Telecoil, yang pertama kali dikembangkan di Eropa, merupakan teknologi yang tidak tergolong baru untuk membantu mereka yang fungsi pendengarannya terganggu.
Sewaktu profesor David Myers berlibur ke Skotlandia, ia merasa gembira karena akan mengunjungi biara Iona yang telah berumur 800 tahun. Tetapi ketika misa dimulai, ia tidak dapat mendengar apapun.
Ia mengatakan, "Saat bergema di sekitar tembok-tembok batu kuno itu, suara-suara itu tidak dapat saya dengar."
Kemudian, istri Myer melihat tanda bantuan pendengaran di tembok berupa huruf T, singkatan dari telecoil. Myers mengenakan alat bantu dengar murah yang mengandung sensor magnetis kecil. Ia menekan tombol pada alat bantu dengar untuk mengaktifkannya.
"Yang terjadi kemudian sungguh menakjubkan, suara sebening kristal mendadak terdengar, seolah-olah si pembicara berjarak tiga kaki saja di depan saya," papar Myers.
Biara itu memasang instalasi bantu dengar atau aliran induksi – jaringan ini mengirim suara melalui sinyal magnetis ke telecoil di dalam alat bantu dengar atau implan koklea. Begitu dinyalakan, telecoil ini menjadi pengeras suara nirkabel pribadi bagi pendengarnya. Banyak model alat bantu dengar baru yang menggunakan teknologi ini.
Instalasi bantu dengar sudah lazim di seantero Eropa Barat, khususnya Inggris dan Skandinavia, yang membuat suara terdengar lebih jernih di bioskop dan gereja dan jendela loket. Instalasi ini juga dipasang di bandara Brisbane Australia dan Disneyland Hongkong.
Sekembalinya dari Skotlandia pada tahun 1999, Myers bertekad untuk memperkenalkan instalasi ini di seantero Amerika. Ratusan tempat di Michigan, tempat asal Myers, telah dipasangi instalasi itu, mulai dari panti-panti jompo hingga ke bandara Grand Rapids.
Tetapi, sistem bantu dengar di Amerika lebih umum menggunakan infra merah atau sinyal FM untuk mengirim suara. Myers mengatakan masalah pada teknologi ini adalah pengguna alat bantu dengar sendiri yang harus mencari, memasang, dan mengembalikan perangkat tersebut.
Peralatan ini biasanya disangkutkan ke kepala atau di leher. Padahal, Janice Schater, pengelola lembaga advokasi Hearing Access Program di New York mengatakan, penderita gangguan pendengaran tidak ingin memperlihatkan gangguan itu pada semua orang. Organisasinya membantu memasang instalasi bantu dengar di berbagai tempat di New York, seperti di Natural History Museum serta sebagian besar gerai informasi di stasiun kereta bawah tanah kota itu yang luar biasa bising.