Ulah Orangtua yang Bikin Anak Jadi "Picky Eater"

KOMPASfemale
KOMPASfemale
Ulah Orangtua yang Bikin Anak Jadi "Picky Eater"
Nov 10th 2011, 05:17

KOMPAS.com - Ketika usia anak sudah menginjak lima tahun, biasanya mereka sudah lebih mampu mengungkapkan keinginan, termasuk dalam memilih makanan. Akibatnya, mereka jadi sering memilih-milih makanan, atau kerap disebut picky eater. Misalnya, mereka tidak mau makan jika makanan kesukaannya tidak disediakan, atau hanya mau makanan yang itu-itu saja.

"Pada usia ini otak anak mulai berkembang dan bisa memilih mana yang disukainya dan mana yang tidak. Maka orangtua juga harus punya strategi untuk mengatasinya," ungkap konsultan anak Hanny Muchtar Darta, dalam acara Scott's Multivitamin "Incredible You" di Cilandak Town Square, Jakarta Selatan, Sabtu (5/11/2011) lalu.

Menurut Hanny, orangtua pasti tahu yang terbaik bagi anak. Namun paksaan yang kerap dilakukan untuk menyantap makanan yang bergizi justru akan menakutkan sang anak. Seharusnya waktu makan menjadi waktu yang menyenangkan bagi orangtua dan anak-anak, karena anak-anak bisa menikmati berbagai makanan yang enak dan bergizi. Hal ini juga akan menghilangkan kecemasan orangtua akan pemenuhan gizi sang anak.

Biarkan anak menentukan pilihan makanan Sebenarnya apa yang menyebabkan anak menjadi picky eater? Menurut Hanny, dalam hal ini orangtualah yang memiliki "porsi kesalahan" yang lebih besar dibandingkan anak. "Pada usia 5 tahun, dimana anak sudah bisa menentukan pilihan sendiri, berarti mereka sebenarnya sudah mampu diajak berdiskusi tentang berbagai hal, termasuk makanan," tukasnya.

Salah satu kesalahan orangtua terletak pada kurangnya komunikasi dengan anak tentang makanan yang akan disantap. Biasanya orangtua hanya memaksa anak untuk menyantap makanan yang disediakan dengan alasan makanan tersebut bergizi dan bermanfaat untuk pertumbuhannya. "Orangtua seringkali tidak membiarkan anak untuk memilih makanan yang akan mereka makan, sehingga anak pun tidak suka menyantapnya," bebernya.

Orangtua harus membiasakan diri untuk menjelaskan manfaat makanan tersebut untuk anak usia 5 tahun ke atas. Dengan berdialog, orangtua juga menjadi lebih mengerti keinginan anak. Ajak anak berbicara tentang makanan yang ingin mereka santap. Namun, agar anak tetap memilih makanan yang bergizi dan tidak sekadar menginginkan junk food, orangtua juga harus memberikan beberapa pilihan.

"Misalnya, berikan pilihan pada anak, antara roti dengan keju, atau roti dengan selai. Biarkan mereka yang memilih di antara dua pilihan tersebut," tambah Hanny.

Ketika anak diberi kebebasan untuk menentukan menu yang ingin mereka santap, mereka jadi merasa punya kebebasan, dan merasa lebih senang karena keinginannya disediakan. Secara tak langsung hal ini akan membuat anak bertanggung jawab untuk menghabiskan makanan yang dipilihnya.

Untuk pemenuhan gizi anak, berikan anak pilihan menu yang bervariasi dengan standar 3B (beragam, bergizi, dan berimbang). "Berikan pilihan makanan dengan gizi yang seimbang, dengan jenis yang bervariasi dan seimbang kandungan protein dan lainnya dalam makanan, agar asupan gizi anak tercukupi dan anak senang menyantap makanannya," ujarnya.

You are receiving this email because you subscribed to this feed at blogtrottr.com.
If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe from this feed, or manage all your subscriptions
Next Post Previous Post