diabetes (doc Corbis)
VIVAnews - Gejala diabetes diperlihatkan dengan kadar gula darah tinggi dan ketidakmampuan untuk memproduksi insulin. Umumnya ditandai dengan sering buang air kecil, mudah haus, penglihatan kabur, serta mati rasa di tangan atau kaki.
Tak hanya berhubungan dengan faktor genetik dan makanan mengandung gula, sejumlah faktor lain juga dapat memicu timbulnya kelainan kadar gula darah tersebut. Kenali beberapa di antaranya:
1. Stres Studi dari Harvard School of Public Health, Boston, mengklaim bahwa depresi atau stres juga dapat memicu diabetes. Bahkan, bak lingkaran setan, diabetes juga bisa memicu depresi.
Tingkat depresi tinggi akan memengaruhi kadar gula darah dan metabolisme insulin, melalui pelepasan hormon stres atau kortisol. Sementara itu, diabetes dapat memicu stres kronis. Jadi, hubungan diabetes dan depresi tak hanya persoalan gaya hidup tak sehat, tapi juga memiliki keterkaitan secara biologis.
2. Obesitas Memiliki berat tubuh ideal bukan sekadar persoalan estetika. Para ilmuwan menemukan alasan mengapa mereka yang gemuk atau menderita obesitas rentan terserang gangguan kesehatan kronis seperti penyakit jantung dan diabetes.
Mereka melakukan penelitian dengan melihat secara spesifik kemungkinan sindroma metabolisme pada orang gemuk. Sindroma ini umumnya ditandai gejala peningkatan tekanan darah, naiknya gula darah, kelebihan lemak pada perut dan tingkat kolesterol di luar batas.
Penelitian yang dipimpin Ishwarlal Jialal, profesor bidang endikronologi, diabetes, dan metabolisme UC Davis, mengatakan bahwa sel lemak melepaskan indikator yang berhubungan dengan kekebalan insulin serta peradangan kronis pada jantung dan pembuluh darah.
3. Kurang Minum Mereka yang minum kurang dari dua gelas per hari memiliki potensi mengembangkan gangguan kadar gula dalam darah. Kondisi ini mengarah pada pra-diabetes yang pada akhirnya menempatkan mereka pada risiko diabetes.
Berdasar studi yang dilakukan lembaga penelitian nasional Prancis INSERM, faktor risiko itu terkait dengan produksi hormon vasopressin. Hormon yang juga dikenal sebagai hormon antidiuretik, itu berperan membantu mengatur retensi air di tubuh. Ketika tubuh mengalami dehidrasi, kadar vasopressin akan meningkat, dan membuat ginjal menghemat air. Namun, kadar vasopressin yang tinggi juga meningkatkan kadar gula darah.
Reseptor vasopressin terdapat di dalam hati, organ yang bertanggung jawab memproduksi gula di tubuh. Menyuntikkan vasopressin di tubuh orang sehat dapat memicu lonjakan gula darah seketika.
4. Makan Terburu-buru Seperti dilansir Times of India, sebuah penelitian menyebut bahwa kunyahan cepat meningkatkan kuantitas gula dalam darah seketika. Kondisi ini membuat seseorang cenderung mengembangkan gangguan toleransi glukosa yang dikenal sebagai pra-diabetes.
Jika tidak segera diambil tindakan, bisa mengakibatkan diabetes tipe 2 dalam 10 tahun mendatang dengan angka kemungkinan mencapai 50 persen.
Dalam sejumlah penelitian terdahulu, makan dengan kunyahan cepat mengakibatkan peningkatan jumlah kalori. Otak membutuhkan waktu sekitar 20 menit untuk menangkap sinyal perut sudah penuh. Jadi, makan cepat tak sampai 20 menit cenderung akan meningkatkan asupan sampai otak untuk menyadari perut sudah penuh.
Peningkatan kalori akibat makan terlalu cepat seperti itu pada gilirannya juga terkait dengan pra diabetes dan diabetes tipe 2.
5. Rokok Studi Medical Center Universitas Utrecht di Belanda, menunjukkan, kebiasan merokok memicu perubahan hormon dalam tubuh, terutama wanita pascamenopause.
"Peningkatan kadar hormon seks pada perokok menunjukkan bahwa asap rokok, selain berefek langsung akibat racun karsinogenik, juga memengaruhi risiko penyakit kronis melalui mekanisme hormonal," kata Judith Merek, penulis utama studi tersebut. (art)
• VIVAnews
Belum ada komentar untuk ditampilkan pada artikel ini.
Kirim Komentar
Anda harus Login untuk mengirimkan komentar