KOMPAS.com - Sempat memendam kecintaan pada dunia kuliner, Sharone Hakman awalnya memilih karier sebagai seorang financial planner di Amerika. Namun meski memiliki menduduki posisi strategis di kantornya, Sharone masih merasakan ketidaknyamanan dalam dirinya.
Sadar passion-nya memang di dunia kuliner, pria 30 tahun ini akhirnya mencoba untuk mengikuti impiannya untuk berkarier di dunia kuliner. Beruntung Monica, sang istri, selalu mendukung setiap keputusan yang dibuatnya. "Saya pun akhirnya memutuskan untuk keluar dari pekerjaan di keuangan dan mengikuti mimpi saya menjadi seorang chef," tukas Sharone, saat berkunjung ke Jakarta, beberapa waktu lalu.
Karier kulinernya dimulai dengan kepindahannya ke Roma selama enam bulan untuk menjadi koki di sebuah restoran. Baginya, memasak tidak dirasakan sebagai sebuah pekerjaan, tapi lebih sebagai sebuah hobi yang menyenangkan.
Ia mengakui, kecintaannya pada dunia kuliner ditularkan oleh sang nenek. Neneknya selalu mengajarkan tentang berbagai teknik memasak tradisional. Tak hanya itu, dari neneknya pula ia belajar tentang cara memasak dengan cinta.
Ikuti kompetisi memasak
Belum merasa puas dengan karier kulinernya, ayah dua putra ini akhirnya mencoba peruntungannya dengan mengikuti sebuah audisi kompetisi memasak pada tahun 2010, MasterChef US.
Dalam tayangan MasterChef Season 1 tersebut, terlihat bahwa salah satu titik kekuatan Sharone terletak pada hidangan bakaran (grill), platting, dan garnish. "Meskipun saya tidak bisa menggambar tapi saya sangat suka menghias makanan yang disajikan agar lebih menggugah selera. Karena, setiap makanan juga adalah seni," tambahnya. Untuk menghasilkan garnish yang unik, ia selalu mengambil inspirasi dari lingkungan sekitarnya.
Sayang, langkahnya menjadi pemenang MasterChef terganjal. Ia harus puas menduduki posisi ke-5 dari tayangan season pertama, yang menempatkan Whitney Miller sebagai juaranya. "Kekalahan ini mengajarkan saya untuk tidak cepat puas dan berani mengkritik diri sendiri. Selain itu, juga mengajarkan saya untuk tak mudah menyerah dan tetap berusaha untuk menginspirasi orang dengan cara saya sendiri," ungkapnya.
Gagal jadi pemenang ternyata tak membuatnya patah semangat. Selepas dari MasterChef ia pun melanjutkan karier kulinernya dan membangun perusahaan saus BBQ, yang diberi nama Hak's BBQ Sauce. Sebelum diproduksi secara resmi untuk kepentingan komersial, saus ini lebih dulu diperkenalkannya di salah satu tayangan MasterChef.
"Hidangan bakaran merupakan salah satu kekuatan saya, dan saus ini menjadi senjata rahasia yang selalu saya gunakan sewaktu di MasterChef," katanya.
Saus BBQ inilah yang membuatnya memenangkan tantangan MasterChef saat harus memasak untuk 500 marinir di Camp Pendleton. Saus ini memiliki racikan yang sempurna antara rasa manis dan tajam karena paduan antara bawang putih yang mengalami proses karamelisasi, dan citarasa pedas di dalamnya. Saat kritikus masakan terkenal di Amerika mengakui kenikmatan saus ini, Sharone memutuskan untuk berbagi kenikmatan Hak's BBQ Sauce kepada masyarakat umum.
Ajarkan anak ikuti mimpi
Belajar dari masa lalunya, di mana ia sempat tak berani mengejar passion-nya, kini Sharone berharap anak-anaknya tidak mengalami hal semacam itu. Sebagai ayah, ia ingin memberi contoh kepada anak-anaknya untuk berani mengikuti mimpi mereka, dan menjawab segala tantangan yang mungkin dihadapi.
"Saya sadar kalau memasak itu punya manfaat yang baik bagi anak. Sekarang, anak-anak sudah mulai belajar memasak makanan mereka sendiri," serunya.
Menurutnya, memasak bagi anak bisa meningkatkan kreativitas dan kepandaian mereka. Selain itu, mengajak anak memasak bersama bisa membantu mendekatkan hubungan orang tua dan anak. Anak-anak pun bisa menghargai makanan yang mereka masak dan lebih lahap memakannya.
FOTO-FOTO: FACEBOOK/DOK. PIAR CONSULTING
Editor :
Dini