"One-Man Show" Tak Selalu Negatif

KOMPASfemale
KOMPASfemale
"One-Man Show" Tak Selalu Negatif
Jan 9th 2012, 03:14

KOMPAS.com - Dalam sebuah pertemuan di perusahaan berskala besar, diketahui bahwa seluruh uang perusahaan, baik itu pembelian, keluar-masuk uang, pencatatan dan akunting, semuanya bekerja di bawah komando satu orang. Konsultan yang hadir mengatakan ia tidak bisa membayangkan betapa sibuk dan ruwetnya pikiran teman kita ini. Bagaimana pressure dan tuntutan untuk mengelola uang sebanyak itu dikerjakan oleh satu orang? Saat ditanya apakah ia butuh anak buah, dengan santai ia menjawab bahwa ia memang butuh tetapi tidak urgen. Bapak ini bahkan masih bisa bermain tenis di sore hari, dan tidak membawa pekerjaan ke rumah. Berarti, ia cukup santai berada di "dalam dirinya" untuk memangku jabatan tersebut.

Benarkah ada orang yang demikian brilian dan sanggup mengambil keputusan dan mengontrol berbagai proses sendirian? Tanpa mengecilkan peran sinergi kelompok, kita memang harus mengakui bahwa individu yang hebat seringkali bisa memberi nilai yang lebih besar daripada sekelompok orang dengan kinerja biasa-biasa saja.

Mark Zuckerberg, CEO Facebook, dengan tim yang terkenal kreatif mengatakan: "A great engineer is worth 100 average engineers." Tampak betul ia lebih menghargai satu individu yang hebat ketimbang tim yang terdiri atas individu berkinerja sedang. Ini tidak hanya menunjukkan pentingnya mencari dan merekrut individu yang bermutu, namun sekaligus juga menantang kita untuk memikirkan apakah individu dalam tim sudah diakomodir untuk tumbuh dan berkembang menjadi kontributor yang hebat, dan tidak hanya menjadi penggembira yang memberatkan kelompoknya.

Dalam sebuah seminar, yang bertujuan mendekatkan dan membuat para supervisor dan manajer buka mulut untuk menceriterakan kendala-kendala yang terjadi di antara mereka, pada saat merger, tidak ada seorang pun yang menyadari bahwa mereka pun perlu mempertimbangkan tantangan pada tingkat individu. Sebagai akibat, seminar itu hanyalah mencatat semua kendala, termasuk perbedaan budaya kerja, cara kerja, sentimen kelompok, dan tidak mempertanyakan hasrat, motivasi, dan keyakinan individunya untuk menyatukan diri dalam kelompok.

Individu cemerlang Sejak dulu, kita sering mendengar kepiawaian tokoh-tokoh dalam sejarah, apakah dia negarawan, olahragawan, ataupun ilmuwan dengan karya, prestasi, dan keputusan-keputusan yang umumnya dihasilkan sendiri, tidak dalam kelompok. Hal ini juga menyadarkan kita bahwa dalam bisnis keputusan sering diambil oleh  individu, dan kita tidak bisa melulu memandang negatif situasi "one-man show". Di sisi lain, misalnya dalam pemerintahan, kita menyaksikan betapa pengambilan keputusan yang dilakukan secara bersama-sama, melalui sidang-sidang panjang, terkadang malah hasilnya sedemikian "poor".

Bisa kita lihat bahwa kontribusi yang cuma setengah-setengah akan menyebabkan seluruh tim tidak terorganisasi dan akhirnya terkadang mengalah dan menunggu keputusan atau pencerahan individu tertentu. Betapa menakjubkan perbandingan antara satu orang yang ditunggu-tunggu dibanding dengan kekuatan masing-masing anggota tim yang disinergikan.

Pekerjaan programmer, artis, chef, dan banyak pekerjaan lain merupakan pekerjaan mandiri, di mana karya yang dihasilkan betul-betul bergantung pada satu individu yang "bermutu". Buku Wired of Thought menceritakan betapa besarnya kapasitas berpikir seseorang. Otak yang diasah dan berkembang, bila semua bagian digunakan dan dihubung-hubungkan akan meninggalkan memori-memori yang ujungnya berbentuk inteligensi. Inteligensi Kasparov, kabarnya sedemikian tinggi, sehingga ia tidak pernah membutuhkan partner, apalagi bila pendampingnya baru menggunakan sebagian saja dari otaknya. Kita lihat bahwa bila memang satu orang sudah bisa menyelesaikan tugas dan menyediakan solusi, sebetulnya kita tidak perlu membayar lebih mahal dan membuang waktu untuk menyediakan penggembira-penggembira di sampingnya.

Bahayanya penyeragaman Sering kita menyaksikan upaya kelompok untuk menyamakan derap langkah dengan cara penyeragaman, dari baju sampai model rambut, dan kalau bisa cara berpikir. Bisa saja kita tidak menyadari, namun ini adalah bentuk praktik-praktik membunuh kekuatan masing-masing individu, sehingga tidak ada kesempatan individu untuk berkontribusi secara cemerlang melalui ide dan inovasi yang unik. Justru keberbedaannyalah yang dipangkas.

Dalam kelompok di mana peran, akuntabilitas, dan tanggung jawab tidak ditegaskan betul, maka kelompok justru bisa menjadi ajang sembunyi orang-orang yang tidak memberi kontribusi. Ada individu dalam kelompok bahkan  mengucapkan "tidak tahu" terhadap masalah yang sebenarnya teknis dan begitu jelas bisa dilakukan. Sekarang ini banyak orang juga mengeluhkan rapat-rapat yang terlalu panjang dan melelahkan dalam kelompok. Komunikasi dan diskusi dalam kelompok, bila tidak ada sasaran jelas akan membuat waktu habis termakan oleh tanya-jawab, diskusi, dan omong-omong lain sebelum implementasi. Too much talking, not enough doing. Bisa juga waktu bekerja akan termakan untuk mendamaikan anggota kelompok yang masih mempunyai keyakinan berbeda, padahal waktu untuk berkontribusi sudah didepan mata.

Kita memang tidak bisa menghalangi orang untuk membentuk tim, karena memang fungsi tim juga penting. Namun, bila tidak kuat dalam menentukan peran dan sasaran, bisa-bisa kita tidak lagi bisa melihat yang mana harus dipuji dan yang mana perlu ditegur. Betapa ruginya bila kita baru menyadari setelah individu yang cemerlang kemudian hengkang.

(Eileen Rachman/Sylvina Savitri, EXPERD Consultant)

Sumber: Kompas Cetak

You are receiving this email because you subscribed to this feed at blogtrottr.com.
If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe from this feed, or manage all your subscriptions
Next Post Previous Post