Oleh SAMSURIDJAL DJAUZI
Saya lelaki (32) menderita penyakit tuberkulosis pada usus (peritonitis). Mula-mula saya merasa nyeri di perut. Demam hilang timbul, nafsu makan pun menurun tajam sehingga berat badan juga ikut turun. Saya hanya mengira keadaan ini disebabkan oleh penyakit mag. Namun, setelah beberapa kali berkonsultasi dengan dokter keluarga akhirnya saya dirujuk ke dokter spesialis penyakit dalam. Pada pemeriksaan ultrasonografi ditemukan cairan pada rongga perut saya (asites). Dari data yang ada, dokter menyimpulkan bahwa saya menderita peritonitis tuberkulosa yaitu tuberkulosis pada dinding perut (peritoneum).
Setahu saya tuberkulosis menyerang paru-paru. Namun pada pemeriksaan rontgen dada, paru-paru saya bersih. Bagaimana sampai terjadi tuberkulosis usus? Apakah kuman tuberkulosisnya beredar melalui darah? Menurut informasi yang saya peroleh, saat ini pengobatan tuberkulosis paru hasilnya baik. Jika patuh minum obat selama enam bulan maka sebagian besar pasien akan sembuh. Bagaimana dengan penyembuhan tuberkulosis usus? Apakah biasanya hasil pengobatan juga baik? Adakah komplikasi peritonitis tuberkulosa ini? Apakah penyakit tuberkulosis usus ini juga mudah menular seperti pada tuberkulosis paru ? Terima kasih atas penjelasan dokter.
(M di J)
Jawaban
Penyakit tuberkulosis dapat terjadi baik di paru maupun di luar paru. Tuberkulosis di luar paru dapat terjadi di tulang, selaput otak, di usus atau selaput usus yang disebut peritoneum. Walaupun jarang, tuberkulosis bahkan juga dapat terjadi di kulit.
Tuberkulosis pada umumnya disebabkan oleh kuman Mycobacterim tuberculosis. Penderita paru yang tak diobati dapat mengeluarkan butiran ludah (droplet) yang mengandung kuman tuberkulosis. Butiran tersebut dapat terhirup orang lain dan masuk ke dalam paru-paru. Kuman akan bersarang di sana dan kemudian juga dapat menyebar melalui kelenjar bening dan darah. Penyebaran melalui darah memungkinkan terjadinya tuberkulosis di luar paru seperti peritonitis tuberkulosa (radang selaput usus karena tuberkulosis), seperti yang Anda alami.
Gejala, pengobatan
Gejala umum peritonitis ini hampir sama pada penyakit tuberkulosa di paru yaitu demam, nafsu makan berkurang, berat badan turun. Selain itu, juga akan terdapat gejala khusus yang berkaitan dengan gangguan fungsi usus seperti nyeri perut, ada benjolan di perut atau gangguan buang air besar. Pada keadaan akut dapat terjadi peritonitis tuberkulosa yang disangka appendicitis (radang usus buntu). Pada operasi akan didapati usus buntu namun terdapat bercak putih pada selaput dinding perut yang menyerupai keju.
Diagnosis peritonitis tuberkulosa lebih sulit ditegakkan daripada tuberkulosis paru. Di samping pemeriksaan klinis diperlukan juga pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan ultrasonografi, CT Scan abdomen, bahkan mungkin pemeriksaan laparaskopi. Oleh karena itu, memang biasanya diagnosis agak lambat. Untunglah, terapi peritonitis tuberkulosa pada prinsipnya sama dengan tuberkulosis paru.
Hasil pengobatan juga baik namun diperlukan kepatuhan minum obat. Setelah dua minggu minum obat biasanya gejala mulai berkurang, nafsu makan membaik, dan kemudian pasien merasa sehat. Berat badan juga akan meningkat. Meski sudah merasa sehat namun jangan sampai obat tuberkulosis dihentikan. Berkonsultasilah dengan dokter dan pahami obat-obat yang digunakan serta berapa lama obat tersebut perlu digunakan.
Obat tuberkulosis dewasa ini umumnya jarang menimbulkan efek samping. Jika terjadi efek samping biasanya ringan. Karena itu jangan sampai menghentikan obat sendiri jika terjadi efek samping. Segeralah berkonsultasi dengan dokter agar dapat dicarikan obat pengganti atau obat yang sama akan tetap diberikan namun dalam dosis bertahap.
Penularan
Penularan tuberkulosis biasanya melalui butiran ludah seperti dikemukan sebelumnya. Pada umumnya seseorang yang mengalami peritonitis tuberkulosa, setelah kuman tuberkulosa di udara terhirup masuk ke paru, kemudian kuman tersebut akan menyebar ke luar paru. Namun ada beberapa faktor yang memudahkan penularan kuman tuberkulosis yaitu lingkungan udara yang pengap, adanya sumber penularan berupa penderita tuberkulosis paru yang tidak diobati, atau diobati namun tidak tuntas, serta orang sekitar yang kekebalan tubuhnya rendah misalnya karena kurang gizi. Karena itu tuberkulosis lebih banyak dijumpai di permukiman padat, kumuh dengan penduduk yang kekebalan tubuhnya rendah.
Perbaikan lingkungan serta keadaan kesehatan penduduk yang baik akan mampu mengurangi penularan tuberkulosis. Salah satu usaha terpenting adalah menemukan penderita tuberkulosis paru dan mengobatinya sehingga tidak lagi menjadi sumber penularan. Selain itu, keadaan lain yang juga perlu diperhatikan adalah gejala batuk. Jika batuk lebih dari dua minggu, sebaiknya berkonsultasi dengan dokter agar dapat dilakukan evaluasi, apakah batuk tersebut memang disebabkan oleh tuberkulosis paru. Peritonitis tuberkulosa jika tidak diobati, dapat menimbulkan komplikasi serius, misalnya perlengketan usus yang dapat menyebabkan usus menjadi tersumbat.
Jadi, untuk menjaga agar keluarga Anda tidak tertular tuberkulosis adalah dengan menjaga kesehatan pada umumnya, seperti: gizi yang baik, istirahat yang cukup, serta lingkungan sekitar dengan udara yang bersih. Imunisasi untuk mencegah penularan tuberkulosis diberikan pada semua anak dalam bentuk program imunisasi nasional melalui penyuntikan BCG.