KOMPAS.com - Anda dan dia punya peran yang sama untuk menciptakan hubungan lebih harmonis. Jelang liburan akhir tahun seperti ini, sejumlah pertengkaran bisa saja terjadi. Anda dan pasangan dapat menghindari percekcokan umum yang terjadi saat liburan. Liburan pun menjadi lebih berkesan dan bebas konflik.
1. Konflik dengan ibu mertua. Ibu suami Anda tak suka bahkan mengkritik masakan yang Anda siapkan untuk acara kumpul keluarga. Lalu, suami Anda berusaha menenangkan Anda dengan beranggapan, kalau ibunya hanya ingin mencoba membantu Anda menyiapkan makanan dengan versinya. Kalau Anda mengalami hal ini, segera perbaiki keadaan yang tak nyaman tersebut.
Tak perlu sungkan bicara baik-baik kepada ibu mertua Anda. Mulailah dengan mengutarakan perasaan Anda, bahwa Anda merasa tak enak karenanya. Lalu minta saran darinya, apa yang sebaiknya Anda lakukan atau bantuan apa yang bisa Anda berikan kepadanya. 2. Masalah keuangan. Anda ingin mengadakan pesta kecil-kecilan bareng teman, namun si dia bilang bahwa tak ada anggaran untuk mengadakan acara semacam itu. Sebenarnya keinginan bersenang-senang saat liburan takkan menimbulkan masalah jika Anda dan dia mempersiapkan keuangan dengan baik. Anda dan dia perlu menyiapkan anggaran khusus terkait kebutuhan liburan. Mulai membeli hadiah Natal, liburan, atau kegiatan yang sifatnya hiburan. Putuskan bersama berapa banyak uang yang ingin Anda dan dia habiskan untuk liburan. Pisahkan anggaran sesuai kategori kebutuhan.
3. Masalah dalam perjalanan. Saat melakukan perjalanan, banyak persiapan yang menimbulkan stres, apalagi jika tak cukup waktu untuk menyiapkan segala kebutuhan. Pasangan perlu berhati-hati menyikapi percikan kecil yang menimbulkan masalah terkait perjalanan liburan. Anda dan dia perlu menahan diri untuk tidak saling menyalahkan, apa pun yang terjadi saat sedang menyiapkan atau dalam perjalanan liburan.
4. Perbedaan keinginan. Si dia ingin berlibur bareng keluarga, sementara Anda ingin berduaan saja dengannya. Perbedaan keinginan ini bisa diatasi dengan kompromi. "Perlu dipahami bahwa menyatukan dua keluarga takkan terjadi dalam semalam," kata Lisa Steadman, pakar dari YourTango. Boleh saja jika Anda ingin melestarikan tradisi keluarga dengan makan malam bersama jelang Natal misalnya. Anda hanya perlu mengatur waktunya, kapan waktu makan malam dengan keluarga, dengan sahabat, dan berduaan saja dengan pasangan. 5. Masalah hadiah. Anda membelikan si dia hadiah mahal, si dia memberikan Anda barang diskonan. Hal sederhana seperti ini dapat memancing perselisihan jika tak disikapi dengan baik. Anda dan dia perlu mendiskusikan apa sebenarnya makna memberikan hadiah terutama saat perayaan Natal. Kaitkan juga dengan kemampuan dan anggaran yang sudah terencana dengan baik.
6. Konflik keluarga. Liburan Natal dan akhir tahun menjadi momen istimewa untuk kumpul keluarga. Inilah waktunya Anda berkumpul dengan keluarga besarnya, sebaliknya juga si dia dengan keluarga Anda. Kadangkala, ada saja masalah yang muncul karena ketidakcocokkan dalam keluarga besar. Termasuk ketika Anda merasa diabaikan oleh anggota keluarga besar. Kalau sudah begini, alihkan emosi untuk melakukan hal yang menyenangkan. Tawarkan juga bantuan, misalnya mengajak jalan anjing kesayangan keluarga. Atau tawarkan bantuan Anda untuk mengerjakan pekerjaan di dapur.
7. Kado untuk anak-anak. Anda ingin membelikan anak-anak kado Natal yang mereka inginkan. Si dia bilang, Anda terlalu memanjakan anak-anak. Hati-hati menyikapi situasi seperti ini. Anda dan dia dapat menghindari konflik berkepanjangan dengan menciptakan daftar belanja hadiah bersama-sama. Lakukan pembagian, jika Anda membeli satu atau dua barang mahal, biarkan si dia membeli barang yang lebih murah. Jangan pernah membeli barang yang tak ada dalam daftar belanja.
8. Perbedaan tradisi. Setiap keluarga memiliki tradisi Natal yang boleh jadi berbeda. Si dia ingin melestarikan tradisi Natal di keluarganya misalnya, sementara menurut Anda, tradisi tersebut tak perlu lagi dilakukan. Untuk menghindari konflik, sebaiknya komunikasikan kebutuhan masing-masing. Anda dan dia perlu menjelaskan pentingnya tradisi tersebut, dan mengapa tetap ingin mempertahankannya. Berempatilah, diskusi tanpa perlu saling menyerang. Dengan begitu, liburan Natal dan Tahun Baru lebih damai bebas konflik. 9. Masalah waktu. Jelang liburan Natal dan Tahun Baru, si dia masih saja bekerja. Sementara menurutnya, ia sedang mengumpulkan tambahan uang berharap mendapatkan bonus lebih besar untuk kebutuhan liburan. Agar masalah seperti ini tak menimbulkan masalah saat liburan, rencanakan kegiatan untuk keluarga atau acara khusus untuk Anda dan dia berduaan saja. Atur waktu dan tandai kalender Anda kapan rencana tersebut dapat diwujudkan. Dengan begitu, Anda dan dia dapat mengatur waktu lebih baik, kapan waktunya untuk bekerja dan meluangkan waktu untuk meningkatkan kebersamaan dengan keluarga.
10. Rasa lelah. Liburan keluarga juga bisa menyebabkan kelelahan. Berbelanja menyiapkan berbagai kebutuhan, mengurus rumah, menyiapkan makanan dan lain sebagainya dapat menguras energi bahkan emosi. Saat mulai emosi dengan berbagai tugas, jangan melimpahkan masalah kepada orang lain. Kelelahan seperti ini kerapkali merusak keharmonisan hubungan berpasangan lantaran Anda atau dia mulai saling menyalahkan.
Sebaiknya tanyakan kepada diri sendiri, Anda mulai emosi dan stres karena tekanan tumpukan tugas atau memang karena Anda marah kepada si dia yang tak ambil bagian menyiapkan kebutuhan liburan? Setelah itu, tarik nafas panjang, tahan hingga hitungan kelima, dan hembuskan nafas selama delapan hitungan. Cara ini dapat membantu Anda menenangkan diri agar terhindar dari meluapkan emosi yang meledak-ledak tanpa alasan jelas.
Sumber: Your Tango