Rhode Island.
Lebih jauh, peneliti menemukan adanya persamaan antara indera mata dan kulit dalam menghadapi paparan sinar matahari. "Kami menemukan bahwa kulit manusia mendeteksi cahaya menggunakan mekanisme yang sama dengan yang digunakan oleh retina, karena baik mata dan kulit-hanya dua organ terus-menerus terkena radiasi matahari-menggunakan mekanisme molekuler yang sama untuk memecahkan cahaya," kata Elena menjelaskan. (MEL)