Selasa, 06 Desember 2011 | 04:43 WIB
TEMPO.CO,:- Kartika Chandra, 29 tahun, meraba-raba perutnya sendiri. Ia ingin memastikan apakah tarikan napasnya sudah sesuai dengan instruksi Paul Dalaghan.
Guru senior Pranayama itu mengajarkan rupa-rupa teknik pernapasan yoga dalam Festival Namaste di Hotel Borobudur, Jakarta, Sabtu lalu. Ya, selama tiga hari, festival ini menjadi pestanya para yogini—penggemar yoga.
"Perutku, kok, gak bisa sekempis dia, ya," kata Kartika. Dia memang penggemar yoga, tapi bukan yang serius untuk menekuninya. Berlatih Yoga, bagi perempuan berambut sebahu ini, baik untuk keseimbangan fisik dan jiwanya.
Di Festival Namaste, dari pukul 8.00 hingga 18.00, sejumlah sarana olahraga di hotel yang terletak di sebelah Lapangan Banteng ini diubah menjadi delapan podium tempat latihan yoga. Setiap dua jam seluruh podium dipenuhi oleh 10-50 orang yang kebanyakan perempuan.
Di podium enam yang dipimpin oleh Paul, terlihat artis senior, Christine Hakim, dan pembawa acara Melissa Karim, yang tekun mengikuti petunjuk instruktur. Paul menggerak-gerakkan perutnya, sehingga otot perut di bawah tulang rusuk dan di atas panggul mengembang dan mengempis dengan suara seperti pompa sepeda. "Gerakan ini disebut kapalabhati, teknik pernapasan untuk pembersihan," ujar dia.
Murid-murid Paul tak hanya yogini, yang sudah rajin berlatih. Ada juga pemula yang ingin mempelajari pranayama--teknik yoga yang didominasi dengan olah pernapasan. "Jika Anda dapat bernapas, Anda dapat melakukan yoga," ujar Anita Boentarman, ketua dan pendiri Festival Namaste, dalam keterangan persnya.
Yoga bukan hanya untuk orang-orang yang memang serius mengolah tubuh, tapi juga untuk pemula, ibu hamil, dan anak-anak. "Tahun ini kami membuka beberapa kelas untuk anak-anak," ujar Anita. Kelas anak-anak menjadi pertimbangan karena melihat tahun lalu ketika para ibu-ibu dan keluarga mengikuti festival, anak-anaknya menganggur alias tidak beraktivitas. Kelas ini sekaligus memperkenalkan olahraga yoga lebih dini.
Jules Febre, salah satu pengajar aliran Jivamukti Yoga, menuturkan hanya dibutuhkan satu hal untuk belajar yoga. "Gairah. Tidak peduli Anda selemah dan sekaku apa pun. Kalau Anda punya gairah, tidak ada yang tidak mungkin dalam belajar Yoga," ujar dia. Pria berambut ikal ini kemudian menunjukkan beberapa gerakan elastis, seperti berdiri dengan satu tangan.
Setiap manusia, Jules melanjutkan, bisa beryoga, bahkan yang tidak sempurna sekali pun. Setiap orang punya posisi dan aliran Yoga yang sesuai dengan dirinya sendiri. Sebab, dalam yoga tersedia sejumlah aliran. Aliran-aliran yang ada dalam festival kemarin, antara lain Budokon Yoga dengan kombinasi bela diri, Purna Yoga, Jivamukti Yoga, Evolution of Yoga, Ashatanga Yoga, Anusara Yoga, Iyengar Yoga, Hatha Vinyasa Yoga, Yin Yoga, dan Synergy Yoga.
Festival Namaste adalah festival tahunan yoga di Jakarta. Tahun ini hadir 11 master yoga Internasional dan 26 master yoga nasional serta pakar penyembuhan dan pemulihan jiwa. Yang terlambat mengetahui festival ini bisa mengikutinya tahun depan atau mampir ke Bali. Pada 28 Maret hingga 1 April 2012, di Ubud Bali akan terselenggara Bali Spirit Festival yang menampilkan aneka rupa tarian, yoga, dan musik. Selamat memulihkan jiwa.
| DIANING SARI