Jakarta, Kompas.com - Sebayak 17 penyakit zaman dulu masih terabaikan di A sia Tenggara. Padahal, penyakit-penyakit ini menyebabkan penderitaan dan kecacatan terutama pada masyarakat miskin.
Hal itu terungkap dalam seminar ASEAN Neglected Tropical Disease dengan tema ASEAN Clinical Practice, Guideline for the Strategy and Management Toward Ellimination of Neglected Tropical Disease in ASEAN Region di Jakarta, Jumat (28/9/2012).
Beberapa penyakit infeksi lama itu ialah limfatik filariasis, kusta, demam berdarah den gue, rabies, leptospirosis, chikungunya, Japanese Encephalitis, schistosomiasis, malaria, dan sebagainya.
Dalam sambutan pembukaan acara itu, Perwakilan Badan Kesehatan Dunia (WHO) di Indonesia, Khancit Limpakarnjanarat mengatakan, masih terdapat kantung-kantung penyakit lama tersebut di negara-negara ASEAN. Untuk mengatasi nya dibutuhkan kolaborasi antarnegara ASEAN. Selain itu, di dalam negeri masing-masing negara juga harus ada kerjasama lintas sektor. Penyakit-penyakit ini ada di daerah tropis dan sangat erat hubungannya dengan kondisi lingku ngan hidup dan sanitasi dasar, ujarnya.
Penyakit-penyakit tersebut sering terabaikan. Padahal, walaupun tidak menyebabkan kematian, penyakit- penyakit tersebut dapat meyebabkan kesakitan dan cacat seumur hidup sehingga menganggu produktivitas dan perekonomian penderitanya.
Di Indonesia
Dalam kesempatan yang sama, Menteri Kesehatan Nafsiah Mboi mengatakan, Indonesia sendiri masih menjadi endemik lima penyakit terabaikan yakni filariasis, schistosomiasis, kecacingan, kusta, dan frambusia.
Penanggulangan penya kit i tu merupakan bagian dari pemenuhan hak asai manusia , ujarnya. Kementerian Kesehatan memprioritaskan aspek promotif dan preventif kesehatan agar ma syarakat memiliki pengetahuan dan dapat mendukung untuk pencegahan dan pengendalian penyakit , termasuk vektor peyakit.