Jakarta, Kompas - Sejumlah bahan yang digunakan sebagai kemasan tidak sepenuhnya aman. Untuk itu, pemilihan jenis kemasan makanan harus dilakukan dengan hati-hati.
Hal itu dikatakan Direktur Pengawasan Produk dan Bahan Berbahaya Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Mustofa dalam jumpa pers, Rabu (3/10/2012), di Jakarta. Menurut dia, ada sejumlah pengemas yang berisiko bagi kesehatan jika zat di dalamnya mencemari makanan. Bahan pengemas itu antara lain plastik jenis polimer polyvinyl chloride (PVC), polistiren (styrofoam), polikarbonat, dan melamin.
Mustofa menilai, keamanan pangan akan terancam jika ada komponen bermigrasi (berpindah) dari kemasan ke makanan. Ancaman juga terjadi jika ada permeasi (perpindahan molekul gas dan cairan). Selain itu, ada absorpsi (penyerapan) komponen pangan ke dalam kemasan.
BPOM menguji dan mengawasi penggunaan melamin pada tahun 2009. "Ke depan, BPOM akan memprioritaskan pengujian plastik," ujarnya
Ia memaparkan, PVC berupa plastik tipis jernih mengandung logam berat timbal (Pb), ester ftalat, dan vinyl chloride monomer. Bahan-bahan ini merupakan karsinogen kelas 1 (ditemukan kasus pada manusia) yang dapat menyebabkan kanker, dapat mengganggu sistem endokrin, dan menyebabkan penurunan IQ. Bahan yang dapat berpindah dan harus diawasi ialah residu monomer stiren yang merupakan karsinogen kelas 2B (ditemukan kasus pada hewan uji). Melamin mengandung monomer formaldehid dan monomer melamin yang berisiko menimbulkan kerusakan ginjal dan karsinogen kelas 1.
Mustofa menjelaskan, kemasan yang aman adalah yang terbuat dari gelas dan keramik. Jika memilih kemasan plastik, sebaiknya pilih kemasan dengan tanda tara pangan berupa simbol gelas dan garpu pada kemasan. "Kurangi penggunaan PVC, jangan gunakan kemasan berwarna mencolok, hindari plastik dalam merebus atau memanaskan makanan, dan jangan sembarangan menggunakan plastik dalam microwave, kecuali atas petunjuk produsen," katanya.
Penggunaan plastik kresek hitam dan kertas bekas untuk kemasan langsung makanan siap santap harus dihentikan. Plastik kresek merupakan hasil daur ulang beragam plastik bekas dan tidak diketahui riwayat penggunaannya. "Bisa saja bekas wadah pestisida, limbah rumah sakit, atau limbah logam berat sehingga tidak layak sebagai kemasan makanan siap santap," ujarnya.
Tidak semua kertas aman digunakan sebagai kemasan. Kertas koran dan majalah sering digunakan untuk pembungkus jajanan. Padahal, tinta koran mengandung timbal. Kertas bekas koran mengandung pewarna Itx. (INE)