KOMPAS.com - Berbagai kejadian buruk yang pernah dialami di masa kecil ternyata akan selalu terbayang sampai dewasa. Jika seorang anak memiliki ingatan yang mendalam mengenai masa kecil yang kurang menyenangkan, otak mereka akan merespons hal tersebut dan merekamnya, sehingga ketika dewasa mereka akan lebih peka terhadap stres. Ketika pernah mengalami stres, otak anak akan terprogram untuk bereaksi lebih kuat untuk menghadapi stres ini, dan hal ini akan membuat orang cenderung mengalami stres lebih besar dibanding orang yang tidak memiliki sejarah stres di masa kecilnya.
Namun jenis stres seperti apakah yang bisa membuat anak-anak menderita stres sampai dewasa? Penelitian yang dilakukan oleh Yale Stress Center menunjukkan bahwa hal yang paling mungkin menyebabkan anak-anak menjadi stres adalah pengalaman sakit, penyakit, atau cidera yang pernah dialami. Tingkat stres seorang anak bisa meningkat menjadi stres berat ketika ia mengalami berbagai konflik keluarga seperti perceraian, mengalami dan menyaksikan kekerasan, krisis keuangan, kematian orang yang dicintai, atau menghadapi orangtua yang memiliki masalah kesehatan, kecanduan, atau gangguan mental.
Kecemasan adalah reaksi normal anak-anak terhadap stres, namun beberapa anak ternyata mengalami tingkat kecemasan yang berlebihan ketika menghadapi stres. Satu dari delapan anak mengalami gangguan kecemasan berlebihan. Menurut Anxiety Disorders Association of America, anak-anak seperti ini dianggap memiliki atau pernah mengalami fase paska traumatik stres. Banyak anak pernah mengalami stres dini sebelum mereka siap secara fisik dan psikologis untuk mengatasinya. Hal ini akan membuat mereka akan lebih mudah terserang stres tingkat tinggi saat mereka tumbuh menjadi dewasa.
"'Jalur' stres akan terus berkembang selama masa kanak-kanak, namun mereka membutuhkan waktu untuk tumbuh dan berfungsi secara optimal," ujar Dr Rajita Sinha, direktur Yale Stress Center.
Ketika menginjak remaja, anak-anak yang pernah mengalami stres sewaktu kecil akan cenderung mengisolasi diri, makan berlebihan, sulit tidur, sampai terlibat narkoba. Untuk menghindari hal ini, bantuan dari orangtua, guru, ataupun anggota keluarga lain, diperlukan agar tak membiarkan anak-anak berada di bawah tekanan. "Jika orangtua, guru, dan keluarga membimbing anak-anak untuk menghilangkan trauma dan stres yang mereka alami dengan mengalihkan pikiran mereka ke berbagai keterampilan adaptif, maka mereka akan lebih cenderung memiliki perlindungan dan ketahanan diri terhadap serangan stres," tukasnya.
Berikut beberapa cara yang bisa dilakukan untuk melindungi anak-anak dari stres berkepanjangan yang berbahaya saat mereka dewasa.
1. Beri dukungan sosial. Sinha mengatakan bahwa berinteraksi dengan orang lain dan menggalang dukungan keluarga untuk anak yang stres adalah cara utama orangtua untuk melindungi anak-anak dari resiko stres.
2. Pendidikan dan tantangan intelektual. Anak-anak lebih mungkin untuk belajar mengatasi hal yang sulit ketika mereka ditantang dalam lingkungan yang "aman" seperti sekolah. Doronglah anak untuk berpikir kreatif, untuk membantu perkembangan mereka dalam jangka panjang.
3. Tingkatkan optimisme dan taktik pengendalian emosi. Orangtua dan keluarga yang terlibat aktif dalam kehidupan anak dapat membantu melindungi anak-anak dari serangan stres yang mungkin dialami. Sebuah penelitian yang dilakukan di University of Wisconsin-Madison mengungkapkan bahwa suara ibu dapat menghasilkan respons biokimia yang signifikan dan bisa meredakan stres pada anak. Cukup tidur secara konsisten juga mampu membantu anak mengatasi stres dengan lebih efektif.
Sumber: Shine