Purwokerto (ANTARA News) - Puluhan pelajar dan mahasiswa di Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, dilaporkan terserang penyakit Hepatitis A pada awal 2012.
"Berdasarkan laporan sejumlah puskesmas, jumlah pasien yang terserang Hepatitis A mencapai 30 orang yang sebagian besar merupakan anak sekolah dan mahasiswa," kata Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas, Widayanto, di Purwokerto, Selasa.
Dia mengakui, serangan Hepatitis A ini mengalami peningkatan jika dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.
"Dulu ada, tapi angkanya tidak sampai sampai 30 orang," kata dia menjelaskan.
Menurut dia, Hepatitis A merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus dengan gejala awal pusing, mual, dan mata berwarna kuning.
Ia mengatakan, penyakit ini menyerang bagian hati sehingga mata dan kulit penderita akan berwarna kuning.
"Hepatitis merupakan peradangan pada hati karena toksin, seperti kimia atau obat ataupun agen penyebab infeksi," jelasnya.
Terkait penderita Hepatitis A yang sebagian besar merupakan anak sekolah dan mahasiswa, dia mengatakan, hal itu diduga akibat jajanan yang mereka konsumsi.
Menurut dia, jajanan anak maupun pedagang bakso atau mi ayam berpotensi menularkan Hepatitis A karena satu ember tempat cucian bisa digunakan untuk mencuci puluhan piring dan gelas.
Ia mengatakan, pelajar dan mahasiswa itu kemungkinan tertular Hepatitis A saat liburan sebab masa inkubasi penyakit ini berlangsung selama 15 hari.
"Dengan demikian, penyakit ini baru muncul pada awal tahun baru atau ketika sudah mulai masuk sekolah," katanya.
Oleh karena itu, kata dia, Dinas Kesehatan berencana memberikan pelatihan kepada 40 pedagang jajanan sekolah terkait penggunaan bahan makanan yang bebas dari zat kimia serta kebersihan dalam menjajakan dagangannya.
Ia mengatakan, pada tahun 2011 Dinas Kesehatan telah mengambil 15 sampel jajanan anak sekolah di Banyumas untuk dikirim ke Balai Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) Semarang.
Dari sampel tersebut, kata dia, diketahui sebanyak 73,3 persen jajanan mengandung bakteri berbahaya seperti e-coli yang dapat menyebabkan diare.
Selain itu, lanjutnya, sebanyak 26,6 persen makanan mengandung pewarna yang biasa digunakan untuk tekstil.