ilustrasi ginjal (kidney.org)
VIVAnews - Transplantasi ginjal adalah salah satu alternatif yang ditawarkan pada penderita gagal ginjal tahap akhir di samping peritoneal dialisis dan hemodialisis. Walaupun memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dua pengobatan lainnya, transplantasi pada pasien gagal ginjal paling tidak populer akibat sulitnya menemukan donor ginjal.
Hal ini berbanding terbalik dengan jumlah penderita gagal ginjal yang makin tinggi. Di Amerika Serikat saja, dari sekitar 300 juta penduduk, sebanyak 700 ribu orang mengalami gagal ginjal tahap akhir.
"Di Indonesia, kalau penderita gagal ginjal setengahnya saja dari penderita di AS, jumlahnya mencapai angka 300 ribu. Sekarang yang tertangani baru sekitar 25 ribu, artinya 80 persen tak tersentuh pengobatan sama sekali," kata Prof Dr Endang Susalit, SpPD-KGH, nefrologis atau pakar ginjal pada seminar "RSCM Mampu Melakukan Teknik Transplantasi Ginjal Berstandar Internasional" di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Kencana, Jakarta, Kamis 12 Januari 2012.
Alternatif cangkok atau transplantasi ginjal, menurut Prof Endang, memiliki kelebihan daripada pengobatan lain seperti hemodialisis yaitu harapan hidup lebih tinggi, prosedur yang hanya sekali, dapat beraktivitas secara normal, tidak merasakan sakit ginjal kembali meski tetap harus kontrol.
Masalah utama transplantasi ginjal adalah sulitnya menemukan donor ginjal hidup di Indonesia. Sementara itu, donor ginjal dari jenazah secara hukum belum diperbolehkan di Indonesia.
"Di Indonesia, perkembangan transplantasi sangat lambat. Kurangnya informasi mengenai faktor keamanan para pendonor ginjal, ketakutan calon pendonor hingga tak mengetahui pengalaman pendonor lain adalah beberapa kendala yang terjadi," ungkapnya.
Soal biaya yang memang tinggi, Rp200-300 juta yang harus dikeluarkan dalam satu waktu, ternyata lebih efisien daripada secara rutin melakukan cuci darah. Bagi pemegang Asuransi Kesehatan dan pemegang kartu Jaminan Kesehatan Masyarakat juga memperoleh bantuan dari pemerintah. Adapun di sisi pendonor, memberikan ginjal yang sehat kepada orang yang membutuhkan takkan memberi risiko kesehatan apa pun. Dua ginjal pada manusia sehat masing-masing berfungsi 50 persen. Aktivitas sehari-hari hanya membutuhkan kinerja ginjal 25 persen. Sisanya merupakan cadangan.
Sebelum seseorang mendonorkan ginjal, Prof Endang menjelaskan, harus ada pengecekan untuk memastikan ginjal pendonor sehat dan takkan mengganggu kesehatan pasca mendonorkan ginjalnya. Dan, kinerja ginjal seorang pendonor biasanya justru menyesuaikan diri dan meningkat sehingga tak menimbulkan dampak apa pun.
"Ada pendonor ginjal yang memberikan ginjalnya saat masih gadis dan kini telah memiliki anak, namun tidak pernah mengalami masalah kesehatan. Jadi ketakutan akan menjadi sakit setelah mendonorkan ginjal tidak benar," katanya.
Dr Bonar Marbun, SpPD-KGH, menambahkan, perkembangan teknologi kedokteran dan obat-obatan masa kini memungkinkan proses transplantasi ginjal tak hanya dilakukan di antara pendonor dan resipien yang memiliki hubungan darah. Dari data pasien, dalam dua tahun terakhir, dari 25 pasien yang melakukan transplantasi di RSCM, 13 orang bukan keluarga dan berhasil melakukan transplantasi dengan bantuan obat-obatan. Selain itu, teknologi laparoskopi untuk pengangkatan ginjal dapat meminimalkan rasa sakit pendonor. Teknologi ini kini telah digunakan RSCM sejak November 2011. "Teknik laparoskopi memungkinkan pemulihan lebih cepat, sehingga pendonor lebih cepat beraktivitas, mengurangi angka kesakitan serta hasil jahitan yang lebih rapi. Teknik ini dianggap prosedur paling efektif dalam pengangkatan ginjal donor," ujarnya.
Hingga saat ini, tim dokter RSCM telah melakukan enam kasus transplantasi dengan cara laparoskopik. "Hasilnya, keluhan yang dialami setelah keluar dari rumah sakit minim. Tak perlu ke luar negeri karena di Indonesia juga ada," katanya.
Untuk mensosialisasikan pentingnya donor ginjal, dia melanjutkan, perlu penyebaran informasi dan peningkatan kesadaran agar orang-orang sehat dan memiliki ginjal sehat dapat membantu pasien ginjal memperoleh kualitas hidup yang lebih baik. (art)
• VIVAnews
Belum ada komentar untuk ditampilkan pada artikel ini.
Kirim Komentar
Anda harus Login untuk mengirimkan komentar