KOMPAS.com - Idealnya dalam menjalani sebuah hubungan percintaan, cinta dan komitmen sangat diperlukan. Selama Anda berbagi perasaan itu dengan seseorang, dan cinta berbalas, maka hubungan pun berkelanjutan dalam jangka panjang dengan komitmen sebagai penguatnya. Tetapi sebenarnya lebih penting mana cinta atau komitmen dalam keberlangsungan suatu hubungan?
Dalam teori, dongeng, ataupun film romantis, cinta merupakan satu-satunya syarat untuk bahagia. Namun dalam kehidupan nyata, cinta hanya merupakan salah satu "bahan" yang dibutuhkan untuk menjalani hubungan jangka panjang. Sementara, banyak orang hanya mengandalkan perasaan cinta yang bisa membutakan dan membuat seseorang menjadi irasional.
Sebuah hubungan tidak hanya tentang emosi dan perasaan cinta semata. Sebuah hubungan juga membutuhkan komitmen, tanggung jawab, dan faktor eksternal, yaitu waktu untuk menjalani hubungan. Hubungan adalah tentang komitmen untuk memutuskan berbagai hal bersama mengenai sesuatu yang baik atau buruk. Menikah ataupun tidak menikah, ketika Anda memutuskan untuk menjalin hubungan khusus dengan orang lain, saat itulah Anda terikat pada komitmen. Bentuknya, menjalani hubungan dengan integritas, saling hormat, dan saling menyayangi dalam berbagai keadaan. Termasuk ketika Anda sedang berada dalam emosi tinggi dan marah kepada pasangan.
Cinta saja tidaklah cukup untuk membangun sebuah hubungan yang kuat. "Cinta bukanlah keinginan untuk tidak berselingkuh dari pasangan Anda. Cinta bukanlah sesuatu yang bisa membuat Anda meminta maaf dan memberikan pelukan setelah berdebat. Dan cinta juga bukanlah hal yang bisa membuat Anda memutuskan untuk bisa memperlakukan satu sama lain dengan baik, hormat, dan empati ketika sudah berpisah atau bercerai," tukas Amy Chan, kolumnis hubungan dan lifestyle dalam artikelnya yang bertajuk What is More Important- Love or Commitment? di Amyfaboulous.com.
Menurut Amy, semua hal yang disebutkan tadi adalah bukan cinta, melainkan komitmen. Komitmen adalah keputusan untuk menunjukkan tanggung jawab terhadap semua janji yang Anda buat, tidak hanya untuk orang lain tapi juga untuk diri sendiri.
Ketika jatuh cinta biasanya Anda akan melakukan apa saja untuk cinta, dan bahkan berbagai tindakan yang tidak rasional karena semuanya terasa indah terlihat. Namun apakah yang terjadi ketika Anda melalui pasang surut atau saat-saat sulit dalam hidup Anda, bisakah Anda bergantung pada cinta saat itu?
Cinta memang tidak rasional dan tidak bisa dikendalikan. Jika Anda membiarkan perasaan yang begitu emosional ini mendikte perilaku Anda, maka Anda akan dengan segera menyadari bahwa cinta seringkali hanya terjadi saat Anda sedang berada di atas dan senang, bukan pada saat Anda di bawah dan sedih. Yang Anda alami bukanlah cinta sejati, namun cinta yang mengharapkan sesuatu.
Di sisi lain komitmen tidak tergantung pada hati dan perasaan seseorang, namun lebih tergantung pada pilihan yang Anda lakukan dan diambil dengan sadar, sehingga Anda sadar bahwa Anda memiliki kendali penuh atas komitmen Anda.
"Anda tidak bisa mengendalikan cinta, namun Anda bisa mengendalikan komitmen dan bertanggung jawab atas semua pilihan komitmen Anda," beber Amy.
Seringkali Anda tidak bisa bertanggung jawab atas semua perbuatan irasional yang dilakukan dengan dasar cinta. Namun dengan adanya komitmen dalam menjalin hubungan, Anda lebih mungkin untuk bertanggung jawab karena Anda sendiri yang memutuskan komitmen tersebut dengan penuh kesadaran.
Sumber: Huffingtonpost