Para peneliti percaya kesulitan untuk mengurangi berat badan terkait dengan kerusakan bagian otak yang berhubungan dengan pengendalian berat badan.
Jika orang-orang yang punya masalah obesitas berhenti makan berlebihan, beralih ke diet yang sehat dan mulai berolahraga, maka berat badan mereka akan turun. Namun, ada kemungkinan berat badan mereka akan bertambah lagi.
Alasan di balik ini, menurut para peneliti, bukan karena mereka kurang bertekad kuat, namun disebabkan oleh kerusakan pada sel-sel otak atau neuron di hipotalamus, suatu struktur di dalam otak yang membantu mengendalikan beberapa fungsi tubuh seperti selera makan dan berat badan.
Gagasan bahwa kerusakan otak memainkan peran penting dalam hal berat badan bukanlah suatu hal baru, menurut Michael Schwartz dari Pusat Diabetes dan Obesitas di Universitas Washington di Seattle.
Dalam kurun waktu kurang lebih lima tahun ini para ilmuwan telah mengetahui bahwa hipotalamus, binatang yang berat badannya berlebih – termasuk manusia – menunjukkan peradangan, reaksi tipikal terhadap cedera.
Namun para peneliti, yang dipimpin oleh Schwartz, ingin memastikan peran yang dimainkan oleh cedera pada hipotalamus, dan mereka punya beberapa pertanyaan yang ingin dijawab.
"Apakah ini hanyalah konsekuensi dari kegemukan atau hal ini terjadi sebelum obesitas terjadi? Apa hal yang menggerakkan reaksi tersebut? Apa yang menyebabkan reaksi peradangan dan apakah ada hubungannya dengan kelebihan berat badan itu sendiri ?" tanyanya.
Tim Schwartz memberlakukan diet tinggi lemak pada tikus – tikus laboratorium untuk membuat mereka gemuk. Ketika tim ini mencoba mencari bukti terjadinya peradangan di otak, mereka mendapati penemuan yang mengejutkan.
Schwartz mengatakan, "Terus terang kami terkejut ketika menyadari bahwa peradangan menjadi jelas tampak dalam 24 jam sejak peralihan diet makanan."
Para peneliti juga menemukan bukti adanya reaksi melindungi neuron yang kuat dan cepat, bersamaan dengan tergeraknya sel-sel dalam memperbaiki neuron-neuron yang rusak. Namun binatang-binatang ini tetap diberi makan diet tinggi lemak untuk sembilan bulan ke depan dan akhirnya peradangan ini kembali terjadi.
Pesan utamanya adalah, menurut Schwartz, kegagalan berulang dalam upaya orang-orang dalam mengurangi berat badan melalui diet, bukanlah semata-mata kesalahan mereka.
Schwartz mengatakan bahwa hal ini dapat pula menjelaskan mengapa obat luar tidak efektif dalam membantu orang-orang untuk mencapai penurunan berat badan yang langgeng. Senyawa atau ramuan obat yang ada di pasaran selama ini tidak menarget dengan tepat penyebab fundamental dari obesitas.