KOMPAS.com - Akhir pekan merupakan waktu yang paling dinanti setiap orang untuk bersantai dan lepas dari rutinitas harian. Banyak orang juga memanfaatkan akhir pekan untuk merekatkan hubungan antar anggota keluarga dengan berbagai cara, misalnya bermain, piknik, memasak dan makan bersama, dan lain-lain.
Akhir pekan juga bukan hanya dinanti para pekerja, tetapi juga anak-anak. Anda mungkin tak menyadarinya, namun mereka juga butuh berkumpul dan bermain bersama orang tuanya.
"Pada dasarnya manusia adalah mahluk sosial yang senang berkumpul, dan keluarga merupakan agen sosialisasi primer atau wadah sosialisasi pertama bagi anak. Hal inilah yang membuat anak selalu ingin dekat dengan orang tuanya," tukas Daisy Indira Yasmine, sosiolog perkotaan, saat kampanye Wall's "48 Hours Weekend Selection" di Senayan City, Jakarta Selatan, Jumat (19/10/2012) lalu.
Hanya saja, masih banyak orang tua bekerja yang memilih menghabiskan akhir pekan dengan tidur, karena ingin membayar tidur yang kurang di hari-hari kerja. Ada juga orang tua yang malah lembur kerja di akhir pekan. Daisy berpendapat, kecenderungan ini tak bisa dilepaskan dari tingkat kebutuhan finansial yang semakin tinggi.
"Hal ini mempertegas mindset bahwa waktu adalah uang, sehingga semua aktivitas yang dilakukan diukur dengan uang dan membuat banyak orang tua lebih memilih lembur kerja daripada bermain bersama keluarga," katanya.
Memang hal ini sangat disayangkan, karena sebenarnya meluangkan 48 jam untuk berkumpul bersama keluarga memberikan banyak manfaat untuk orang tua dan anak. Bagi orang tua, akhir pekan bersama keluarga bisa membuat tubuh menjadi lebih rileks, segar, dan menambah energi baru untuk menjalankan aktivitas pada minggu berikutnya. Di akhir minggu lah orang tua juga bisa menikmati peran sesungguhnya sebagai orang tua, dan memperhatikan pertumbuhan dan perkembangan anak, yang selama ini sering terlewatkan karena terlalu sibuk bekerja.
Sedangkan bagi anak, aktivitas bersama akan membuat mereka merasa disayang dan didukung oleh orang tuanya. Dukungan penuh dari keluarga akan membantu meningkatkan kematangan bersosialisasi dan kemampuan anak mengatasi masalah. "Kemampuan ini menjadi bekal dan fondasi kokoh bagi munculnya pribadi berkarakter dan produktif saat anak sudah dewasa," ujar Daisy.
Ketika anak jarang atau tidak bisa berkumpul dengan orang tua, mereka akan memilih menghabiskan waktu bersama teman-temannya sendiri. Yang perlu Anda ketahui, pertemanan tanpa pengawasan orang tua seringkali berakibat negatif bagi perkembangan anak. Tak jarang hal ini menjerumuskan mereka dalam perbuatan yang buruk, dari melawan orang tua, malas belajar, tawuran pelajar, sampai narkoba.
Editor :
Dini