Mataram (ANTARA News ) - Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat merevitalisasi kader pos pelayanan terpadu sebagai salah satu upaya menanggulangi gizi buruk pada bayi usia di bawah lima tahun.
Kepala Bidang Bina Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) Khairul Anwar di Mataram, Minggu, mengatakan, upaya mengaktifkan para kader pos pelayanan terpadu (posyandu) sudah dilakukan pada 2011, dan diharapkan berlanjut pada 2012.
"Para kader posyandu yang tersebar di setiap kelurahan dan desa diminta aktif mencari balita penderita gizi buruk untuk didata agar segera mendapat penanganan medis," ujarnya.
Ia mengatakan, melalui upaya revitalisasi tersebut, para kader posyandu diberikan intensif sebesar Rp3 juta per tahun. Dengan adanya intensif itu diharapkan bisa memotivasi mereka untuk lebih giat mencari penderita gizi buruk yang tidak bisa terdeteksi karena keluarga penderita enggan melakukan pemeriksaan.
Selain melakukan pencarian, kata Khairul, para kader posyandu juga diminta aktif memberikan penyuluhan kepada para ibu hamil dan yang memiliki balita mengenai pola asuh anak yang baik dan bagaimana memberikan makanan yang bergizi seimbang bagi balita.
Upaya peningkatan pemahaman pola asuh dan makanan bergizi seimbang terus kepada kaum ibu terus dilakukan karena masalah gizi buruk yang masih banyak ditemukan pada balita di NTB bukan disebabkan karena ketersediaan bahan pangan yang kurang, namun lebih disebabkan karena balita kurang mendapat asuhan yang baik dari orang tuanya.
Penyakit bawaan lainnya juga menjadi penyebab masih tingginya penemuan kasus gizi buruk pada balita di NTB.
Data Dinas Kesehatan Provinsi NTB tercatat jumlah balita yang menderita gizi buruk yang ditemukan pada 2011 sebanyak 891 orang atau lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 750 anak.
(WLD/M008)